Dalam dunia keuangan pribadi, perilaku konsumsi yang impulsif sering kali menjadi tantangan besar bagi banyak individu. Salah satu fenomena yang semakin marak adalah doom spending, atau belanja impulsif yang dilakukan hanya untuk memenuhi kepuasan sesaat tanpa mempertimbangkan dampak jangka panjang. Meski terdengar sederhana, doom spending bisa memiliki konsekuensi serius, terutama jika tidak diatur dengan baik.

Tisu Murah

Pola belanja seperti ini sering dipicu oleh berbagai faktor, termasuk stres, rasa takut ketinggalan (FOMO), atau godaan promo diskon yang menarik. Banyak orang cenderung mengabaikan kebutuhan nyata dan lebih memilih membeli barang yang sebenarnya tidak diperlukan hanya karena sedang ada penawaran. Hal ini membuat pengeluaran menjadi tidak terkendali, bahkan bisa mengakibatkan utang atau kesulitan keuangan.

Kebiasaan ini juga semakin diperparah oleh munculnya layanan paylater yang mudah diakses. Meskipun paylater memberikan kemudahan dalam pembayaran, penggunaannya yang tidak terkontrol dapat memperburuk situasi keuangan. Tanpa disadari, uang yang seharusnya digunakan untuk kebutuhan pokok bisa terbuang untuk barang-barang yang tidak esensial.

Apa Itu Doom Spending?

Doom spending merujuk pada tindakan membeli sesuatu secara impulsif tanpa rencana, biasanya karena emosi atau dorongan sesaat. Contohnya, membeli produk baru hanya karena ada diskon besar, padahal sudah memiliki barang yang sama di rumah. Perilaku ini sering kali dilakukan saat seseorang merasa tertekan, bosan, atau ingin mencoba hal baru.

Beberapa ciri dari doom spending antara lain:

– Membeli barang tanpa perhitungan biaya.

– Mengabaikan anggaran yang telah ditetapkan.

– Tidak memperhatikan apakah barang tersebut benar-benar dibutuhkan.

– Terjebak dalam promosi atau diskon yang menggoda.

Meski awalnya terasa menyenangkan, doom spending bisa berujung pada rasa bersalah, kecemasan finansial, atau bahkan utang yang sulit dibayar.

Jasa Stiker Kaca

Dampak Doom Spending pada Kondisi Keuangan

Perilaku impulsive spending tidak hanya memengaruhi keuangan secara langsung, tetapi juga bisa memengaruhi kualitas hidup secara keseluruhan. Misalnya, jika seseorang terbiasa membeli barang yang tidak penting setiap bulan, maka tabungan dan investasi bisa terganggu. Ini bisa menghambat kemampuan untuk menabung darurat atau mempersiapkan masa depan.

Jasa Backlink

Selain itu, penggunaan paylater yang berlebihan bisa menyebabkan tagihan yang menumpuk. Bayangkan jika seseorang menggunakan paylater untuk membeli beberapa barang sekaligus, lalu harus membayar cicilan dalam jumlah besar setiap bulan. Hal ini bisa membuat kondisi keuangan menjadi kacau, terutama jika pendapatan tidak cukup untuk menutupi cicilan tersebut.

Strategi Mengatasi Doom Spending

Untuk mengurangi risiko doom spending, diperlukan strategi yang tepat dan disiplin dalam mengelola keuangan. Berikut beberapa langkah yang bisa dilakukan:

  1. Buat Anggaran dan Ikuti Aturan

    Menyusun anggaran keuangan adalah langkah pertama untuk mengontrol pengeluaran. Gunakan metode seperti 50/30/20, di mana 50% dari penghasilan dialokasikan untuk kebutuhan pokok, 30% untuk hiburan, dan 20% untuk tabungan atau investasi. Dengan begitu, pengeluaran akan lebih terarah dan tidak mudah tergoda untuk membeli barang yang tidak diperlukan.

  2. Terapkan Aturan “Wait 7 Days”

    Sebelum membeli sesuatu, cobalah menunda keputusan selama tujuh hari. Jika setelah waktu tersebut masih merasa membutuhkan barang tersebut, barulah lakukan pembelian. Langkah ini membantu menghindari keputusan impulsif yang tidak direncanakan.

  3. Batasi Penggunaan Paylater

    Meskipun paylater sangat praktis, penggunaannya harus dibatasi agar tidak mengganggu keuangan. Sebaiknya gunakan paylater hanya untuk kebutuhan penting, bukan untuk barang yang hanya sekadar menarik perhatian. Batasi penggunaannya maksimal 20% dari penghasilan bulanan.

  4. Cari Alternatif Lain Selain Belanja

    Jika seseorang cenderung melakukan doom spending karena stres atau kebosanan, carilah alternatif lain untuk menghibur diri. Misalnya, melakukan olahraga, membaca buku, atau berbicara dengan teman. Dengan begitu, kebiasaan belanja impulsif bisa dikurangi.

  5. Lakukan Evaluasi Berkala

    Lakukan evaluasi rutin terhadap pengeluaran untuk melihat apakah ada kebiasaan yang perlu diubah. Dengan mengetahui pola pengeluaran, seseorang bisa lebih sadar dan menjaga keuangan dengan lebih baik.

Pentingnya Kesadaran Finansial

Mengelola keuangan dengan bijak adalah kunci untuk menghindari doom spending. Kesadaran akan kebutuhan dan prioritas pribadi sangat penting dalam memutus siklus belanja impulsif. Dengan memahami bahwa uang adalah sumber daya yang terbatas, seseorang bisa lebih bertanggung jawab dalam penggunaannya.

Selain itu, penting untuk membangun mental yang kuat dalam menghadapi godaan promosi atau diskon. Jangan biarkan keinginan sesaat mengambil alih keputusan keuangan. Dengan disiplin dan kesadaran, seseorang bisa menciptakan gaya hidup yang lebih stabil dan sejahtera.

Kesimpulan

Doom spending adalah fenomena yang perlu diwaspadai karena potensi dampak negatifnya pada keuangan pribadi. Namun, dengan strategi yang tepat dan kesadaran yang tinggi, seseorang dapat mengurangi risiko ini. Mulailah dengan membuat anggaran, membatasi penggunaan paylater, dan mencari alternatif lain untuk menghibur diri. Dengan langkah-langkah sederhana ini, keuangan pribadi bisa lebih terkendali dan aman dari kebiasaan belanja impulsif.

Dengan memahami dan menerapkan prinsip-prinsip keuangan yang sehat, setiap individu bisa membangun fondasi keuangan yang kuat dan berkelanjutan. Ingatlah bahwa kebahagiaan sesaat tidak selalu sebanding dengan kerugian jangka panjang. Jadi, mulailah dari sekarang untuk menjaga keuangan dengan bijak dan cerdas.