Penulis: Aryasatya Wishnutama, Psikolog.

Scroll Untuk Lanjut Membaca
Pernikahan di Era Digital: Antara Mencari Soulmate dan Swipe Right!

Daily Nusantara, Opini – Di dunia yang semakin digital ini, kita sering mendengar istilah soulmate, tapi apakah kita benar-benar tahu apa itu? Atau mungkin kita lebih sering menemukannya dalam aplikasi dating, di mana istilah “swipe right” lebih populer daripada berbicara tentang takdir atau pertemuan yang sudah diatur Tuhan. Inilah era di mana cinta dan hubungan bisa secepat kilat, tapi juga bisa hilang dalam sekejap. Lalu, bagaimana peran teknologi dalam pencarian jodoh kita, dan apa sebenarnya yang kita cari dalam hubungan di dunia yang penuh dengan pilihan?

1. Cinta atau Hanya Tertarik?

Mari kita mulai dengan sebuah pertanyaan yang menggelitik: apakah kita benar-benar sedang mencari “soulmate”, atau hanya tertarik dengan sesuatu yang ada di depan mata, seperti foto profil seseorang di aplikasi kencan? Dalam dunia yang serba cepat ini, kita sering kali terjebak dalam fleeting attraction, atau ketertarikan sesaat. Ketika kita melihat profil yang menarik, kita langsung swipe right, berharap menemukan pasangan yang sempurna.

Namun, cinta yang sejati tidak datang hanya dari foto profil yang instagrammable atau percakapan yang seru. Cinta membutuhkan waktu, usaha, dan, yang paling penting, kedalaman yang tidak bisa didapatkan hanya dengan menggesek layar ponsel. Jika cinta hanya berdasarkan tampilan atau ketertarikan pertama, kita mungkin hanya mencari “likes” dan bukan “love”.

2. Ghosting: Ketika Digital Menghantui Cinta

Satu fenomena yang sedang viral di dunia percintaan digital adalah ghosting. Ini bukan tentang hantu, meskipun kadang rasanya memang begitu! Ghosting adalah ketika seseorang menghilang tanpa jejak setelah beberapa waktu berkomunikasi. Tentu saja, ini bukan hal baru. Namun, di era aplikasi kencan dan komunikasi instan ini, ghosting seolah menjadi hal yang lebih mudah dilakukan dan lebih sering terjadi.

Dalam dunia yang penuh pilihan ini, seseorang mungkin berpikir, “Ada banyak ikan di laut, kenapa bertahan dengan satu?” Padahal, hubungan yang nyata bukan hanya soal menemukan ikan terbaik, tetapi tentang berusaha untuk membuat hubungan itu berkembang. Menyudahi komunikasi begitu saja tanpa penjelasan hanya menunjukkan ketidaksiapan untuk berkomitmen, dan itu adalah masalah yang semakin sering terjadi di dunia digital ini.

3. Aplikasi Kencan: Antara Pilihan dan Takdir

Berbicara tentang aplikasi kencan, kita tidak bisa menghindari kenyataan bahwa mereka telah menjadi bagian dari kehidupan banyak orang. Aplikasi seperti Tinder, Bumble, atau bahkan aplikasi khusus untuk mencari teman hingga pasangan, memberikan kita ribuan pilihan dalam hitungan detik. Namun, dengan banyaknya pilihan, seringkali kita lupa bahwa mencari pasangan hidup bukanlah tentang memilih yang “terbaik” dalam ribuan opsi.

Apa yang kita lupakan adalah bahwa cinta sejati lebih dari sekadar profile match atau kecocokan yang terlihat dari data di layar. Sering kali, hubungan yang langgeng dibangun dari komitmen dan pengertian, bukan hanya dari kecocokan algoritma. Dan kadang-kadang, jodoh kita datang dari tempat yang tidak terduga, di luar pencarian kita yang terstruktur.

4. FOMO: Fear of Missing Out dalam Hubungan

Seiring berkembangnya dunia digital, ada juga istilah lain yang semakin populer: FOMO (Fear of Missing Out). FOMO ini seringkali muncul dalam konteks hubungan, di mana seseorang merasa takut ketinggalan atau tidak memiliki banyak pilihan. Dalam hubungan percintaan, FOMO bisa berbahaya karena dapat menyebabkan kita merasa tidak puas dengan pasangan yang ada dan terus mencari sesuatu yang “lebih baik”, yang sepertinya selalu lebih dekat di ujung layar.

Namun, dalam kenyataannya, hubungan yang sehat membutuhkan perhatian penuh. Terlalu fokus pada “kemungkinan” yang ada di luar sana hanya akan membuat kita kehilangan momen-momen berharga yang bisa dibangun bersama pasangan kita sekarang.

5. Mencari Cinta di Era Virtual

Apa yang menarik dalam percakapan ini adalah bahwa meskipun teknologi telah merubah cara kita berinteraksi dan mencari pasangan, esensi dari hubungan itu tetaplah sama. Kita semua ingin dicintai, dihargai, dan merasa terhubung dengan orang lain. Teknologi mungkin bisa mempertemukan kita dengan banyak orang, tapi yang membuat hubungan itu bermakna adalah kemampuan kita untuk membangun kedekatan yang tulus, meskipun dalam dunia yang serba maya ini.

Ketika kita terlalu terfokus pada pencarian tanpa henti untuk menemukan seseorang yang “sempurna”, kita sering kali melewatkan hal-hal kecil yang membuat hubungan itu indah. Seperti berbagi tawa, saling mendukung, atau bahkan kesulitan yang bisa membawa pasangan lebih dekat.

Kesimpulan: Cinta yang Nyata di Tengah Dunia Virtual

Di dunia yang semakin terhubung ini, kita dihadapkan pada begitu banyak pilihan dalam hidup, baik dalam pekerjaan, teman, maupun pasangan. Namun, di balik semua pilihan itu, cinta sejati bukanlah tentang jumlah opsi yang kita miliki, melainkan tentang kesediaan kita untuk berkomitmen pada seseorang dan membangun kehidupan bersama.

Mungkin kita memang sedang mencari soulmate, tetapi kita juga harus siap untuk berjuang bersama pasangan itu dalam suka dan duka, bukan hanya mencari kesenangan sesaat atau terjebak dalam kecemasan akan “FOMO”.

Cinta yang sesungguhnya datang bukan dari “swipe right”, tetapi dari “berjuang bersama” untuk menciptakan masa depan yang lebih baik, apa pun tantangan yang datang.

Ditulis untuk mengingatkan kita semua bahwa, meskipun dunia digital mempermudah banyak hal, cinta yang tulus tetap membutuhkan usaha dan perhatian lebih dari sekadar layar ponsel.

Reporter: Damar Wira Kusuma