Dalam dunia digital yang semakin berkembang, keberadaan sebuah website menjadi sangat krusial bagi bisnis dan organisasi. Namun, tidak semua pemilik website menyadari betapa pentingnya menjaga ketersediaan (uptime) situs mereka. Salah satu isu yang sering diabaikan adalah dampak dari downtime website terhadap optimasi mesin pencari (SEO). Google, sebagai salah satu mesin pencari terbesar, memiliki kebijakan yang bisa memengaruhi indeks dan peringkat situs web jika terjadi downtime yang berkepanjangan.
Dalam wawancara dengan John Mueller, Search Advocate at Google, disampaikan bahwa Google akan meng-deindex website jika mengalami downtime selama beberapa hari. Hal ini menimbulkan pertanyaan besar bagi para pemilik website tentang bagaimana cara menghindari kerugian akibat downtime tersebut. Dampaknya bisa sangat signifikan, mulai dari penurunan peringkat di hasil pencarian hingga hilangnya trafik yang sebelumnya stabil.
Mengenal istilah downtime adalah langkah awal untuk memahami masalah ini. Downtime merujuk pada periode waktu ketika suatu sistem, seperti website atau server, tidak berfungsi secara normal. Kondisi ini bisa terjadi karena alasan teknis, maintenance, atau bahkan gangguan eksternal. Ketika website tidak dapat diakses, GoogleBot akan kesulitan dalam melakukan crawling dan indexing halaman-halaman yang ada di dalamnya. Akibatnya, konten yang sebelumnya terindeks mungkin akan dihapus dari indeks Google.
Untuk mengatasi dampak dari downtime, banyak strategi yang bisa diterapkan. Salah satunya adalah dengan membuat rencana maintenance yang jelas dan terbatas waktu. Jika maintenance dilakukan, penting untuk memberitahu GoogleBot melalui pengubahan HTTP status code menjadi 503 Service Unavailable. Selain itu, pengguna juga harus diberi tahu melalui pesan yang jelas agar tidak bingung saat mencoba mengakses situs.
Selain itu, memiliki cadangan DNS bisa menjadi solusi efektif jika server mengalami masalah. Plugin pemantau uptime dan downtime juga sangat berguna untuk memastikan bahwa situs tetap aktif. Backup database yang rutin dilakukan juga menjadi langkah penting untuk menghindari kehilangan data penting. Pastikan nama domain Anda selalu up to date agar tidak terkena expired dan terhapus dari registrar.
Penggunaan Google Search Console (GSC) juga sangat direkomendasikan. Fitur ini membantu pemilik website memantau aktivitas situs mereka di mesin pencari dan memberikan laporan rinci terkait error yang ditemukan oleh GoogleBot. Dengan informasi ini, pemilik website dapat segera mengambil tindakan yang tepat.
Tidak hanya itu, mengubah HTTP status code menjadi 503 Service Unavailable saat website mengalami downtime yang tak disengaja juga sangat penting. Ini memberi tahu GoogleBot bahwa situs sedang dalam kondisi sementara dan akan kembali beroperasi. Selain itu, tambahkan keterangan untuk pengguna agar mereka tahu bahwa situs sedang tidak tersedia.
Dengan memahami dampak dari downtime dan menerapkan strategi yang tepat, pemilik website dapat mengurangi risiko penurunan peringkat di SERP. Penting untuk selalu menjaga ketersediaan situs dan memastikan bahwa GoogleBot dapat mengakses semua halaman secara lancar. Dengan demikian, website tetap terlihat relevan dan menarik bagi pengguna serta mesin pencari.
Untuk lebih lanjut tentang dampak downtime terhadap SEO, Anda dapat membaca artikel terkait di Google Will Deindex Pages If Site Is Down For Several Days.
Pengertian Downtime dan Dampaknya pada SEO
Downtime merujuk pada periode waktu ketika suatu sistem, seperti website atau server, tidak berfungsi secara normal. Kondisi ini bisa terjadi karena alasan teknis, maintenance, atau bahkan gangguan eksternal. Ketika website tidak dapat diakses, GoogleBot akan kesulitan dalam melakukan crawling dan indexing halaman-halaman yang ada di dalamnya. Akibatnya, konten yang sebelumnya terindeks mungkin akan dihapus dari indeks Google.
Ketika website mengalami downtime, GoogleBot akan menganggap halaman tersebut tidak tersedia dan mungkin akan menghapusnya dari indeks. Hal ini bisa berdampak pada peringkat website di hasil pencarian (SERP), sehingga trafik yang sebelumnya stabil bisa turun drastis. Selain itu, pengguna yang mencoba mengakses situs akan mengalami frustrasi dan kemungkinan besar akan meninggalkan situs tersebut tanpa melakukan apa pun, yang bisa meningkatkan tingkat bounce rate.
