Puasa Tarwiyah dan Arafah merupakan dua puasa sunnah yang sangat dianjurkan dalam agama Islam, khususnya menjelang hari raya Idul Adha. Puasa ini dilakukan pada tanggal 8 dan 9 Dzulhijjah, masing-masing disebut sebagai puasa Tarwiyah dan Arafah. Meskipun kedua puasa ini tidak wajib, tetapi memiliki keutamaan besar yang bisa diraih oleh umat Muslim yang menjalankannya dengan niat yang benar. Salah satu hal penting dalam melaksanakan puasa adalah niat, karena niat menjadi dasar dari segala perbuatan ibadah. Oleh karena itu, mengetahui niat puasa Tarwiyah dan Arafah dalam bahasa Arab yang benar sangat penting agar ibadah tersebut diterima oleh Allah SWT.
Niat puasa adalah pernyataan hati yang menyatakan keinginan untuk melakukan sesuatu yang berhubungan dengan ibadah. Dalam konteks puasa, niat ini harus diucapkan secara lisan atau dipahami dalam hati sebelum waktu shubuh tiba. Niat puasa Tarwiyah dan Arafah memiliki bentuk yang berbeda, tergantung pada hari pelaksanaannya. Untuk puasa Tarwiyah, niat dilakukan pada hari ke-8 Dzulhijjah, sedangkan puasa Arafah dilakukan pada hari ke-9 Dzulhijjah. Kedua puasa ini memiliki keistimewaan masing-masing, seperti puasa Tarwiyah digunakan sebagai persiapan untuk puasa Arafah, sementara puasa Arafah dianggap sebagai puasa yang paling utama setelah puasa Ramadhan.
Dalam artikel ini, akan dibahas secara lengkap mengenai niat puasa Tarwiyah dan Arafah dalam bahasa Arab yang benar. Selain itu, akan dijelaskan juga keutamaan serta hukum puasa ini agar pembaca dapat memahami manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan mengetahui niat yang tepat, umat Muslim dapat menjalankan puasa dengan lebih sungguh-sungguh dan mendapatkan pahala yang besar dari Allah SWT. Artikel ini juga akan memberikan informasi tambahan tentang cara melaksanakan puasa Arafah dan Tarwiyah, termasuk anjuran dari para ulama dan pendapat-pendapat yang berkembang dalam masyarakat.
Pengertian Puasa Tarwiyah dan Arafah
Puasa Tarwiyah dan Arafah merupakan dua jenis puasa sunnah yang dilakukan pada bulan Dzulhijjah, yaitu bulan ke-12 dalam kalender hijriyah. Puasa Tarwiyah dilakukan pada tanggal 8 Dzulhijjah, sedangkan puasa Arafah dilakukan pada tanggal 9 Dzulhijjah. Kedua puasa ini memiliki makna dan keistimewaan tersendiri dalam agama Islam. Puasa Tarwiyah biasanya dilakukan sebagai persiapan untuk puasa Arafah, yang merupakan salah satu puasa yang paling utama dalam tahun hijriyah.
Menurut riwayat hadis, Nabi Muhammad SAW pernah melaksanakan puasa Tarwiyah dan Arafah, sehingga hal ini menjadi dasar bagi umat Islam untuk menjalankannya. Dalam beberapa kitab fiqh, seperti Al-Mughni dan Al-Hidaya, disebutkan bahwa puasa Tarwiyah dan Arafah adalah puasa yang dianjurkan, meskipun bukan termasuk puasa wajib. Namun, bagi yang mampu dan ingin meraih pahala besar, puasa ini sangat dianjurkan. Terlebih lagi, puasa Arafah dianggap sebagai puasa yang bisa menghapus dosa-dosa yang telah lalu dan yang akan datang, sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW, “Puasa Arafah, aku harap kepada Allah, menghapuskan dosa tahun yang lalu dan tahun yang akan datang.”
Niat Puasa Tarwiyah dalam Bahasa Arab yang Benar
Niat puasa Tarwiyah dalam bahasa Arab yang benar adalah “Nawaitu shauma ghairi ma’quliyyati fii yaumi tasyriqi li allahi ta’ala”. Niat ini dibaca sebelum waktu subuh tiba, yaitu pada hari ke-8 Dzulhijjah. Niat ini menunjukkan bahwa seseorang berniat untuk berpuasa pada hari tersebut karena Allah SWT. Dalam pengucapan niat, penting untuk memperhatikan kesempurnaan bacaan dan pemahaman maknanya agar ibadah diterima oleh Allah.
Beberapa ahli fiqh menyebutkan bahwa niat puasa Tarwiyah bisa juga disampaikan dalam bentuk “Nawaitu shauma tasyriqi li allahi ta’ala”, yang artinya “Aku berniat berpuasa tasyriq karena Allah SWT”. Namun, versi yang lebih lengkap dan dianjurkan adalah “Nawaitu shauma ghairi ma’quliyyati fii yaumi tasyriqi li allahi ta’ala”. Hal ini dikarenakan kata “ghairi ma’quliyyati” mengandung makna puasa yang tidak termasuk puasa wajib, seperti puasa Ramadhan. Dengan demikian, niat ini lebih tepat untuk puasa sunnah seperti Tarwiyah dan Arafah.
