Di tengah dinamika masyarakat modern, isu pendidikan gender semakin menjadi perhatian penting dalam pengasuhan anak. Terutama, bagaimana cara orang tua membagi tugas domestik dan memperkenalkan konsep kesetaraan antara laki-laki dan perempuan kepada anak-anak sejak dini. Artikel yang dimuat di situs www.perempuan.com pada 12 November 2009 mengangkat topik ini dengan menyoroti bagaimana pembagian pekerjaan rumah tangga sering kali berlangsung secara tidak seimbang, dengan ibu dan anak perempuan yang lebih banyak mengambil alih tugas-tugas tersebut.

Pendekatan ini tidak hanya membentuk pola pikir anak-anak tentang peran gender, tetapi juga memengaruhi cara mereka memandang kewajiban dan tanggung jawab di masa depan. Banyak keluarga di Indonesia masih terjebak dalam tradisi yang memisahkan tugas berdasarkan jenis kelamin, meskipun saat ini semakin banyak suami yang mulai sadar akan pentingnya partisipasi aktif dalam kehidupan rumah tangga. Namun, perubahan ini tidak selalu mudah dilakukan karena akar dari masalah ini berasal dari pendidikan gender yang sudah tertanam sejak kecil.

Artikel ini juga menyentuh aspek emosional yang sering kali diabaikan. Ketika tugas rumah tangga menjadi beban berat bagi perempuan, hal ini bisa menyebabkan kelelahan fisik dan mental. Oleh karena itu, penting bagi para orang tua untuk menciptakan lingkungan yang mendukung kesetaraan dan saling menghargai dalam segala aktivitas rumah tangga.

Pendidikan Gender Sejak Dini: Dasar untuk Masa Depan yang Lebih Seterang

Pendidikan gender sejak dini bukan sekadar tentang membagi tugas rumah tangga, melainkan tentang memberikan pemahaman awal kepada anak-anak bahwa semua orang memiliki hak dan tanggung jawab yang sama. Dalam konteks ini, tugas-tugas seperti memasak, membersihkan rumah, atau merawat adik tidak boleh dibatasi oleh jenis kelamin. Justru, hal ini menjadi kesempatan bagi anak-anak untuk belajar kerja sama, empati, dan tanggung jawab.

Menurut penelitian yang dirilis oleh Badan Kependudukan dan Perlindungan Perempuan (BKKBN) pada tahun 2025, sekitar 67% keluarga di Indonesia masih membagi tugas rumah tangga secara tradisional, dengan perempuan lebih sering melakukan pekerjaan rumah tangga. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun ada perubahan dalam pandangan masyarakat, sistem yang sudah terbentuk masih sulit untuk diubah sepenuhnya.

Namun, beberapa keluarga telah mulai menerapkan pendekatan yang lebih inklusif. Misalnya, banyak ayah yang mulai ikut serta dalam memasak, mencuci piring, atau merawat anak. Menurut survei yang dilakukan oleh theAsianparent pada tahun 2024, hampir 40% responden mengatakan bahwa pasangan mereka kini lebih aktif dalam kegiatan rumah tangga. Meski angka ini masih rendah, ini menunjukkan bahwa perubahan sedang terjadi.

Pengaruh Pendidikan Gender pada Perkembangan Anak

Pendidikan gender yang seimbang dapat memengaruhi perkembangan psikologis dan sosial anak. Anak yang diajarkan bahwa semua orang harus berkontribusi dalam kehidupan rumah tangga cenderung lebih percaya diri, empatik, dan siap menghadapi tantangan di masa depan. Sebaliknya, jika anak hanya melihat peran gender sebagai sesuatu yang pasti dan tidak bisa diubah, maka mereka akan sulit membangun hubungan yang setara dan saling menghargai.

Sebuah studi yang diterbitkan oleh Journal of Family Psychology pada tahun 2025 menunjukkan bahwa anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan yang mendorong kesetaraan lebih cenderung memiliki sikap yang lebih positif terhadap peran wanita dan laki-laki di masyarakat. Mereka juga lebih mudah menyesuaikan diri dengan situasi baru dan memiliki kemampuan komunikasi yang lebih baik.

Selain itu, pendidikan gender yang seimbang juga membantu anak-anak menghindari stereotip negatif. Misalnya, anak laki-laki yang diajarkan untuk tidak takut melakukan pekerjaan rumah tangga akan lebih terbuka terhadap berbagai profesi dan peran di masyarakat. Sedangkan anak perempuan yang diajarkan bahwa mereka bisa melakukan apa saja, termasuk pekerjaan yang biasanya dianggap “untuk laki-laki”, akan lebih percaya diri dan tidak merasa terbatasi oleh norma sosial.

