Di tengah dinamika ekonomi dan perubahan pola hidup masyarakat, banyak lulusan perguruan tinggi memilih jalur karier yang konsisten dengan minat dan keinginan mereka. Salah satunya adalah Nur Agis Aulia, seorang sarjana yang memutuskan untuk menjadi petani ketimbang bekerja di BUMN. Keputusan ini tidak hanya menunjukkan semangat berwirausaha, tetapi juga komitmen terhadap pembangunan daerah dan penguatan sektor pertanian. Di Indonesia, yang merupakan negara kepulauan terbesar dan agraris tropis terbesar setelah Brasil, potensi swasembada pangan sangat besar. Namun, realisasi potensi tersebut memerlukan peran aktif masyarakat dan dukungan dari berbagai pihak, termasuk para pemuda yang memiliki inisiatif dan kepedulian terhadap lingkungan sekitar.
Agis lahir dan besar di Desa Sandilawang, Serang, tempat ia menyaksikan langsung potensi pertanian yang belum optimal. Dari sini, ia mulai merasa tertarik untuk ikut serta dalam upaya pengembangan masyarakat. Selama kuliah, ia aktif dalam Koperasi Mahasiswa Universitas Gadjah Mada (KOPMA UGM), yang memberinya wawasan baru tentang pentingnya pemberdayaan masyarakat. Ketertarikan pada community development pun semakin tumbuh, hingga akhirnya ia memutuskan untuk bergabung dalam program Indonesia Bangun Desa (IBD) setelah lulus.
Program IBD, yang diprakarsai oleh Yayasan Bina Desa Indonesia, bertujuan mencetak agropreneur muda yang mampu mengembangkan potensi daerah pesisir dan pedesaan. Tujuan utamanya adalah membantu masyarakat meningkatkan kesejahteraan melalui sektor pertanian, peternakan, dan perkebunan. Sebagai lulusan Studi Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan, Agis yakin bahwa misi ini sangat relevan dengan tujuan pembangunan nasional. Dengan latar belakang pendidikan yang bukan dari bidang pertanian, ia mengikuti pelatihan selama tiga bulan yang mencakup efisiensi bercocok tanam, berternak, serta soft skill kepemimpinan. Setelah itu, ia ditempatkan di Desa Ciapus, Kabupaten Bogor, selama sembilan bulan untuk mendampingi petani ikan dalam budidaya ikan koi.
Perjalanan Agis dalam Program IBD
Selama menjalani program IBD, Agis menghadapi berbagai tantangan. Awalnya, ia merasa ragu karena latar belakang pendidikannya yang tidak sesuai dengan bidang pertanian. “Diawal-awal sempat juga ditanyain warga; susah-susah kuliah kenapa mau jadi petani mas? Ha-ha-ha,” kenang Agis. Meskipun demikian, ia tidak menyerah dan berusaha belajar sebanyak mungkin. Selama masa penerjunan, Agis mempelajari berbagai aspek pertanian, seperti pembibitan, sistem panen, hingga distribusi melalui kulak maupun dinas pemerintahan. Pengalaman ini memberinya wawasan yang luas dan membuatnya lebih percaya diri dalam menjalani kehidupan sebagai petani.
Pengalaman di Desa Ciapus menjadi awal dari perjalanan Agis sebagai petani. Setelah selesai menjalani program IBD, ia kembali ke kampung halamannya untuk mengembangkan potensi daerah. Ia merintis usaha peternakan sapi perah, kambing etawa, dan domba dengan nama Waringin Farm. Usaha ini fokus pada penggemukan dan pemasaran ternak. Selain itu, ia juga aktif dalam mendirikan komunitas Belajar Bangun Desa yang diperuntukkan bagi anak-anak Sekolah Dasar. Menurut Agis, penting untuk menumbuhkan rasa bangga dan tanggung jawab terhadap potensi pertanian dan peternakan sejak dini.
Kontribusi Agis untuk Pemberdayaan Masyarakat
Agis percaya bahwa semua orang memiliki peran berbeda dalam mengembangkan potensi pertanian Indonesia. Menurutnya, apapun profesinya, setiap warga harus siap berkolaborasi dan menjadi terbaik di bidangnya. “Kalau sudah begitu, tiap sektor jadi bisa mendukung satu sama lain. Misalnya, petani bisa memberi kualitas terbaik ya karena didukung pasar yang cinta produk dalam negeri,” ujarnya. Ia berharap apa yang dirintisnya saat ini dapat memberi dampak positif bagi lingkungan sekitarnya. Usahanya juga diharapkan bisa menjadikannya lebih mandiri dan berdaya.