Niat Puasa Arafah dalam Bahasa Arab yang Benar
Niat puasa Arafah dalam bahasa Arab yang benar adalah “Nawaitu shauma ghairi ma’quliyyati fii yaumi arafah li allahi ta’ala”. Niat ini dibaca sebelum waktu subuh tiba, yaitu pada hari ke-9 Dzulhijjah. Niat ini menunjukkan bahwa seseorang berniat untuk berpuasa pada hari tersebut karena Allah SWT. Dalam pengucapan niat, penting untuk memperhatikan kesempurnaan bacaan dan pemahaman maknanya agar ibadah diterima oleh Allah.
Beberapa ahli fiqh menyebutkan bahwa niat puasa Arafah bisa juga disampaikan dalam bentuk “Nawaitu shauma arafah li allahi ta’ala”, yang artinya “Aku berniat berpuasa Arafah karena Allah SWT”. Namun, versi yang lebih lengkap dan dianjurkan adalah “Nawaitu shauma ghairi ma’quliyyati fii yaumi arafah li allahi ta’ala”. Hal ini dikarenakan kata “ghairi ma’quliyyati” mengandung makna puasa yang tidak termasuk puasa wajib, seperti puasa Ramadhan. Dengan demikian, niat ini lebih tepat untuk puasa sunnah seperti Arafah.
Keutamaan Puasa Tarwiyah dan Arafah
Puasa Tarwiyah dan Arafah memiliki keutamaan yang sangat besar dalam agama Islam. Salah satu keutamaan puasa Arafah adalah kemampuannya dalam menghapus dosa-dosa yang telah lalu dan yang akan datang. Dalam sebuah hadis, Nabi Muhammad SAW bersabda, “Puasa Arafah, aku harap kepada Allah, menghapuskan dosa tahun yang lalu dan tahun yang akan datang.” Hadis ini menunjukkan betapa pentingnya puasa Arafah dalam kehidupan seorang Muslim.
Selain itu, puasa Tarwiyah juga memiliki keutamaan dalam membantu persiapan menuju hari Arafah. Puasa ini sering dijadikan sebagai bentuk persiapan untuk puasa Arafah, karena keduanya dilakukan dalam rentang waktu yang dekat. Dalam beberapa kitab fiqh, seperti Al-Mughni dan Al-Hidaya, disebutkan bahwa puasa Tarwiyah dan Arafah adalah puasa yang dianjurkan, meskipun bukan termasuk puasa wajib. Namun, bagi yang mampu dan ingin meraih pahala besar, puasa ini sangat dianjurkan.
Cara Melaksanakan Puasa Tarwiyah dan Arafah
Untuk melaksanakan puasa Tarwiyah dan Arafah, seseorang harus memenuhi beberapa syarat dan ketentuan yang berlaku dalam agama Islam. Pertama, niat harus dibuat sebelum waktu subuh tiba, baik secara lisan maupun dalam hati. Niat puasa Tarwiyah dan Arafah dalam bahasa Arab yang benar telah dijelaskan sebelumnya, yaitu “Nawaitu shauma ghairi ma’quliyyati fii yaumi tasyriqi/arfah li allahi ta’ala”.
Kedua, puasa harus dilakukan mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari. Selama masa puasa, seseorang harus menghindari semua hal yang membatalkan puasa, seperti makan, minum, dan hubungan intim. Selain itu, puasa ini juga harus dilakukan dengan niat yang benar dan tanpa adanya keharusan dari orang lain. Jika seseorang tidak mampu melaksanakannya, maka puasa ini tidak wajib, namun tetap dianjurkan.
Anjuran Para Ulama Mengenai Puasa Tarwiyah dan Arafah
Para ulama dalam berbagai madzhab memiliki pandangan yang berbeda-beda mengenai puasa Tarwiyah dan Arafah. Dalam madzhab Hanafi, puasa Tarwiyah dan Arafah dianggap sebagai puasa sunnah yang dianjurkan, tetapi tidak wajib. Sedangkan dalam madzhab Syafi’i, puasa Arafah dianggap sebagai puasa yang paling utama setelah puasa Ramadhan. Dalam madzhab Maliki dan Hambali, puasa Arafah juga dianjurkan, meskipun tidak wajib.
Beberapa ulama juga menyebutkan bahwa puasa Arafah memiliki keutamaan yang sangat besar, terutama jika dilakukan oleh seseorang yang tidak sedang dalam perjalanan. Dalam sebuah riwayat, Nabi Muhammad SAW pernah melaksanakan puasa Arafah dan menyuruh umatnya untuk melakukannya. Dengan demikian, puasa ini menjadi bagian dari ajaran Islam yang penting untuk diperhatikan oleh umat Muslim.
Kesimpulan
Puasa Tarwiyah dan Arafah merupakan dua puasa sunnah yang sangat dianjurkan dalam agama Islam. Niat puasa dalam bahasa Arab yang benar sangat penting agar ibadah diterima oleh Allah SWT. Niat puasa Tarwiyah adalah “Nawaitu shauma ghairi ma’quliyyati fii yaumi tasyriqi li allahi ta’ala”, sedangkan niat puasa Arafah adalah “Nawaitu shauma ghairi ma’quliyyati fii yaumi arafah li allahi ta’ala”. Kedua puasa ini memiliki keutamaan yang besar, seperti menghapus dosa-dosa yang telah lalu dan yang akan datang. Selain itu, puasa ini juga menjadi persiapan untuk melaksanakan ibadah haji. Dengan mengetahui niat yang benar dan memahami keutamaannya, umat Muslim dapat menjalankan puasa ini dengan lebih sungguh-sungguh dan mendapatkan pahala yang besar dari Allah SWT.