Daily Nusantara, 16 Juli 2025 — Dalam dinamika zaman yang terus berubah, perempuan Indonesia membuktikan diri bukan hanya sebagai penjaga tradisi, tetapi juga motor penggerak perubahan sosial. Dua sesi terbaru Konferensi Perempuan Indonesia (KPI) Online 2025 sesi ke-7 dan ke-8 menghadirkan refleksi mendalam dan aksi nyata perempuan dalam melestarikan budaya serta mewujudkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG).

Menghidupkan Identitas Lewat Kearifan Lokal

Sesi ketujuh mengusung tema “Perempuan, Kearifan Lokal & Identitas Nasional”, menghadirkan Ara Kusuma, tokoh muda Indonesia yang terpilih sebagai salah satu dari 50 Explorer versi National Geographic Global. Dalam sesi yang dibuka dengan permainan lagu daerah, Ara mengajak peserta merefleksikan makna budaya dalam keseharian.

Jasa Backlink

“Apakah ‘jam karet’ adalah budaya? Atau cermin dari konteks sosial yang belum dipahami?” tanyanya. Menurutnya, kearifan lokal tak selalu tampak sebagai simbol besar—ia hidup dalam kebiasaan harian, dalam dongeng ibu, dalam jamu buatan nenek, dalam pola batik yang diwariskan turun-temurun.

Pendamping sesi, Karinta Utami, menegaskan bahwa warisan budaya bukan hanya estetika, tapi juga bentuk penghormatan atas sejarah dan perjuangan perempuan di baliknya. “Setiap kain batik, setiap aksen bahasa, menyimpan doa dan keteguhan para perempuan penjaga nilai.”

Aksi Nyata untuk SDGs: Perempuan Sebagai Penggerak Komunitas

Sesi kedelapan bertajuk “Gerakan Perempuan dan SDG’s: Dari Rumah Menuju Perubahan Dunia” menghadirkan sejumlah penggerak perempuan dari berbagai daerah, yang telah menginisiasi perubahan berbasis komunitas dan keluarga.

Rufina Kristianawati, dari The Human Safety Net (THSN) Indonesia—mitra KPI 2025—membuka sesi dengan menyoroti peran gotong royong dalam mendampingi keluarga rentan. “Konsep kami: people helping people. Sejak 2018, lebih dari 22 ribu anak dan keluarga telah terjangkau oleh program THSN,” ujarnya.

Sejumlah perempuan inspiratif kemudian berbagi inisiatif mereka:

Fajrina Addien, melalui Beauty Logic Academy, mengadvokasi citra tubuh yang sehat dan penerimaan diri sebagai bagian dari SDG 5: Gender Equality.

Yulianti, dengan Cycle Organic Farming, mengedukasi pemanfaatan pekarangan rumah untuk ketahanan pangan dan pendidikan (SDG 4).

Hilda Lu’lu’in, mendirikan Rumah Pelita, ekosistem sociopreneur bagi ibu rumah tangga yang berbasis pekarangan dan literasi keuangan (SDG 8).

Indah Laras, mempelopori Gerakan KLIK yang menyasar pendidikan komunikasi sehat di sekolah-sekolah untuk mencegah bullying (SDG 16).

Ayiek Budiyanto, dengan Keluarga Joglo, membangun relasi positif antara ayah dan anak remaja secara inklusif (SDG 4 & 10).

Nesri Baidani, lewat Gen Pejuang, memperkuat identitas dan kepercayaan diri Gen Z melalui edukasi sejarah dan refleksi bakat (SDG 4).

Gerakan-gerakan ini lahir dari ruang terkecil bangsa: rumah. Namun, dampaknya merambah ranah pendidikan, sosial, ekonomi, dan identitas generasi.

Forum yang Menyulut Gerakan

KPI Online 2025 bukan sekadar forum wacana, melainkan ruang kolaborasi yang merawat akar dan menyalakan arah. Data Badan Pusat Statistik (BPS) 2024 mencatat bahwa lebih dari 60% penggerak komunitas lokal di Indonesia adalah perempuan. Sementara UN Women menekankan peran sentral perempuan dalam menjaga stabilitas komunitas, terutama di masa krisis.

Melalui KPI, perempuan-perempuan ini menyulam cerita menjadi⁶ strategi, refleksi menjadi aksi, dan nilai lokal menjadi kekuatan global.

Menuju Sesi Penutup

Konferensi akan ditutup pada Sabtu, 19 Juli 2025, dengan menghadirkan tokoh-tokoh inspiratif dari berbagai bidang. Seluruh sesi telah direkam dan dapat diakses melalui kanal resmi KPI.

Mari terus hadir dan terlibat. Karena perubahan besar berawal dari langkah kecil dan langkah itu dimulai dari perempuan, dari rumah, untuk Indonesia dan dunia.

Informasi lebih lanjut:

Instagram: @konferensiperempuanindonesia
YouTube: Konferensi Perempuan Indonesia
Email: konferensiperempuanindonesia@gmail.com
Disusun oleh: Tim Media KPI Online 2025