Desa Penglipuran di Kabupaten Bangli, Bali, telah mendapatkan pengakuan internasional sebagai salah satu desa wisata terbaik di dunia. Penghargaan ini diberikan oleh The United Nations World Tourism Organization (UNWTO) dalam sidang umum ke-25 yang diselenggarakan di Samarkand, Uzbekistan, pada 16 hingga 20 Oktober 2023. Keberhasilan Desa Penglipuran menjadi bagian dari daftar desa wisata terbaik dunia menunjukkan bahwa kawasan ini telah berhasil menjaga keasrian lingkungan, melestarikan bentang alam, serta mempertahankan kekayaan budaya dan tradisi lokal. Penghargaan ini juga mencerminkan upaya masyarakat setempat dalam menjaga keseimbangan antara pertumbuhan pariwisata dan pelestarian nilai-nilai budaya yang telah ada sejak lama.
Dalam sidang tersebut, sebanyak 54 desa dari berbagai belahan dunia terpilih menjadi yang terbaik. Dengan demikian, total jumlah desa wisata terbaik yang masuk dalam daftar UNWTO mencapai 74. Desa Penglipuran menjadi salah satu dari mereka yang dinilai unggul dalam hal konservasi lingkungan dan penguatan identitas budaya. Selain itu, desa ini juga pernah meraih penghargaan sebagai desa terbersih dunia dari Green Destination Foundation. Hal ini menunjukkan bahwa Desa Penglipuran tidak hanya memiliki keindahan alam dan budaya yang luar biasa, tetapi juga menjunjung tinggi prinsip kebersihan dan keberlanjutan.
Penghargaan ini juga merupakan hasil dari usaha bersama antara pemerintah dan masyarakat setempat dalam mengembangkan pariwisata berkelanjutan. Desa Penglipuran memiliki rumah-rumah tradisional dengan arsitektur khas Bali yang tersusun rapi dari ujung utama desa hingga bagian hilir. Setiap pekarangan dilengkapi dengan angkul-angkul, yaitu pintu gerbang khas Bali yang saling berhadapan antar rumah. Penataan fisik desa ini mencerminkan warisan budaya masyarakat yang selalu memegang teguh falsafah Tri Hita Karana, yaitu keharmonisan hubungan antara manusia dengan manusia, manusia dengan lingkungan, dan manusia dengan Tuhan.
Penghargaan Internasional untuk Desa Penglipuran
Desa Penglipuran tidak hanya dikenal sebagai tempat wisata yang indah, tetapi juga sebagai contoh nyata dari upaya pelestarian budaya dan lingkungan. Penghargaan dari UNWTO memberikan pengakuan global terhadap komitmen masyarakat setempat dalam menjaga keasrian kawasan pedesaan. Penghargaan ini juga membuka peluang bagi Desa Penglipuran untuk lebih dikenal secara internasional, sehingga meningkatkan minat wisatawan dari berbagai negara. Selain itu, penghargaan ini menjadi motivasi bagi desa-desa lain di Indonesia untuk mengadopsi model pengembangan pariwisata yang berkelanjutan dan berbasis budaya.
Selama sidang UNWTO, perwakilan dari berbagai organisasi internasional, termasuk Menteri Pariwisata G20, juga hadir dalam acara tersebut. Mereka memberikan apresiasi terhadap inovasi dan keunikan Desa Penglipuran dalam mengembangkan pariwisata. Sekretaris Jenderal UNWTO, Zurab Pololikashvili, menyampaikan kekagumannya terhadap keindahan dan keramahan masyarakat Desa Penglipuran. Ia bahkan menyarankan agar desa ini diikutsertakan dalam ajang Best Tourism Village UNWTO. Usulan ini kemudian direspons oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno, yang menyatakan bahwa pihaknya akan segera melakukan langkah-langkah lanjutan dalam rangka mengikuti ajang tersebut.
