Penulis : Selfi Auliansyah (Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Jurusan Ilmu Pemerintahan)
Daily Nusantara, Opini – Pangan merupakan urusan dasar yang dibutuhkan oleh manusia. Maka dari itu ketersediaan pangan yang cukup merupakan kunci utama dalam menjaga ketahanan pangan nasional. Food Waste ialah makanan layak konsumsi manusia yang dibuang secara langsung dan berakhir menumpuk di Tempat pembungan akhir (TPA). Jika Food Loss merupakan real food seperti sayuran dan buah-buahan yang tidak bisa dioleh menjadi makanan lagi atau tidak layak konsumsi. Mengapa food waste dan food loss bisa terjadi?
Ketersediaan pangan menjadi isu perhatian dunia. Meskipun produksi pangan global cukup untuk memberi makan seluruh populasi, distribusi yang tidak merata, perubahan iklim, konflik, dan ketidakstabilan ekonomi menyebabkan masih banyak negara mengalami krisis pangan. Ketersediaan pangan merupakan kondisi dimana tersedianya bahan pangan yang mencukupi kebutuhan masyarakat, baik dari produksi dalam negeri, cadangan pangan nasional, maupun impor jika diperlukan.
Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), luas panen padi di Indonesia pada tahun 2023 mencapai sekitar 10,46 juta hektar. Namun, luas lahan sawah mengalami penurunan sekitar 1,6 juta hektar dari tahun 1995 hingga 2020, yang dapat mempengaruhi produksi padi nasional. Untuk meningkatkan ketersediaan pangan dan mencapai swasembada, pemerintah berencana memperluas lahan pertanian sebesar 3 juta hektar dalam lima tahun ke depan. Ekspansi ini akan memanfaatkan lahan rawa di Sumatra Selatan, Kalimantan Tengah, dan Papua, tanpa membuka hutan yang baru.
Peran pemerintah dalam mengelola food loss and waste (FLW) sangat penting untuk memastikan ketersediaan pangan yang berkelanjutan di Indonesia. Dengan menjadi anggota G20, Indonesia menghadapi tantangan besar terkait pengurangan FLW, yang merupakan salah satu faktor utama dalam mencapai ketahanan pangan. Menurut data dari FAO, Indonesia merupakan negara kedua terbesar dalam produksi sampah makanan setelah Arab Saudi, sehingga langkah-langkah strategis untuk mengurangi FLW sangat diperlukan.
Pemerintah Indonesia telah menetapkan target pengurangan sampah pangan sebesar 30% pada tahun 2025 dan 70% untuk penanganan sampah secara keseluruhan. Ini tercantum dalam berbagai peraturan, termasuk Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) yang menekankan pentingnya pengurangan FLW sebagai bagian dari pembangunan rendah karbon. Kementerian Pertanian dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan memiliki peran kunci dalam mengatasi food loss dan food waste dengan pendekatan yang terintegrasi.
Salah satu inisiatif yang diluncurkan adalah Gerakan Selamatkan Pangan oleh Badan Pangan Nasional (NFA), yang bertujuan untuk mengedukasi masyarakat dan melibatkan berbagai pemangku kepentingan dalam upaya pencegahan FLW. Gerakan ini mencakup kampanye di 38 provinsi dan 514 kabupaten/kota untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya pengelolaan pangan yang efisien. Selain itu, kolaborasi dengan organisasi non-pemerintah dan sektor swasta juga ditekankan sebagai langkah penting dalam mencapai tujuan ini.
Pengelolaan FLW juga melibatkan penggunaan teknologi modern dalam penyimpanan dan pengemasan produk pangan. Misalnya, penerapan teknologi atmosfer terkendali dapat memperpanjang umur simpan produk, sehingga mengurangi kemungkinan kerugian selama distribusi. Selain itu, pemerintah mendorong praktik pertanian yang baik (Good Agricultural Practices) untuk meminimalkan kerugian di tahap produksi. Dengan menerapkan teknik-teknik ini, diharapkan food loss pada tanaman padi dapat ditekan dari 20,92% menjadi antara 11% hingga 13%.
Namun, meskipun ada kemajuan, tantangan tetap ada. Infrastruktur yang tidak memadai dan kurangnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya pengelolaan FLW menjadi hambatan utama. Oleh karena itu, edukasi kepada konsumen perlu ditingkatkan agar mereka lebih bertanggung jawab dalam mengonsumsi makanan. Pemerintah dapat menerapkan regulasi yang mendorong restoran dan industri makanan untuk mendonasikan makanan berlebih ke bank makanan atau panti sosial.
Dalam konteks ini, kerjasama antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta sangat penting untuk mencapai hasil yang signifikan. Pemerintah perlu memperkuat kebijakan dan program terkait FLW dengan mengadopsi praktik terbaik dari negara lain serta membangun platform bersama untuk memantau pengurangan FLW secara berkelanjutan.
Dengan langkah-langkah konkret ini, diharapkan Indonesia dapat mengurangi food loss and waste secara signifikan, meningkatkan ketersediaan pangan, dan berkontribusi pada ketahanan pangan global. Melalui upaya kolaboratif dan komitmen jangka panjang, pemerintah dapat memastikan bahwa setiap individu memiliki akses terhadap pangan yang cukup dan berkualitas.