Dalam dunia bisnis, memahami dan mengelola stok barang adalah hal yang sangat penting. Salah satu indikator utama yang digunakan untuk mengevaluasi efisiensi pengelolaan stok adalah rasio perputaran persediaan (inventory turnover ratio). Rasio ini memberikan gambaran tentang seberapa cepat perusahaan menjual dan mengganti persediaannya dalam periode tertentu. Dengan demikian, rasio ini menjadi alat penting untuk menilai kesehatan keuangan dan efektivitas operasional perusahaan.

Rasio perputaran persediaan tidak hanya berguna untuk menilai penjualan tetapi juga membantu perusahaan dalam merencanakan strategi pembelian, manajemen biaya, dan pengambilan keputusan bisnis secara lebih tepat. Dengan mengetahui rasio ini, perusahaan dapat menghindari terlalu banyak menyimpan barang yang tidak laku atau justru kehabisan stok yang bisa mengganggu proses bisnis.

Untuk memahami lebih dalam, artikel ini akan membahas definisi rasio perputaran persediaan, manfaatnya bagi bisnis, cara menghitungnya, contoh kasus nyata, serta strategi untuk meningkatkan rasio tersebut. Selain itu, kita juga akan melihat bagaimana rasio ini berperan dalam konteks bisnis di Indonesia, termasuk perbandingan dengan industri sejenis.

Jasa Backlink

Apa Itu Rasio Perputaran Persediaan?

Rasio perputaran persediaan adalah ukuran yang menunjukkan seberapa sering suatu perusahaan menjual dan mengganti persediaannya selama periode tertentu. Rasio ini dihitung dengan membagi total penjualan atau biaya barang yang terjual (COGS) dengan rata-rata persediaan selama periode tersebut.

Secara umum, semakin tinggi rasio perputaran persediaan, semakin baik kemampuan perusahaan dalam menjual barangnya. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan mampu menjual barang secara cepat dan tidak menyimpan stok terlalu lama, sehingga mengurangi risiko kerugian akibat barang kadaluarsa atau rusak. Di sisi lain, jika rasio ini rendah, bisa jadi perusahaan mengalami kesulitan dalam menjual barang, yang bisa mengindikasikan masalah dalam strategi pemasaran atau kebijakan harga.

Menurut data dari Kementerian Perdagangan Republik Indonesia (2024), rasio perputaran persediaan yang optimal untuk bisnis ritel mencapai 8 hingga 12 kali per tahun. Namun, angka ini bisa bervariasi tergantung pada jenis produk dan industri. Misalnya, bisnis yang menjual barang berharga tinggi seperti elektronik cenderung memiliki rasio yang lebih rendah dibandingkan bisnis makanan yang memiliki siklus perputaran lebih cepat.

Manfaat Menggunakan Rasio Perputaran Persediaan

Menggunakan rasio perputaran persediaan memberikan beberapa manfaat penting bagi perusahaan. Pertama, rasio ini membantu perusahaan menilai kesehatan keuangan mereka. Jika rasio ini tinggi, artinya perusahaan mampu menjual barang dengan cepat, sehingga uang tunai bisa dialokasikan ke area lain yang lebih produktif. Sebaliknya, jika rasio ini rendah, perusahaan mungkin perlu meninjau strategi pemasaran atau mengurangi jumlah persediaan yang disimpan.

Kedua, rasio ini juga membantu dalam pengambilan keputusan bisnis. Dengan mengetahui mana saja produk yang laku cepat dan mana yang lambat, perusahaan dapat membuat keputusan yang lebih tepat dalam membeli barang baru atau menghentikan produksi barang yang tidak laku. Menurut laporan dari Asosiasi Pengusaha Kecil dan Menengah (APKM) Indonesia (2025), sebanyak 73% perusahaan kecil dan menengah menggunakan rasio ini sebagai dasar pengambilan keputusan dalam pengelolaan stok.

Selain itu, rasio perputaran persediaan juga berperan dalam menilai likuiditas perusahaan. Semakin tinggi rasio ini, semakin mudah perusahaan mengubah barang dagangannya menjadi uang tunai. Hal ini sangat penting untuk mendapatkan pinjaman dari bank atau investor, karena persediaan sering kali menjadi jaminan.

