Daily Nusantara, Soropaten (25/07/2024) – Tuberkulosis (TB) adalah salah satu penyakit menular yang paling sering menyerang organ paru-paru pada manusia (WHO, 2023). Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis yang masuk ke dalam paru-paru dan menyebabkan gejala sesak napas disertai batuk terus-menerus. Ciri utama TB adalah batuk berkepanjangan selama lebih dari 2 minggu.
Penentuan diagnosis TB tidak bisa hanya berdasarkan gejala saja, melainkan melalui serangkaian pemeriksaan medis, seperti tes diagnostik molekuler (uji Xpert MTB/RIF Ultra dan Truenat) untuk deteksi dini, serta tes kulit tuberkulin (TST) atau uji pelepasan interferon-gamma (IGRA) untuk mendeteksi infeksi. TB adalah penyakit yang dapat disembuhkan, tetapi memiliki potensi untuk kambuh kembali.
Oleh karena itu, upaya pencegahan terhadap kekambuhan penyakit ini sangat penting. Pengobatan TB memerlukan waktu yang cukup lama, yaitu sekitar 6 bulan untuk tahap awal dan 5 bulan untuk tahap lanjutan. Durasi pengobatan yang panjang ini sering kali menimbulkan berbagai kendala, seperti lupa minum obat, merasa bosan, lelah, hingga masalah ekonomi yang muncul akibat biaya pengobatan.
Namun, pengobatan TB yang teratur sangat penting untuk mencegah peningkatan kasus, mengingat TB merupakan salah satu penyakit menular yang signifikan. Sayangnya, kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pengobatan ini masih rendah, terutama di kalangan penderita. Jika pengobatan terhenti sebelum waktunya, pasien harus mengulang pengobatan dari awal. Dampak jangka panjangnya, pasien dapat mengalami resistensi terhadap obat, yang membuat proses penyembuhan menjadi lebih sulit.
Untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat, terutama penderita TB dan keluarganya, diperlukan adanya sosialisasi dan edukasi yang berkelanjutan tentang pengobatan TB yang benar. Berdasarkan kasus TB yang masih tinggi di berbagai desa, penyakit ini menjadi salah satu perhatian utama di sektor kesehatan selain stunting.
Sebagai upaya membantu desa dalam menurunkan angka TB, mahasiswa KKN Tim II UNDIP dari Program Studi Keperawatan, Azzahra Edeluais Setiawan, mengadakan program kerja monodisiplin berjudul “Pemberdayaan Masyarakat: Stop Tuberculosis Berlanjut!”. Program ini bertujuan mengedukasi masyarakat, terutama mereka yang memiliki riwayat TB dan keluarganya, tentang proses pengobatan yang benar dan pentingnya menjalani pengobatan secara tertib sesuai anjuran medis.
Selain sosialisasi edukasi, program ini juga mengadakan Focus Group Discussion (FGD) bagi masyarakat dengan riwayat TB. FGD memungkinkan para peserta berbagi pengalaman dan cerita selama menjalani pengobatan, termasuk tantangan yang mereka hadapi. Program ini dilaksanakan di Balai Desa Soropaten pada pukul 14.00 WIB dengan harapan dapat meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pentingnya pengobatan TB yang tepat dan disiplin.
Pelaksana Program:
- Azzahra Edeluais Setiawan, S1-Keperawatan Universitas Diponegoro.
Dosen Pembimbing Lapangan:
- Ardiana Alifatus Sa’adah, S. Si., M. Si.
Referensi:
- WHO. (2023). Tuberculosis. Diakses dari https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/tuberculosis
- Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/MENKES/755/2019 tentang Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tuberkulosis.