Daily Nusantara, Jakarta – Sejak 28 Agustus lalu, sejumlah wilayah di Indonesia diguncang aksi demonstrasi yang berlangsung secara serentak. Aksi yang awalnya dimaksudkan sebagai penyampaian aspirasi berubah ricuh di beberapa daerah hingga menimbulkan korban jiwa serta kerusakan fasilitas umum. Tiga kota besar yakni Jakarta, Surabaya, dan Makassar menjadi sorotan utama setelah terjadi bentrokan antara massa dan aparat.
Laporan lapangan yang dihimpun dari jurnalis Kompas TV menggambarkan kondisi terkini di masing-masing kota. Di Jakarta, situasi berangsur kondusif setelah demonstrasi berlangsung hingga dini hari di depan Markas Polda Metro Jaya. Sementara di Surabaya, gedung bersejarah Grahadi terbakar pada Sabtu malam. Di Makassar, kerusuhan lebih parah terjadi dengan gedung DPRD Sulawesi Selatan terbakar hebat hingga menelan korban jiwa.
Jakarta: Kondisi Terkini di Polda Metro Jaya
Reporter Jihan Jufri melaporkan dari depan Mapolda Metro Jaya bahwa kondisi pada Minggu pagi mulai berangsur membaik. Warga kembali beraktivitas melalui agenda Car Free Day (CFD) di kawasan Jalan Sudirman meski masih terlihat jejak kericuhan. Coretan dan vandalisme tampak di dinding Mapolda serta halte TransJakarta Polda Metro Jaya.
Sejumlah petugas kebersihan diterjunkan untuk membersihkan fasilitas umum yang terdampak. Dari dalam Mapolda, masih terlihat aparat kepolisian yang beristirahat setelah semalaman berjaga. Beberapa kendaraan taktis tetap disiagakan sebagai langkah antisipasi jika terjadi aksi susulan.
Terkait keamanan CFD, sejumlah petugas Dinas Perhubungan berjaga di titik-titik strategis. Aktivitas masyarakat berlangsung normal tanpa gangguan berarti.
Mengenai penegakan hukum, Presiden Prabowo Subianto telah menginstruksikan Kapolri dan Panglima TNI untuk menindak tegas massa yang melakukan tindakan anarkis. Dalam keterangannya, Kapolri menegaskan bahwa menyampaikan pendapat di muka umum adalah hak setiap warga negara dan dijamin undang-undang. Namun, penyampaian tersebut harus tetap sesuai dengan aturan serta etika.
Surabaya: Gedung Grahadi dan Polsek Tegalsari Dibakar Massa
Situasi berbeda terjadi di Surabaya, Jawa Timur. Reporter Mahendra Tri Ginanjar melaporkan bahwa massa aksi di depan Gedung Negara Grahadi berujung pada kerusuhan. Ribuan demonstran melakukan pelemparan hingga membakar sisi barat gedung bersejarah tersebut pada Sabtu malam.
Bagian yang terbakar meliputi ruang kerja Wakil Gubernur Jawa Timur, biro umum, serta ruang pers yang biasa digunakan wartawan. Selain itu, massa juga membakar Polsek Tegalsari, yang sebelumnya telah dirusak sejak Jumat malam. Beruntung, seluruh tahanan dan aparat telah dipindahkan sehingga tidak ada korban jiwa di polsek tersebut.
Pada Minggu pagi, kondisi di sekitar Grahadi sudah mulai kondusif. Arus lalu lintas kembali dibuka, meski polisi masih berjaga ketat. Polda Jawa Timur memastikan penyelidikan dilakukan terhadap pelaku aksi anarkis.
Dalam upaya meredam massa, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa bersama Pangdam V/Brawijaya menemui pengunjuk rasa di depan Grahadi. Salah satu tuntutan utama massa adalah pembebasan rekan-rekan mereka yang ditahan polisi. Tuntutan ini sempat dipenuhi melalui komunikasi langsung dengan Kapolda Jawa Timur.