Bounce rate adalah metrik yang mengukur seberapa cepat pengguna meninggalkan situs setelah mengunjungi halaman tertentu. Semakin tinggi bounce rate, semakin buruk kinerja situs dalam hal engagement dan kepuasan pengguna. Google menggunakan bounce rate sebagai salah satu faktor dalam menentukan peringkat situs di SERP. Oleh karena itu, downtime yang berkepanjangan bisa sangat merugikan performa SEO.
Untuk mengatasi masalah ini, penting untuk memahami bahwa downtime bukanlah hal yang bisa diabaikan. Pemilik website harus memastikan bahwa situs mereka tetap aktif dan dapat diakses oleh pengguna maupun GoogleBot. Dengan memperhatikan aspek ini, Anda dapat menjaga reputasi dan kinerja situs Anda di mesin pencari.
Strategi Mengatasi Dampak Downtime pada Website
Salah satu cara mengatasi dampak downtime adalah dengan membuat target waktu maintenance. Dengan menetapkan durasi maintenance yang terbatas, Anda dapat meminimalkan waktu downtime dan memastikan bahwa situs tetap tersedia bagi pengguna dan GoogleBot. Jika maintenance dilakukan, penting untuk memberitahu GoogleBot melalui pengubahan HTTP status code menjadi 503 Service Unavailable. Ini memberi tahu Google bahwa situs sedang dalam kondisi sementara dan akan kembali beroperasi.
Selain itu, pengguna juga harus diberi tahu melalui pesan yang jelas agar tidak bingung saat mencoba mengakses situs. Misalnya, Anda dapat menampilkan pesan seperti “Situs sedang dalam maintenance dan akan kembali dalam waktu 24 jam.” Pesan ini membantu pengguna memahami situasi dan menunggu dengan sabar.
Cara lain untuk mengatasi dampak downtime adalah dengan memiliki cadangan DNS. Kebanyakan downtime yang terjadi diluar rencana sang pemilik website kerap dikaitkan dengan kualitas DNS-nya. Saat server website tiba-tiba down, Anda bisa mengarahkan pengguna ke DNS cadangan. Ini memastikan bahwa pengguna tetap dapat mengakses situs meskipun server utama sedang dalam kondisi tidak stabil.
Pasang plugin pemantau uptime & downtime website juga sangat berguna. Beberapa plugin populer yang ada di WordPress yang bisa diunduh adalah Jetpack, UptimeRobot, dan ManageWP. Ketiganya merupakan alat monitor internal. Ada juga opsi alat monitor eksternal yang bisa Anda coba seperti Pingdom dan Site24x7. Dengan menggunakan plugin ini, Anda dapat memantau ketersediaan situs secara real-time dan segera mengambil tindakan jika terjadi downtime.
Selain itu, pastikan untuk selalu backup database Anda. Biasanya setiap cPanel Hosting menyediakan backup database, namun biasanya proses backup tetap harus dilakukan secara manual. Cukup merepotkan, bukan? Untuk proses backup database berjalan otomatis, Anda butuh bantuan dari technical support hosting. Seperti di Niagahoster ada fitur Jetbackup yang bisa menjalankan peran tersebut. Bila Anda baru mau buat website dan bisa menemukan hosting yang melayani backup database secara otomatis, tentu lebih baik lagi.
Pastikan nama domain Anda selalu up to date. Sebagaimana diketahui, nama domain biasanya memiliki masa aktif 1 tahun. Agar terus aktif, langganan nama domain tersebut wajib diperpanjang agar tidak expired dan terhapus dari registrar. Nah, bila khawatir lupa melakukan perpanjangan nama domain, coba pilih opsi perpanjangan otomatis saat baru mulai berlangganan nama domain. Atau sekalian saja beli nama domain untuk jangka waktu 10 tahun lamanya.
Gunakan Google Search Console (GSC) untuk memantau aktivitas situs Anda di mesin pencari. GSC memberikan laporan rinci terkait visibilitas halaman website hingga melaporkan error-error yang ditemukan GoogleBot saat melakukan crawling. Fitur ini gratis dan sangat berguna untuk memastikan bahwa situs Anda tetap terindeks dan dapat diakses oleh pengguna.
Ubah HTTP status code saat website mengalami downtime yang tak disengaja. Serupa dengan kasus maintenance, saat website Anda mengalami downtime yang tak disengaja, Anda harus segera mengubah HTTP status code dari 404 not found menjadi 503 Service Unavailable. Selain itu, tambahkan keterangan buat user yang memberi tahu bahwa website tak bisa diakses untuk sementara waktu saja.
Dengan menerapkan strategi-strategi ini, Anda dapat mengurangi risiko penurunan peringkat di SERP dan menjaga kinerja situs Anda di mesin pencari. Dengan demikian, website tetap terlihat relevan dan menarik bagi pengguna serta mesin pencari.