Dalam era digital yang semakin canggih, teknologi buatan kecerdasan buatan (AI) telah memberikan dampak besar terhadap berbagai aspek kehidupan, termasuk media dan informasi. Salah satu tantangan terbesar yang muncul adalah penggunaan AI untuk menciptakan konten palsu, seperti deepfake, yang bisa menipu dan merusak reputasi seseorang. Pada akhir Juli 2024, Google mengumumkan update terbaru untuk mengatasi masalah ini dengan memperkuat sistem pencarian mereka agar lebih aman bagi pengguna. Update ini tidak hanya menunjukkan komitmen Google dalam melindungi pengguna dari konten berbahaya, tetapi juga memberi pelajaran penting bagi praktisi SEO tentang bagaimana algoritma mesin pencari terus berkembang untuk menjaga kualitas informasi di internet.
Deepfake adalah istilah yang merujuk pada manipulasi video atau gambar menggunakan AI sehingga tampak seperti orang nyata melakukan hal-hal yang sebenarnya tidak mereka lakukan. Contoh kasus yang terkenal adalah video presiden Joko Widodo berpidato dalam bahasa Mandarin pada tahun 2023 silam, yang sempat memicu kegaduhan di masyarakat. Di Hong Kong, ada kasus penipuan dengan deepfake yang membuat korban membayar jutaan dolar kepada pelaku. Kecanggihan teknologi ini bisa menjadi alat yang sangat berbahaya jika digunakan secara tidak bertanggung jawab.
Google mengambil langkah proaktif untuk memerangi deepfake dengan memberikan kemudahan penghapusan konten tersebut dari hasil pencarian dan menurunkan peringkat situs yang menyebarkan konten palsu. Update ini tidak hanya melindungi pengguna, tetapi juga menegaskan bahwa Google akan terus mengembangkan solusi untuk menjaga integritas informasi di internet. Dengan begitu, praktisi SEO dapat belajar bahwa algoritma mesin pencari semakin memprioritaskan kualitas konten yang bermanfaat dan aman bagi pengguna.
Apa Itu Deepfake?
Deepfake adalah istilah yang merujuk pada manipulasi video atau gambar menggunakan teknologi AI untuk menciptakan konten yang tampak nyata namun sebenarnya palsu. Istilah ini berasal dari kombinasi kata “deep learning” dan “fake”. Teknologi ini memungkinkan pembuatan video atau gambar yang menampilkan wajah, suara, atau tindakan seseorang tanpa izin, sering kali untuk tujuan menipu atau menyebarkan hoaks.
Menurut definisi dari Oxford Languages, deepfake adalah video atau gambar yang mana wajah atau bagian tubuh seseorang diubah agar tampak seperti orang lain. Tujuan utama dari deepfake biasanya untuk menyebarkan informasi palsu atau merusak reputasi seseorang. Meskipun teknologi ini memiliki potensi positif dalam bidang hiburan dan pendidikan, penggunaannya yang tidak etis bisa berdampak buruk bagi individu dan masyarakat.
Ketika Google mengklaim bahwa deepfake melanggar panduan mereka, hal ini menunjukkan bahwa algoritma mesin pencari terus beradaptasi untuk memastikan bahwa informasi yang tersedia di internet tetap akurat dan bermanfaat bagi pengguna. Dengan demikian, praktisi SEO harus memahami bahwa konten yang tidak etis atau berpotensi merugikan pengguna akan mendapat konsekuensi dalam peringkat mesin pencari.
Bahaya Deepfake
Bahaya deepfake tidak hanya terletak pada kemungkinan penipuan, tetapi juga pada risiko kerusakan reputasi yang bisa terjadi secara permanen. Ketika seseorang dicatut dalam video atau gambar palsu, mereka bisa saja dianggap melakukan hal-hal yang sebenarnya tidak mereka lakukan. Hal ini bisa menyebabkan pencemaran nama baik, bahkan kerugian finansial jika video tersebut digunakan untuk menipu pihak lain.
Contoh kasus deepfake yang terkenal di Indonesia adalah video Presiden Joko Widodo berpidato dalam bahasa Mandarin pada tahun 2023. Video ini menyebar cepat di media sosial dan memicu kegaduhan di kalangan masyarakat. Di luar negeri, kasus penipuan dengan deepfake juga pernah terjadi. Misalnya, di Hong Kong, seorang korban ditipu oleh pelaku deepfake hingga membayar 25 juta USD (sekitar 392 miliar rupiah).