Makassar: Gedung DPRD Terbakar, Empat Orang Meninggal Dunia
Ricuh paling parah terjadi di Makassar, Sulawesi Selatan. Reporter Wafiq Azizah melaporkan bahwa kondisi Minggu pagi sudah mulai kondusif dengan masyarakat kembali beraktivitas normal. Namun, gedung DPRD Sulawesi Selatan yang dibakar pada Jumat malam masih menyisakan asap sehingga Dinas Pemadam Kebakaran kembali melakukan pendinginan.
Struktur bangunan DPRD kini dalam kondisi rapuh dan rawan roboh, sehingga masyarakat diimbau untuk tidak mendekati lokasi. Beberapa kendaraan dinas juga terlihat hangus di halaman gedung.
Kerusuhan ini memakan korban jiwa. Data terakhir menyebutkan ada empat orang meninggal dunia di Makassar. Mereka adalah Akbar Basri, fotografer Humas DPRD Kota Makassar; Saiful Akbar, pejabat Kecamatan Ujung Tanah; serta dua warga lainnya. Selain itu, lima orang lainnya masih menjalani perawatan di rumah sakit, termasuk RS Faisal dan RS Bhayangkara.
Salah satu korban, Saiful Akbar, meninggal dunia terjebak di lantai empat gedung DPRD saat kebakaran. Ia sempat hadir dalam rapat paripurna APBD Perubahan 2025. Jenazahnya dimakamkan di Palopo pada Sabtu petang.
Wali Kota Makassar, Moh. Ramdhan “Danny” Pomanto, menyampaikan duka mendalam dan memastikan santunan serta jaminan sosial diberikan kepada keluarga korban. Pemerintah Kota juga akan menanggung biaya perawatan korban luka.
Pangdam XIV/Hasanuddin, Mayjen TNI Windiatno, menyatakan bahwa Makassar kini sudah kondusif. Pembersihan puing-puing sisa kerusuhan dilakukan bersama instansi terkait. Sebanyak 2.112 personel TNI dan Polri disebar di titik-titik vital untuk menjaga keamanan.
Korban Jiwa di Jakarta
Selain di Makassar, korban jiwa juga tercatat di Jakarta. Seorang pengemudi ojek online bernama Afan Kurniawan meninggal dunia setelah tertabrak kendaraan taktis Brimob saat mengantar pesanan makanan. Peristiwa ini menambah duka dari rangkaian aksi demonstrasi yang berlangsung sejak 28 Agustus.
Presiden Prabowo Subianto melayat ke rumah duka Afan Kurniawan dan berjanji menanggung kehidupan keluarga korban. “Afan adalah pahlawan keluarga. Negara akan hadir untuk keluarganya,” ujar Prabowo.
Pesan untuk Demonstrasi Damai
Berbagai peristiwa yang terjadi di Jakarta, Surabaya, dan Makassar menunjukkan bahwa penyampaian aspirasi berpotensi menimbulkan kerugian besar jika dilakukan secara anarkis. Tidak hanya fasilitas umum yang rusak, tetapi juga nyawa warga yang tidak bersalah menjadi korban.
Sejumlah pihak, termasuk aparat keamanan dan pemerintah daerah, mengingatkan agar masyarakat tetap menyampaikan pendapat dengan cara damai. Aparat pun diimbau untuk bertindak simpatik dalam mengawal demonstrasi sehingga tidak menimbulkan korban.
Sejak dimulai pada 28 Agustus, aksi demonstrasi di berbagai wilayah Indonesia meninggalkan jejak duka. Di Jakarta, Surabaya, dan Makassar, kerusuhan menyebabkan gedung pemerintahan terbakar, fasilitas umum rusak, serta sedikitnya lima orang meninggal dunia. Pemerintah memastikan investigasi menyeluruh atas aksi-aksi anarkis sekaligus menekankan pentingnya menjaga kondusivitas.
Hak menyampaikan aspirasi memang dijamin undang-undang. Namun, kebebasan tersebut seharusnya dijalankan tanpa mengorbankan nyawa dan merusak fasilitas negara. Harapannya, tragedi yang terjadi dalam demonstrasi kali ini menjadi pelajaran agar unjuk rasa ke depan berlangsung damai, bermartabat, dan tidak lagi menelan korban.