Dalam era digital yang semakin berkembang, pemahaman tentang bagaimana mesin pencari seperti Google memproses dan mengindeks konten website menjadi hal yang sangat penting. Proses ini tidak hanya berdampak pada visibilitas sebuah situs di hasil pencarian, tetapi juga pada kemampuan bisnis atau pribadi untuk menjangkau audiens secara efektif. Di acara Google Search Central Live Deep Dive APAC 2025, para praktisi SEO dan pengelola website mendapatkan wawasan mendalam tentang proses indeksasi yang terjadi di balik layar.

Pemahaman akan proses indeksasi sangat krusial, karena tanpa indeksasi yang baik, konten yang dibuat tidak akan muncul di hasil pencarian, sehingga kehilangan peluang untuk ditemukan oleh pengguna. Acara tersebut memberikan penjelasan detail tentang bagaimana Google memproses setiap halaman website, mulai dari crawling hingga rendering, serta bagaimana sistem ini memilih konten mana yang layak masuk ke dalam indeksnya.

Proses indeksasi melibatkan beberapa tahapan teknis yang saling terkait, termasuk parsing HTML, rendering halaman, identifikasi masalah rendering, deduplication, dan ekstraksi data seperti gambar, video, serta structured data. Setiap tahap ini memiliki peran penting dalam menentukan apakah sebuah halaman akan terindeks atau tidak. Dengan memahami mekanisme ini, pengelola website dapat lebih mudah mengoptimalkan konten mereka agar lebih mudah ditemukan oleh mesin pencari.

Jasa Backlink

Selain itu, acara ini juga membahas sinyal-sinyal yang digunakan Google untuk menentukan apakah suatu halaman layak masuk ke dalam indeks. Hal ini mencakup kualitas konten, keandalan informasi, serta kepatuhan terhadap kebijakan konten Google. Dengan memperhatikan aspek-aspek ini, pengelola website bisa meningkatkan peluang konten mereka untuk terindeks dan muncul di hasil pencarian.

HTML Parsing, Memecah Halaman ke Dalam Komponen Kecil

Setelah crawler Google berhasil mengakses sebuah halaman website, langkah selanjutnya adalah melakukan parsing HTML. Proses ini bertujuan untuk memecah konten halaman menjadi komponen-komponen kecil yang dapat dipahami oleh mesin pencari. Hasil parsing ini akan menghasilkan Document Object Model (DOM), yang merupakan struktur visual dari halaman web.

Di dalam DOM, Google dapat mengidentifikasi berbagai elemen seperti teks, link, gambar, dan menu navigasi. Selain itu, sistem ini juga akan memeriksa tag meta robots, yang berfungsi sebagai petunjuk bagi mesin pencari tentang apakah halaman tersebut boleh diindeks atau tidak. Tag meta robots memiliki beberapa opsi seperti noindex, nofollow, dan none, yang masing-masing memiliki makna dan dampak tersendiri.

Untuk memastikan bahwa halaman tidak terblokir oleh robots.txt, pengelola website perlu memverifikasi bahwa konten yang ingin diindeks tidak diblokir oleh file ini. Jika terjadi konflik antara robots.txt dan meta robots, maka perintah meta robots akan lebih dominan. Oleh karena itu, penting untuk memahami cara kerja kedua elemen ini agar tidak terjadi kesalahan dalam pengaturan indeksasi.

Rendering, Melihat Halaman Seperti yang Users Lihat

Setelah parsing HTML selesai, tahap berikutnya adalah rendering halaman. Proses ini mengacu pada bagaimana halaman web ditampilkan kepada pengguna dan mesin pencari. Pada dasarnya, rendering adalah proses yang memungkinkan Google untuk melihat halaman seperti yang dilihat oleh pengguna manusia.

Namun, tidak semua website mengalami masalah rendering. Website yang dibangun menggunakan platform seperti WordPress, Wix, atau CMS lainnya biasanya tidak mengalami kendala dalam rendering, karena konten yang tampil di browser pengguna juga sama dengan yang dilihat oleh mesin pencari. Namun, untuk website yang dibuat secara custom dengan framework JavaScript seperti React JS atau Vue, sering kali terjadi perbedaan antara apa yang dilihat oleh pengguna dan apa yang dilihat oleh Googlebot.