Warisan Budaya yang Terus Dijaga
Salah satu faktor utama yang membuat Desa Penglipuran layak mendapatkan penghargaan adalah warisan budaya yang masih terjaga dengan baik. Masyarakat setempat terus memegang teguh falsafah Tri Hita Karana, yang menjadi dasar dari kehidupan sehari-hari. Falsafah ini mengajarkan pentingnya menjaga harmoni antara manusia dengan sesama, manusia dengan alam, dan manusia dengan Tuhan. Hal ini tercermin dalam tata ruang desa, yang dirancang sedemikian rupa sehingga tidak hanya indah, tetapi juga ramah lingkungan.
Struktur fisik desa juga menjadi bukti nyata dari keberlanjutan dan kesadaran lingkungan. Rumah-rumah tradisional di Desa Penglipuran memiliki bentuk yang serupa dan tersusun rapi, dengan jalan utama yang membagi area perkampungan. Setiap pekarangan memiliki angkul-angkul yang menjadi ciri khas Bali. Tidak hanya itu, desa ini juga memiliki sistem pengelolaan sampah yang teratur, sehingga menjaga kebersihan lingkungan. Inisiatif ini mencerminkan kepedulian masyarakat terhadap lingkungan dan keberlanjutan.
Kekayaan Budaya dan Tradisi Lokal
Selain keindahan alam dan lingkungan, Desa Penglipuran juga dikenal dengan kekayaan budaya dan tradisi lokal yang kental. Masyarakat setempat masih mempertahankan ritual-ritual keagamaan dan adat istiadat yang turun-temurun. Misalnya, festival tahunan seperti Galungan dan Kuningan masih diadakan dengan penuh makna dan kegembiraan. Acara-acara ini tidak hanya menjadi momen kebersamaan bagi warga, tetapi juga menjadi daya tarik bagi wisatawan yang ingin mengenal lebih dekat kehidupan masyarakat Bali.
Tradisi kuliner juga menjadi bagian tak terpisahkan dari kebudayaan Desa Penglipuran. Masakan khas Bali seperti bebek bumbu kelapa dan sate lilit sering disajikan dalam acara-acara adat atau saat tamu berkunjung. Wisatawan yang berkunjung ke desa ini juga bisa mencoba berbagai hidangan lokal yang lezat dan autentik. Selain itu, Desa Penglipuran juga memiliki pusat-pusat seni dan kerajinan yang menawarkan produk-produk khas Bali, seperti anyaman bambu, batik, dan kerajinan tangan lainnya.
Potensi Pariwisata Berkelanjutan
Desa Penglipuran memiliki potensi besar dalam mengembangkan pariwisata berkelanjutan yang tidak hanya menguntungkan ekonomi masyarakat, tetapi juga menjaga keutuhan lingkungan dan budaya. Dengan penghargaan dari UNWTO, desa ini menjadi contoh nyata bahwa pariwisata dapat dikembangkan tanpa mengorbankan nilai-nilai lokal dan keberlanjutan. Pemerintah dan masyarakat setempat terus berupaya untuk meningkatkan fasilitas wisata, seperti penginapan, restoran, dan jalur wisata yang ramah lingkungan.
Selain itu, Desa Penglipuran juga aktif dalam program-program pengembangan pariwisata yang berbasis komunitas. Masyarakat setempat terlibat langsung dalam pengelolaan destinasi wisata, sehingga mereka merasa memiliki dan bertanggung jawab atas keberlanjutan pariwisata. Program ini juga membantu meningkatkan pendapatan masyarakat dan memperkuat ikatan sosial di antara warga desa.
Kesimpulan
Desa Penglipuran di Kabupaten Bangli, Bali, telah menjadi bukti nyata bahwa pariwisata dapat dikembangkan dengan memperhatikan keberlanjutan dan pelestarian budaya. Penghargaan dari UNWTO menunjukkan bahwa desa ini telah berhasil menjaga keasrian lingkungan, melestarikan kekayaan budaya, serta mempertahankan nilai-nilai lokal. Dengan konsep pariwisata berkelanjutan yang diterapkan, Desa Penglipuran menjadi inspirasi bagi desa-desa lain di Indonesia dan dunia. Semoga penghargaan ini menjadi awal dari peningkatan minat wisatawan dan pengembangan pariwisata yang lebih berkelanjutan di masa depan.