Lebih jauh, Agis berpandangan bahwa meski Indonesia memiliki potensi pertanian yang baik, bukan berarti semua orang harus menjadi petani seperti dirinya. Yang terpenting, kata Agis, adalah mencintai potensi dan kelebihan yang dimiliki, kemudian ikut mendukung. Tidak boleh apatis atau bersikap “cukup tau” saja. Ia juga mengingatkan bahwa ilmu yang diperoleh di universitas seyogyanya dikembalikan untuk kepentingan masyarakat luas.
Inspirasi dan Semangat Baru untuk Generasi Muda
Nur Agis Aulia mungkin adalah sedikit bukti bahwa makna karir sejatinya memiliki banyak definisi. Tergantung darimana kamu melihat dan mengartikannya. Ia juga mampu menjadi bukti bahwa sebuah ilmu seyogyanya harus dikembalikan untuk sekitar, harus mampu memberikan manfaat bagi orang banyak. Seperti kata Soe Hok Gie, “Kita adalah segelintir orang yang beruntung bisa mengenyam pendidikan di universitas. Mereka yang tak sempat mengenyam pendidikan di perkuliahan adalah tanggung jawab kita.”
Agis menjadi inspirasi bagi generasi muda yang ingin berkontribusi dalam pembangunan daerah. Ia menunjukkan bahwa menjadi petani bukanlah pekerjaan yang rendah, melainkan salah satu cara untuk menciptakan nilai tambah bagi masyarakat. Dengan semangat dan komitmen yang tinggi, ia membuktikan bahwa kesuksesan tidak selalu diukur dari posisi atau gaji, tetapi dari kontribusi nyata yang diberikan kepada masyarakat sekitar.
Kehidupan Seorang Petani Muda di Desa
Sebagai petani muda, Agis menghabiskan waktu sehari-hari untuk mengelola usaha peternakan dan berinteraksi dengan masyarakat. Ia sering kali turun langsung ke lapangan untuk memastikan kesehatan ternak dan memperbaiki sistem produksi. Selain itu, ia juga aktif dalam memberikan pelatihan kepada petani lokal, terutama dalam hal teknik budidaya dan pemasaran produk. Melalui komunitas Belajar Bangun Desa, ia berupaya meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pertanian dan peternakan sebagai sumber kehidupan.
Agis juga berkomitmen untuk menjaga lingkungan sekitarnya. Ia menerapkan prinsip pertanian berkelanjutan dalam usahanya, seperti penggunaan pupuk alami dan pengelolaan limbah yang ramah lingkungan. Hal ini tidak hanya membantu menjaga kualitas tanah dan air, tetapi juga memastikan bahwa usaha peternakannya dapat berlangsung secara berkelanjutan.
Harapan untuk Masa Depan Pertanian Indonesia
Agis berharap bahwa model usaha yang ia jalani dapat menjadi contoh bagi petani muda lainnya. Ia percaya bahwa dengan kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan pemuda, sektor pertanian Indonesia dapat berkembang pesat. Ia juga berharap agar lebih banyak lagi pemuda yang tertarik untuk kembali ke desa dan berkontribusi dalam pembangunan daerah.
Selain itu, Agis berharap agar dunia pertanian dapat lebih dihargai dan diakui sebagai profesi yang layak. Ia menilai bahwa banyak orang masih menganggap pertanian sebagai pekerjaan yang kurang menjanjikan, padahal sebenarnya ada banyak peluang di bidang ini. Dengan inovasi dan pemanfaatan teknologi, pertanian modern dapat menjadi sumber penghasilan yang stabil dan berkelanjutan.
Kesimpulan
Nur Agis Aulia adalah contoh nyata dari seorang pemuda yang memilih jalur karier yang berbeda dari kebanyakan teman sejawatnya. Dengan keputusan untuk menjadi petani, ia membuktikan bahwa sukses tidak selalu diukur dari posisi atau gaji, tetapi dari kontribusi nyata yang diberikan kepada masyarakat. Melalui usaha peternakan dan komunitas Belajar Bangun Desa, ia berupaya membangun masa depan yang lebih baik untuk daerahnya dan generasi muda Indonesia. Dengan semangat dan komitmen yang tinggi, Agis menjadi inspirasi bagi banyak orang yang ingin berkontribusi dalam pembangunan daerah.