Penggunaan tool Disavow oleh Google menjadi topik yang sering dibahas dalam dunia SEO, terutama setelah John Mueller, Search Advocate Google, memberikan penjelasan mengenai peran dan kegunaannya. Dalam acara Search Central Live New York pada 20 Maret 2025, ia menjelaskan bahwa disavow tool bukanlah bagian dari rutinitas pemeliharaan website yang normal. Sebaliknya, alat ini hanya digunakan untuk situasi khusus, seperti ketika sebuah website mengalami tindakan spam manual dari Google Search Console (GSC).
Menurut Mueller, istilah “toxic backlink” yang sering digunakan oleh beberapa layanan SEO adalah konsep yang diciptakan oleh pihak ketiga, bukan istilah resmi dari Google. Ia menegaskan bahwa Google tidak memiliki pandangan khusus tentang “backlink beracun” dan lebih fokus pada kualitas konten serta pengalaman pengguna. Penggunaan disavow tool secara teratur bukanlah praktik yang dianjurkan, karena sebagian besar link yang masuk ke situs bisa diabaikan oleh algoritma Google tanpa perlu intervensi.
Artikel ini akan membahas lebih dalam tentang peran disavow tool, pentingnya memahami kualitas backlink, serta strategi alternatif yang dapat digunakan untuk menjaga kesehatan SEO. Selain itu, kami juga akan menyajikan informasi terkini mengenai update terbaru dari Google dan bagaimana dampaknya terhadap praktik SEO saat ini.
Apa Itu Disavow Tool dan Bagaimana Cara Kerjanya?
Disavow Tool adalah alat yang disediakan oleh Google untuk membantu webmaster dan praktisi SEO dalam menolak atau mengabaikan tautan balik tertentu yang dianggap tidak sehat atau merugikan. Alat ini biasanya digunakan ketika sebuah situs menerima banyak backlink yang berasal dari sumber tidak tepercaya, seperti situs spam, blog jahat, atau situs dengan konten duplikat.
Tujuan utama dari Disavow Tool adalah memberi tahu Google bahwa tautan tersebut tidak ingin dianggap sebagai bagian dari otoritas situs. Dengan demikian, Google akan mengabaikan tautan tersebut dalam proses perankingan. Namun, seperti yang telah dijelaskan oleh John Mueller, alat ini bukanlah solusi harian atau bagian dari rutinitas pemeliharaan website.
Sejarah penggunaan Disavow Tool dimulai sejak Google meluncurkan algoritma Penguin pada tahun 2012. Saat itu, banyak website yang terkena hukuman karena membeli backlink secara ilegal. Karena sulitnya menghapus tautan tersebut, Google akhirnya menciptakan Disavow Tool untuk membantu praktisi SEO mengatasi masalah ini. Meski begitu, alat ini tetap digunakan secara spesifik dan tidak boleh dianggap sebagai solusi universal.
Mengapa Disavow Tool Bukan Bagian dari Pemeliharaan Website yang Normal?
John Mueller menjelaskan bahwa penggunaan Disavow Tool secara teratur bukanlah hal yang wajar dalam pemeliharaan website. Menurutnya, alat ini hanya digunakan ketika ada tindakan spam manual dari Google, misalnya ketika situs menerima banyak backlink dari sumber yang tidak sah. Jika tidak ada tindakan spam, maka penggunaan Disavow Tool tidak diperlukan.
Selain itu, Mueller menekankan bahwa sebagian besar backlink yang masuk ke sebuah situs tidak akan memengaruhi perankingan Google. Algoritma Google dirancang untuk mengabaikan tautan yang tidak relevan atau berkualitas rendah. Oleh karena itu, penggunaan Disavow Tool secara rutin bisa justru membuat masalah yang lebih besar, terutama jika dilakukan tanpa analisis mendalam.
Banyak praktisi SEO cenderung menggunakan Disavow Tool untuk mengatasi masalah ranking yang turun, meskipun penyebabnya bukanlah backlink beracun. Hal ini bisa menyebabkan kesalahan dalam diagnosis dan mengabaikan faktor lain yang lebih penting, seperti kualitas konten atau pengalaman pengguna.
Penyebab Masalah Ranking dan Solusi Alternatif
Jika sebuah situs mengalami penurunan ranking, ada banyak kemungkinan penyebabnya. Salah satu yang paling umum adalah kualitas konten yang buruk atau kurang relevan. Google sangat mengutamakan konten yang informatif, orisinal, dan bermanfaat bagi pengguna. Jika konten tidak sesuai dengan kebutuhan audiens, maka mesin pencari akan mengurangi peringkat situs tersebut.