Masalah rendering ini bisa menyebabkan konten yang seharusnya terindeks tidak terbaca oleh mesin pencari. Beberapa isu utama rendering yang sering terjadi antara lain:

  1. Konten tidak muncul di HTML hasil rendering. Jika konten tidak ada di DOM akhir yang dilihat Google, ia tidak akan bisa membacanya.
  2. Menggunakan # (hash fragments) untuk navigasi/perubahan konten. Ini hanya ada di client-side, sehingga Googlebot tidak bisa membacanya.
  3. Keberadaan soft error/soft 404. Biasanya disebabkan oleh SPA (single page application) yang menemui error, tapi tidak bisa mengembalikan HTTP status code yang seharusnya.
  4. Resources yang diblok. File JavaScript maupun API endpoints yang penting bagi halaman tersebut harus dipastikan tidak diblok misalnya lewat oleh robots.txt.

Untuk memastikan bahwa rendering berjalan lancar, pengelola website dapat menggunakan alat seperti URL Inspection di Google Search Console untuk memeriksa apakah konten yang ingin diindeks terlihat oleh mesin pencari.

Mengidentifikasi Masalah Rendering

Untuk membantu pengelola website mengidentifikasi masalah rendering, salah satu community speaker, Wasin Mekkit, memberikan panduan singkat. Ia menunjukkan beberapa cara untuk memeriksa apakah terdapat masalah rendering di website kita:

Jasa Stiker Kaca
  1. Klik kanan – view source: apakah kita langsung bisa melihat konten yang paling penting?
  2. Gunakan fitur “Test Live URL” di Google Search Console. Lakukan pengujian untuk melihat preview-nya. Apakah Google bisa melihat konten kita?
  3. Periksa jumlah Crawled – currently not indexed di Google Search Console. Jika jumlahnya sangat banyak, ini jadi indikasi banyak halaman yang tidak bisa dibaca Google baik.
  4. Periksa juga halaman yang tergolong Soft 404. Jika jumlahnya sangat banyak, segera perbaiki.

Dengan memahami dan mengidentifikasi masalah rendering, pengelola website dapat mengambil langkah-langkah perbaikan yang diperlukan untuk memastikan konten mereka terindeks dengan baik.

Cara Google “Memahami” Apa Isi Halaman Kita

Setelah proses parsing dan rendering selesai, Google akan memahami struktur halaman dan menentukan mana yang menjadi konten utama (Main Content). Proses ini dilakukan melalui tokenization, yaitu memecah kalimat di halaman menjadi kata-kata unik. Setelah itu, Google menentukan tingkat pentingnya kata-kata tersebut berdasarkan posisi di halaman.

Kata-kata yang berada di Main Content diberikan bobot paling penting. Oleh karena itu, jika ingin sebuah keyword lebih mudah untuk me-ranking, letakkan keyword tersebut di Main Content. Selain itu, Google juga akan memperhatikan konten yang terlihat seperti error, yang disebut sebagai soft 404. Hal ini bisa menyebabkan masalah indeksasi karena Google tidak akan mengindeks halaman yang berisi pesan error.

Beberapa penyebab umum dari soft 404 antara lain:

  1. Halaman yang kelihatan seperti halaman error padahal bukan.
  2. Thin content atau bahkan konten yang kosong (cuma ada header, footer, sidebar, tanpa main content).
  3. Salah konfigurasi server atau CMS.
  4. Konten yang di-render dengan JavaScript yang gagal di-render saat Google datang.

Untuk menghindari masalah ini, pengelola website perlu memastikan bahwa konten yang dihasilkan tidak mengandung kesalahan teknis yang bisa menyebabkan halaman tidak terindeks.

Deduplication: Cara Google Menghindarkan Duplikasi Halaman

Sebagian besar URL di internet mengalami duplikasi, dan ini bukan sesuatu yang disukai oleh users maupun search engine. Untuk menghindari duplikasi, Google melakukan proses deduplication, yaitu mengelompokkan halaman-halaman yang duplikat dan memilih satu URL yang mewakili setiap kelompoknya.

Contoh dari halaman duplikat adalah ketika sebuah toko online menampilkan produk yang sama dengan filter lokasi berbeda. Meskipun URL berbeda, isi konten utamanya sama. Dalam kasus ini, Google akan memilih URL yang paling relevan sebagai canonical URL.

Proses deduplication ini memiliki manfaat tambahan, yaitu mesin pencari masih memiliki sinyal yang sama tentang website kita meskipun desain website berubah. Untuk mempermudah proses ini, pengelola website perlu melakukan beberapa tindakan, seperti:

  1. Menggunakan redirect dari halaman yang duplikat ke halaman yang canonical.
  2. Memberikan HTTP code yang benar (jangan sampai ada Soft 404).
  3. Memastikan rel=canonical benar dan tidak ambigu.
  4. Menggunakan hreflang untuk bantu localization (menemukan halaman serupa di bahasa yang berbeda).