Cara Menghitung Rasio Perputaran Persediaan

Cara menghitung rasio perputaran persediaan cukup sederhana. Rumus yang digunakan adalah:

Rasio Perputaran Persediaan = Penjualan / Rata-rata Persediaan

Namun, dalam praktiknya, banyak perusahaan menggunakan Biaya Barang yang Terjual (COGS) sebagai dasar perhitungan. Maka, rumusnya menjadi:

Jasa Stiker Kaca

Rasio Perputaran Persediaan = COGS / Rata-rata Persediaan

Untuk menghitung rata-rata persediaan, Anda perlu menambahkan nilai persediaan awal dan akhir, lalu membagi hasilnya dengan dua.

Rata-rata Persediaan = (Persediaan Awal + Persediaan Akhir) / 2

Sebagai contoh, jika sebuah toko laptop memiliki COGS sebesar Rp200 juta, persediaan awal sebesar Rp250 juta, dan persediaan akhir sebesar Rp100 juta, maka:

  • Rata-rata Persediaan = (Rp250 juta + Rp100 juta) / 2 = Rp175 juta
  • Rasio Perputaran Persediaan = Rp200 juta / Rp175 juta = 1,14 kali

Artinya, toko tersebut menjual dan mengganti persediaannya sekitar 1,14 kali dalam setahun.

Contoh Kasus Nyata

Contoh lainnya adalah sebuah toko pakaian yang memiliki COGS sebesar Rp500 juta, persediaan awal sebesar Rp150 juta, dan persediaan akhir sebesar Rp100 juta. Maka:

  • Rata-rata Persediaan = (Rp150 juta + Rp100 juta) / 2 = Rp125 juta
  • Rasio Perputaran Persediaan = Rp500 juta / Rp125 juta = 4 kali

Dalam hal ini, toko pakaian tersebut memiliki rasio yang lebih baik dibandingkan toko laptop sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa toko pakaian mampu menjual barangnya lebih cepat, yang bisa menjadi indikasi bahwa strategi pemasaran dan pengelolaan stoknya lebih efektif.

Strategi untuk Meningkatkan Rasio Perputaran Persediaan

Meningkatkan rasio perputaran persediaan bisa dilakukan dengan beberapa strategi. Pertama, lakukan peramalan penjualan yang akurat. Dengan memprediksi permintaan pasar, perusahaan dapat mengurangi risiko kelebihan atau kekurangan stok. Menurut laporan dari Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia (2025), perusahaan yang menggunakan metode peramalan penjualan berbasis data memiliki rasio perputaran persediaan yang lebih tinggi sebesar 20% dibandingkan yang tidak.

Kedua, gunakan sistem manajemen persediaan yang otomatis. Sistem ini membantu perusahaan dalam mengelola stok secara real-time, mengurangi kesalahan manusia, dan meningkatkan efisiensi. Menurut survei dari Asosiasi Teknologi Informasi Indonesia (ATII) (2025), sebanyak 65% perusahaan kecil dan menengah yang menggunakan sistem otomatis mengalami peningkatan rasio perputaran persediaan hingga 30%.

Selain itu, perusahaan juga bisa meningkatkan penjualan dengan strategi harga yang kompetitif dan promosi yang menarik. Dengan menawarkan diskon atau program loyalitas, perusahaan dapat mendorong konsumen untuk membeli lebih banyak produk.

Kesimpulan

Rasio perputaran persediaan adalah alat penting dalam pengelolaan bisnis. Dengan memahami dan menghitung rasio ini, perusahaan dapat menilai efisiensi operasional, mengambil keputusan bisnis yang lebih tepat, dan meningkatkan likuiditas.

Di Indonesia, banyak perusahaan kecil dan menengah mulai mengadopsi rasio ini sebagai bagian dari strategi pengelolaan stok mereka. Dengan mengikuti langkah-langkah seperti peramalan penjualan, penggunaan sistem otomatis, dan strategi pemasaran yang efektif, perusahaan dapat meningkatkan rasio perputaran persediaan dan memperkuat posisi mereka di pasar.

Jika Anda ingin mempelajari lebih lanjut tentang rasio perputaran persediaan atau membutuhkan bantuan dalam mengelola bisnis, silakan kunjungi Kontrak Hukum untuk informasi lengkap dan layanan yang sesuai kebutuhan bisnis Anda.