Selain itu, faktor user experience (UX) juga berpengaruh besar pada perankingan. Situs yang lambat, tidak responsif, atau sulit dinavigasi akan dianggap tidak ramah pengguna, sehingga Google cenderung memberi peringkat lebih rendah. Untuk meningkatkan UX, praktisi SEO harus fokus pada kecepatan situs, desain responsif, dan navigasi yang mudah.
Kemudian, brand authority juga merupakan faktor penting dalam perankingan. Situs yang memiliki reputasi kuat dan dianggap sebagai sumber informasi tepercaya akan lebih mudah mendapatkan peringkat tinggi. Untuk membangun brand authority, praktisi SEO perlu fokus pada konten berkualitas, strategi pemasaran digital, dan pengelolaan reputasi online.
Peran Backlink dalam SEO dan Strategi Mengelolanya
Meskipun Disavow Tool tidak boleh digunakan secara rutin, backlink tetap menjadi salah satu faktor penting dalam SEO. Google menggunakan backlink sebagai indikator otoritas dan kredibilitas suatu situs. Semakin banyak backlink berkualitas yang masuk ke situs, semakin tinggi peluang situs tersebut untuk muncul di hasil pencarian.
Namun, tidak semua backlink sama. Backlink dari situs dengan otoritas tinggi dan relevansi konten yang baik akan memberikan dampak positif. Sebaliknya, backlink dari situs spam atau konten duplikat bisa justru merugikan. Oleh karena itu, praktisi SEO perlu memilih sumber backlink dengan hati-hati dan fokus pada strategi link building yang alami dan bertahap.
Salah satu cara untuk memperoleh backlink berkualitas adalah melalui konten yang bernilai. Jika konten situs Anda informatif dan menarik, maka orang-orang akan cenderung membagikannya atau mereferensikannya ke situs lain. Selain itu, kolaborasi dengan blogger, influencer, atau media lokal juga bisa menjadi strategi efektif dalam membangun backlink yang sehat.
Update Terbaru dari Google dan Dampaknya pada SEO
Google terus melakukan update algoritma untuk meningkatkan pengalaman pengguna dan kualitas hasil pencarian. Salah satu update terbaru yang cukup signifikan adalah Core Update Juni 2025. Update ini mengubah cara Google mengevaluasi konten dan memastikan bahwa hanya konten berkualitas yang muncul di hasil pencarian.
Selain itu, Google juga baru-baru ini merilis Panduan Robots.txt Terbaru yang menekankan pentingnya struktur website yang baik dan transparan. Panduan ini membantu praktisi SEO dalam mengelola akses crawler Google ke situs mereka, sehingga memastikan bahwa seluruh konten dapat diindeks dengan efisien.
Di samping itu, Google juga telah memperbarui syarat Structured Data untuk Return Policy. Update ini mempermudah pengguna dalam memahami kebijakan pengembalian produk, sehingga meningkatkan pengalaman pengguna dan kredibilitas situs. Praktisi SEO perlu memastikan bahwa data yang mereka gunakan sesuai dengan panduan terbaru dari Google.
Kesimpulan dan Rekomendasi untuk Praktisi SEO
Dari penjelasan John Mueller dan update terbaru dari Google, terlihat bahwa Disavow Tool bukanlah alat yang harus digunakan secara rutin dalam pemeliharaan website. Alat ini hanya cocok untuk situasi khusus, seperti ketika situs mengalami tindakan spam manual. Praktisi SEO perlu memahami bahwa sebagian besar backlink yang masuk ke situs tidak akan memengaruhi perankingan, dan fokus pada kualitas konten serta pengalaman pengguna adalah kunci utama dalam SEO.
Selain itu, praktisi SEO juga perlu memperhatikan update terbaru dari Google dan menyesuaikan strategi mereka sesuai dengan perubahan algoritma. Dengan memahami prinsip dasar SEO dan menggunakan alat yang tepat, praktisi bisa memastikan bahwa situs mereka tetap kompetitif di hasil pencarian.
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang praktik SEO terbaru, Anda bisa mengikuti kursus SEO dari DailySEO ID atau mengunjungi forum diskusi SEO terpercaya. Dengan terus belajar dan mengikuti perkembangan teknologi, praktisi SEO akan lebih siap menghadapi tantangan di masa depan.







