Pada akhir tahun 2024, sejumlah besar pelajar dari berbagai sekolah di Indonesia melakukan aksi protes yang menarik perhatian publik. Mereka memprotes keberadaan iklan rokok di sekitar sekolah, dengan menggelar demo anti rokok di depan Istana Presiden. Aksi ini dilakukan oleh 300 pelajar yang berasal dari 90 sekolah di tiga kota yaitu Bogor, Tangerang, dan Bekasi. Kegiatan ini menjadi bukti bahwa generasi muda Indonesia mulai sadar akan bahaya merokok dan ingin melindungi diri serta teman-temannya dari pengaruh negatif iklan rokok.

Aksi para pelajar tersebut tidak hanya berupa demonstrasi biasa, tetapi juga diiringi dengan pertunjukan teatrikal yang penuh makna. Dengan tema “Upacara Inisiasi Pengikut Serigala Berbulu Domba”, mereka menyampaikan pesan bahwa perusahaan rokok terus mencoba menarik perhatian anak-anak sebagai target konsumen. Hal ini menjadi bentuk sindiran terhadap industri rokok yang dinilai tidak bertanggung jawab dalam menargetkan kalangan muda.

Kampanye #TolakJadiTarget yang digelar oleh para pelajar ini tidak hanya dilakukan secara langsung di lapangan, tetapi juga dilakukan secara online. Melalui media sosial dan platform seperti Change.org, mereka memperluas jangkauan kampanye agar lebih banyak orang dapat menyadari pentingnya melindungi anak-anak dari pengaruh rokok. Selain itu, kampanye ini juga mendapatkan dukungan dari berbagai pihak, termasuk guru, orang tua, dan pemerintah setempat.

Pelajar Mengambil Tindakan untuk Menolak Iklan Rokok di Sekitar Sekolah

Sejak Desember 2016 lalu, pelajar dari 90 sekolah di lima kota yaitu Padang, Mataram, Bekasi, Tangerang Selatan, dan Kabupaten Bogor telah aktif melakukan aksi penurunan iklan rokok di sekitar sekolah mereka. Kampanye ini dilakukan sebagai bentuk perlawanan terhadap praktik pemasaran rokok yang dianggap tidak etis dan merugikan generasi muda.

Menurut hasil studi Komnas PA dan UHAMKA pada tahun 2007, sebanyak 46,3% anak mengaku terpengaruh untuk merokok karena melihat iklan rokok, sementara 86,7% anak mengaku melihat iklan rokok di media luar ruang. Hal ini menunjukkan bahwa iklan rokok sangat efektif dalam menarik perhatian anak-anak, meskipun hal tersebut sangat berbahaya bagi kesehatan mereka.

Selama kampanye berlangsung, ditemukan sebanyak 61 merek rokok yang beriklan di sekitar sekolah di lima kota tersebut. Beberapa perusahaan rokok terbesar di Indonesia seperti HM Sampoerna, PT Djarum, Gudang Garam, BAT, dan Nojorono diketahui memiliki kebijakan pemasaran yang tidak sesuai dengan norma sosial.

Jasa Stiker Kaca

Perusahaan Rokok Menargetkan Anak-anak dengan Iklan di Sekitar Sekolah

Salah satu cara yang digunakan oleh perusahaan rokok adalah dengan memasang iklan di sekitar sekolah. Para pelajar yang terlibat dalam kampanye #TolakJadiTarget menemukan bahwa spanduk iklan rokok sering dipasang di warung-warung kecil atau tempat-tempat umum dekat sekolah. Bahkan, beberapa pemilik warung mengaku diberi uang atau hadiah berupa rokok sebagai imbalan untuk memajang iklan tersebut.

Jasa Backlink

Besaran uang yang diberikan bervariasi, mulai dari 3 bungkus rokok hingga Rp. 4.000.000 per tahun. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan rokok sangat berkomitmen untuk menjadikan anak-anak sebagai target pasar mereka. Namun, kegiatan ini diduga tidak berizin dan tidak membayar pajak reklame kepada pemerintah.

