Memotivasi anak adalah salah satu tugas terpenting dalam proses pengasuhan. Dalam dunia pendidikan modern, banyak orang tua mencoba berbagai metode untuk membantu anak berkembang secara optimal. Salah satu cara yang umum digunakan adalah pujian atau dukungan. Namun, apakah keduanya benar-benar sama? Bagaimana sebenarnya membedakan antara pujian yang konstruktif dan dukungan yang efektif? Artikel ini akan membahas peran penting dari pujian dan dukungan dalam mengembangkan karakter anak serta bagaimana keduanya dapat diterapkan dengan tepat agar tidak menjadi bumerang.
Pujian sering kali dianggap sebagai alat motivasi yang ampuh. Orang tua cenderung memberikan pujian seperti “hebat” atau “pandai” ketika anak menyelesaikan sesuatu. Namun, penelitian menunjukkan bahwa pujian yang berlebihan atau tidak spesifik justru bisa merugikan. Anak bisa menjadi tergantung pada pujian, bukan pada kepercayaan diri mereka sendiri. Selain itu, pujian yang tidak didasari oleh usaha nyata bisa membuat anak merasa bahwa prestasi mereka hanya bergantung pada nilai eksternal, bukan pada kemampuan internal mereka.
Di sisi lain, dukungan memiliki peran yang lebih mendalam. Dukungan tidak hanya memberikan rasa percaya diri, tetapi juga membangun keterikatan emosional antara orang tua dan anak. Dukungan yang baik memungkinkan anak belajar dari kesalahan tanpa merasa dihakimi. Ini membantu mereka tumbuh menjadi individu yang tangguh dan mandiri. Pada akhirnya, tujuan utama dari memotivasi anak adalah membentuk pribadi yang kuat dan mampu menghadapi tantangan hidup.
Perbedaan Mendasar antara Pujian dan Dukungan
Pujian biasanya bersifat evaluatif. Misalnya, saat anak berhasil menyelesaikan tugas, Anda mungkin berkata, “Kamu hebat!” Meskipun niatnya baik, pujian semacam ini bisa membuat anak merasa bahwa keberhasilannya hanya karena sifat alami mereka, bukan hasil dari usaha. Hal ini bisa menyebabkan anak menjadi tidak siap menghadapi kegagalan.
Sementara itu, dukungan fokus pada proses, bukan hasil. Contohnya, jika anak berhasil menyelesaikan tugas, Anda bisa berkata, “Aku melihat kamu sangat tekun dalam mengerjakan ini.” Dengan demikian, anak belajar bahwa keberhasilan datang dari usaha dan komitmen, bukan hanya bakat alami. Dukungan seperti ini membantu anak memahami bahwa setiap kesulitan bisa diatasi dengan kerja keras dan pembelajaran.
Menurut sebuah studi dari University of Chicago (2024), anak-anak yang mendapatkan dukungan daripada pujian berlebihan cenderung lebih stabil dalam menghadapi tekanan dan lebih percaya diri dalam mengambil risiko. Penelitian ini menegaskan bahwa dukungan yang terstruktur dan konsisten jauh lebih efektif dalam membangun kepribadian yang sehat.
Mengapa Pujian Berlebihan Bisa Menjadi Masalah?
Pujian yang terlalu sering atau tidak spesifik bisa menyebabkan beberapa masalah psikologis pada anak. Pertama, anak bisa menjadi sangat bergantung pada pujian dari orang lain. Saat mereka tidak mendapat pujian, mereka merasa tidak berharga. Kedua, anak bisa mengabaikan proses belajar dan hanya fokus pada hasil akhir. Akibatnya, mereka tidak belajar untuk menghadapi kesulitan dengan cara yang sehat.
Selain itu, pujian yang tidak terarah bisa membuat anak merasa bahwa mereka harus selalu “hebat” untuk dihargai. Hal ini bisa menyebabkan stres dan kecemasan, terutama ketika mereka menghadapi situasi yang tidak mudah. Sebaliknya, dukungan yang konsisten memungkinkan anak belajar bahwa keberhasilan tidak selalu datang dengan mudah, dan bahwa setiap langkah kecil pun bernilai.