Bahkan, kasus-kasus seperti ini menunjukkan bahwa deepfake bukanlah sekadar isu teknologis, tetapi juga ancaman nyata terhadap keamanan dan privasi individu. Dengan adanya update dari Google, para praktisi SEO perlu memahami bahwa konten yang berpotensi merugikan pengguna akan mendapat penurunan peringkat, dan situs-situs yang sering menyebarkan konten palsu akan dianggap tidak berkualitas.
Update Google untuk Melawan Deepfake
Untuk mengatasi ancaman deepfake, Google melakukan beberapa update terkait sistem pencariannya. Update ini dirancang untuk memudahkan penghapusan konten deepfake dari hasil pencarian dan menurunkan peringkat situs yang menyebarkan konten palsu. Berikut adalah dua aspek utama dari update ini:
a. Kemudahan dalam Menghapus Konten Deepfake
Google memberikan kemudahan bagi pengguna untuk mengajukan penghapusan konten deepfake yang menampilkan dirinya. Jika seseorang berhasil mengajukan penghapusan, sistem Google akan memfilter semua hasil penelusuran serupa tentang dirinya. Selain itu, jika gambar deepfake berhasil dihapus dari hasil pencarian, sistem mesin pencari akan memindai dan menghapus duplikat dari gambarnya.
Update ini tidak hanya melindungi pengguna dari konten berbahaya, tetapi juga memberikan rasa aman bagi masyarakat. Dengan adanya mekanisme ini, Google menunjukkan bahwa mereka peduli terhadap kualitas informasi yang tersedia di internet.
b. Update pada Sistem Ranking
Google juga melakukan update pada sistem ranking-nya terkait potensi munculnya deepfake di hasil pencarian. Konten yang jelas palsu dan berpotensi merugikan pengguna akan mengalami penurunan ranking. Jika pencariannya menggunakan nama orang, Google akan berusaha menampilkan konten berkualitas tinggi seperti berita yang relevan.
Selain itu, Google mengklaim bahwa update mereka terhadap deepfake berhasil mengurangi eksposur ke gambar eksplisit sebesar lebih dari 70%. Jika suatu situs sering mengalami penghapusan halaman di hasil pencarian, itu adalah tanda bahwa situs tersebut tidak berkualitas. Karena itu, Google akan melakukan “demosi” pada situs yang mendapatkan penghapusan konten gambar eksplisit palsu.
Apa yang Bisa Praktisi SEO Pelajari dari Update Ini?
Update dari Google terkait deepfake memberi pelajaran penting bagi praktisi SEO. Pertama, Google sangat memperhatikan user experience dan memastikan bahwa konten yang tersedia di internet tetap bermanfaat dan aman bagi pengguna. Konten yang harmful seperti deepfake jelas melanggar panduan Google karena tujuannya adalah untuk menipu, bukan memberikan manfaat.
Mirip dengan ketika praktisi SEO memakai cara untuk “mengakali” Google dan tidak memberikan yang terbaik untuk pengguna seperti konten yang memakai metode keyword stuffing, Google tidak akan memberikan reward yang baik dalam jangka panjang. Oleh karena itu, praktisi SEO perlu fokus pada strategi user first dan memastikan bahwa konten yang dibuat benar-benar bermanfaat dan tidak merugikan pengguna.
Dengan mengadopsi pendekatan ini, performa SEO situs akan lebih stabil dalam jangka panjang dan mencapai tujuan SEO secara efektif. Dengan demikian, praktisi SEO perlu memahami bahwa algoritma mesin pencari terus berkembang untuk menjaga kualitas informasi di internet, dan konten yang tidak etis akan selalu mendapat konsekuensi.
Referensi
- Google Search Explicit Deep Fake Content Update
- Google Search Ranking Systems Guide
- Kominfo Bongkar Cara Produksi Video Deepfake Jokowi Berbahasa Mandarin
- Penipuan Deepfake Kuras Duit Rp 392 M, Kominfo Kasih Peringatan Ini