Para pelajar yang terlibat dalam kampanye ini tidak hanya menurunkan iklan rokok, tetapi juga melakukan investigasi terhadap keberadaan iklan tersebut. Hasilnya cukup mengejutkan, karena banyak iklan rokok yang terpampang di tempat-tempat yang seharusnya tidak layak untuk anak-anak.

Dukungan Luas dari Berbagai Pihak untuk Kampanye Anti Rokok

Kampanye #TolakJadiTarget tidak hanya dilakukan oleh pelajar, tetapi juga mendapat dukungan dari berbagai pihak. Mulai dari guru, orang tua siswa, masyarakat sekitar sekolah, hingga pejabat lokal seperti RT/RW, lurah, camat, hingga Walikota. Dukungan ini memberikan semangat kepada pelajar untuk terus berjuang melawan praktik pemasaran rokok yang tidak bertanggung jawab.

Hingga saat ini, pelajar di lima kota yang terlibat dalam kampanye ini berhasil menurunkan sekitar 120 iklan rokok di sekitar sekolah mereka. Selain itu, mereka juga melakukan kampanye secara online melalui media sosial dan situs petisi Change.org. Tujuan dari kampanye ini adalah agar pemerintah segera mengambil tindakan terhadap perusahaan rokok yang terbukti menargetkan anak-anak.

Harapan untuk Generasi Masa Depan yang Lebih Sehat

Anak-anak adalah tunas bangsa yang akan membawa Indonesia ke masa depan. Oleh karena itu, perlindungan terhadap mereka dari pengaruh negatif seperti rokok sangat penting. Kampanye anti rokok yang dilakukan oleh para pelajar ini menjadi bukti bahwa generasi muda Indonesia tidak diam saja melihat masalah yang terjadi.

Dalam artikel terbaru dari Kompas (25 Mei 2025), disebutkan bahwa jumlah perokok muda di Indonesia meningkat sebesar 15% dalam tiga tahun terakhir. Hal ini menunjukkan bahwa kampanye seperti #TolakJadiTarget sangat relevan dan perlu terus dilanjutkan.

Edukasi dan Kesadaran tentang Bahaya Merokok

Selain aksi langsung, para pelajar juga berusaha meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya merokok. Mereka mengadakan edukasi di sekolah dan komunitas, serta membagikan informasi tentang dampak buruk rokok bagi kesehatan.

Menurut data dari Kementerian Kesehatan RI (2025), sebanyak 30% penduduk Indonesia merokok, dengan 70% dari mereka mulai merokok sebelum usia 18 tahun. Ini menunjukkan bahwa upaya pencegahan harus dimulai dari dini.

Kampanye anti rokok yang dilakukan oleh pelajar juga menjadi bagian dari upaya pencegahan ini. Dengan menurunkan iklan rokok di sekitar sekolah, mereka berharap bisa mengurangi minat anak-anak untuk merokok.

Keberlanjutan Kampanye dan Tantangan yang Dihadapi

Meskipun kampanye #TolakJadiTarget telah berhasil menurunkan ratusan iklan rokok di sekitar sekolah, tantangan masih tetap ada. Salah satunya adalah ketidakpatuhan dari pemilik warung yang masih memajang iklan rokok tanpa izin. Selain itu, perusahaan rokok juga terus mencari cara baru untuk menjangkau anak-anak, seperti melalui media digital.

Untuk menghadapi tantangan ini, pelajar dan komunitas terus berkoordinasi dengan pihak berwenang. Mereka juga meminta pemerintah untuk memperketat regulasi terkait iklan rokok dan memberikan sanksi bagi pelaku yang melanggar aturan.

Kesimpulan

Kampanye anti rokok yang dilakukan oleh 300 pelajar di depan Istana Presiden adalah contoh nyata dari peran aktif generasi muda dalam menjaga kesehatan dan masa depan bangsa. Dengan aksi mereka, harapan besar dibangun agar anak-anak Indonesia dapat tumbuh dalam lingkungan yang sehat dan bebas dari pengaruh rokok.

Kepedulian ini juga menunjukkan bahwa pendidikan dan kesadaran masyarakat tentang bahaya merokok semakin meningkat. Dengan dukungan dari berbagai pihak, kampanye seperti #TolakJadiTarget bisa menjadi model bagi gerakan serupa di daerah lain.

Sumber: Kompas, 25 Mei 2025