Dengan mengimplementasikan tindakan-tindakan ini, pengelola website dapat memastikan bahwa konten mereka tidak mengalami duplikasi yang bisa menyebabkan masalah indeksasi.

Tidak Cuma Teks, Google Juga Mengambil Gambar, Video, & Structured Data

Selain teks, Google juga mengambil gambar, video, dan structured data dari halaman yang sudah di-parsing. Gambar diambil dari tag HTML seperti Cara Ini Bisa Membantu Situs Webmu Difollow Google! (Liputan SCL Deep Dive APAC 2025 – Hari 2) maupun , sedangkan video diambil dari tag

Proses indexing gambar dan video ini dilakukan secara asynchronous, sehingga bisa saja pages-nya sudah di-index duluan, tapi gambarnya belum muncul di Google Images (dan sebaliknya). Structured data juga menjadi fitur lain yang diekstraksi Google di proses ini. Structured data berfungsi agar mesin pencari bisa memahami halaman kita dengan lebih akurat.

Contohnya, jika kita membuat artikel tentang resep, kita bisa memberikan structured data jenis Recipe. Nantinya, Google akan memanfaatkan structured data ini untuk menampilkan Rich Results di proses serving/ranking. Konten resep tadi akan tampil dalam bentuk yang lebih menarik dibandingkan hanya link biru.

Untuk mengimplementasikan structured data, pengelola website bisa merujuk pada panduan dokumentasi resmi Google. Praktik terbaik memanfaatkan structured data adalah dengan menggunakan hanya structured data yang relevan dengan isi halaman kita. Jangan melakukan praktik spam, memasang structured data yang tidak ada kontennya di halaman (misalnya menggunakan structured data rating/review padahal tidak ada di halaman).

Sinyal-Sinyal yang Menentukan Sebuah Website Masuk Index Google

Sinyal-sinyal yang digunakan Google untuk menentukan apakah sebuah halaman akan masuk ke index atau tidak sangat beragam. Secara sederhana, sinyal yang dilihat untuk halaman yang akan masuk ke index Google adalah:

  1. Halaman yang isinya bisa dipercaya.
  2. Halaman yang isinya berguna.

Konten yang bermanfaat dan terpercaya akan lebih mudah terindeks oleh Google. Namun, ada beberapa sinyal negatif yang bisa menyebabkan halaman tidak terindeks, antara lain:

  1. Halaman yang memiliki meta robots noindex.
  2. Konten yang duplikat.
  3. Konten yang sudah expired.
  4. Konten yang murni spam.
  5. Konten Soft 404.

Selain itu, ada juga sinyal lain yang bisa menyebabkan halaman tidak terindeks, terutama yang melanggar kebijakan konten Google.

Memperbaiki Isu Crawled – Currently Not Indexed

Isu Crawled – Currently Not Indexed adalah isu indexing yang terjadi ketika Google sudah meng-crawl halaman tersebut, tapi memutuskan tidak mau meng-index halaman tersebut. Halaman seperti ini bisa saja akan di-index nantinya, bisa jadi tidak. Tidak perlu melakukan request indexing, karena hasilnya akan sama saja.

Permasalahan ini terjadi karena URL yang tidak di-index karena pesan ini dianggap tidak memenuhi sinyal-sinyal yang ditentukan Google. Solusi yang diberikan Google adalah memastikan halaman tersebut berkualitas dan lebih berguna untuk users. Selain itu, pengelola website bisa memberikan internal link ke halaman-halaman tersebut, karena link adalah bentuk rekomendasi yang bisa menjadi sinyal lainnya.

Bagaimana Bentuk Index Google?

Index Google sangat besar, tapi tidak unlimited. Google harus memilih mana URL yang mau dimasukkan ke index, dengan berbagai sinyalnya. Bentuk index Google mirip dengan Posting List, di mana setiap keywords/kata di kolom sebelah kiri memiliki list URL yang mengandung kata tersebut di kolom sebelah kanan.

Setiap kali Google hendak menyajikan result yang relevan dengan kueri pencarian tertentu, tinggal cari dengan cara seperti ini. Saat users mencari di Google, kueri pencarian dipecah ke dalam kata-kata (disebut tokenization). Setiap kata tersebut dikroscek ke Posting List, dan Google akan menampilkan hasil yang sesuai dengan kueri tersebut.

Dengan memahami bentuk index Google, pengelola website bisa lebih mudah mengoptimalkan konten mereka agar lebih mudah ditemukan oleh mesin pencari. Ini menjadi langkah penting dalam strategi SEO yang efektif dan berkelanjutan.