Sebuah laporan dari Child Development Institute (2025) menjelaskan bahwa anak-anak yang terbiasa menerima pujian berlebihan cenderung mengalami penurunan motivasi ketika tidak ada lagi pujian yang diberikan. Hal ini menunjukkan bahwa pujian yang tidak disertai dengan dukungan nyata justru bisa mengurangi kemampuan anak untuk mengatur diri sendiri.
Cara Memberikan Pujian yang Efektif
Jika ingin menggunakan pujian sebagai alat motivasi, penting untuk membuatnya spesifik dan berfokus pada usaha. Contohnya, alih-alih berkata “Hebat!” saat anak menyelesaikan tugas, Anda bisa berkata, “Aku senang kamu sudah berusaha menyelesaikan soal ini dengan baik.” Dengan demikian, anak belajar bahwa keberhasilan datang dari upaya, bukan hanya bakat.
Pujian juga sebaiknya diiringi dengan penjelasan singkat. Misalnya, “Kamu sudah berusaha sangat keras untuk menyelesaikan ini, dan itu sangat luar biasa.” Dengan demikian, anak memahami bahwa pujian diberikan karena tindakan mereka, bukan sekadar status mereka sebagai “anak pintar”.
Menurut Dr. Carol Dweck, psikolog dari Stanford University, pujian yang berfokus pada proses (seperti usaha, strategi, atau ketekunan) jauh lebih efektif daripada pujian yang berfokus pada kemampuan (seperti “pandai” atau “hebat”). Studinya menunjukkan bahwa anak-anak yang menerima pujian seperti ini cenderung lebih giat belajar dan lebih siap menghadapi tantangan.
Manfaat Mendukung Anak Secara Efektif
Dukungan yang baik tidak hanya memberikan rasa aman, tetapi juga membangun kemandirian. Ketika anak merasa didukung, mereka lebih percaya diri untuk mencoba hal-hal baru dan belajar dari kesalahan. Misalnya, jika anak gagal dalam ujian, dukungan dari orang tua bisa membantu mereka memahami bahwa kegagalan bukan akhir dari segalanya, tetapi bagian dari proses belajar.
Selain itu, dukungan memperkuat hubungan antara orang tua dan anak. Ketika anak merasa didukung, mereka cenderung lebih terbuka dalam berbicara dan berbagi perasaan. Ini memungkinkan orang tua untuk lebih memahami kebutuhan dan kekhawatiran anak.
Menurut sebuah artikel di Psychology Today (2025), anak-anak yang didukung secara emosional dan mental cenderung lebih bahagia dan sehat secara psikologis. Mereka juga lebih mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan baru dan lebih siap menghadapi tantangan kehidupan.
Kesimpulan
Mengmotivasi anak adalah proses yang kompleks dan memerlukan kesadaran akan perbedaan antara pujian dan dukungan. Pujian bisa menjadi alat yang efektif jika diberikan secara spesifik dan berfokus pada usaha. Namun, pujian yang berlebihan atau tidak terarah justru bisa merugikan. Di sisi lain, dukungan yang konsisten dan berbasis proses jauh lebih efektif dalam membentuk pribadi yang tangguh dan mandiri.
Orang tua perlu memahami bahwa tujuan utama dari memotivasi anak adalah membantu mereka tumbuh menjadi individu yang mampu menghadapi tantangan hidup. Dengan kombinasi pujian yang tepat dan dukungan yang kuat, anak akan belajar bahwa keberhasilan tidak hanya datang dari bakat, tetapi juga dari usaha dan pembelajaran.
Jika Anda ingin mempelajari lebih lanjut tentang cara mengasuh anak secara efektif, kunjungi situs theAsianparent yang telah dipercaya oleh ribuan orang tua di Indonesia dan negara-negara lain. Situs ini menyediakan berbagai artikel, tips, dan panduan parenting yang dapat Anda andalkan.