Langkah Praktis untuk Menerapkan Pendidikan Gender Sejak Dini

Menerapkan pendidikan gender sejak dini tidak selalu membutuhkan perubahan besar. Ada beberapa langkah sederhana yang bisa dilakukan orang tua untuk memulai proses ini. Pertama, ajak anak-anak untuk berpartisipasi dalam tugas rumah tangga tanpa membeda-bedakan jenis kelamin. Misalnya, ajak putra dan putri Anda untuk bersama-sama membersihkan ruang tamu atau memasak.

Kedua, jadilah contoh yang baik. Anak-anak sering meniru perilaku orang tua. Jika ayah dan ibu sama-sama aktif dalam kegiatan rumah tangga, maka anak-anak akan melihat bahwa semua orang memiliki peran yang sama. Selain itu, hindari menggunakan frasa seperti “Ini tugas perempuan” atau “Ini tugas laki-laki” dalam percakapan sehari-hari.

Ketiga, libatkan anak dalam diskusi tentang peran gender. Ajukan pertanyaan seperti, “Menurutmu, apakah semua orang harus membantu membersihkan rumah?” atau “Bagaimana menurutmu jika laki-laki juga bisa memasak?” Diskusi ini akan membantu anak-anak memahami bahwa tidak semua hal harus dilakukan berdasarkan jenis kelamin.

Peran Orang Tua dalam Memperkuat Kesetaraan

Orang tua memiliki peran kunci dalam memperkuat kesetaraan melalui pendidikan gender. Salah satu cara adalah dengan membangun komunikasi yang terbuka dengan pasangan. Jika ayah dan ibu sepakat bahwa tugas rumah tangga harus dibagi secara merata, maka anak-anak akan lebih mudah menerima prinsip ini.

Menurut artikel di www.perempuan.com, banyak pasangan yang mengalami kesulitan dalam membagi tugas karena tekanan dari keluarga besar atau tradisi. Namun, dengan komunikasi yang baik dan kesadaran akan pentingnya kesetaraan, pasangan bisa menciptakan lingkungan yang lebih harmonis.

Selain itu, orang tua juga bisa mencari dukungan dari komunitas atau forum parenting. Di platform seperti theAsianparent, banyak orang tua berbagi pengalaman dan strategi untuk menciptakan lingkungan yang lebih setara. Misalnya, banyak orang tua yang berbagi cara mengajak anak-anak bermain di luar ruangan atau melakukan eksperimen sederhana bersama.

Tantangan dan Solusi dalam Pendidikan Gender

Meski pendidikan gender sejak dini sangat penting, ternyata masih banyak tantangan yang dihadapi. Salah satunya adalah tekanan dari masyarakat atau keluarga besar. Banyak orang tua yang khawatir jika anak-anak mereka tidak mengikuti norma tradisional, sehingga mereka enggan mengubah cara pengasuhan.

Untuk mengatasi ini, penting untuk memahami bahwa pendidikan gender bukanlah tentang mengabaikan tradisi, melainkan tentang menciptakan keseimbangan yang lebih baik. Misalnya, jika mertua menganggap bahwa tugas rumah tangga harus dilakukan oleh perempuan, orang tua bisa menjelaskan bahwa partisipasi laki-laki dalam kegiatan rumah tangga juga penting.

Selain itu, penting untuk memberikan edukasi kepada anak-anak tentang nilai-nilai kesetaraan. Misalnya, ajarkan mereka bahwa tidak semua pekerjaan harus dilakukan berdasarkan jenis kelamin. Anak-anak juga perlu memahami bahwa semua orang punya hak dan tanggung jawab yang sama.

Kesimpulan

Pendidikan gender sejak dini adalah fondasi penting untuk menciptakan generasi yang lebih setara dan saling menghargai. Dengan membagi tugas rumah tangga secara merata dan memberikan pemahaman awal tentang kesetaraan, orang tua bisa membantu anak-anak tumbuh menjadi individu yang lebih percaya diri, empatik, dan siap menghadapi dunia yang lebih inklusif.

Meski masih ada tantangan, seperti tekanan dari tradisi atau keluarga besar, langkah-langkah kecil seperti mengajak anak berpartisipasi dalam tugas rumah tangga atau berdiskusi tentang peran gender bisa menjadi awal yang baik. Dengan kesadaran dan komitmen dari orang tua, pendidikan gender sejak dini bisa menjadi kunci untuk masa depan yang lebih baik.