Migrasi website adalah proses yang kompleks dan memerlukan persiapan matang agar tidak mengganggu performa SEO. Dalam era digital saat ini, perubahan domain, struktur URL, atau bahkan migrasi ke hosting baru sering kali dilakukan oleh bisnis untuk meningkatkan kinerja teknis dan pengalaman pengguna. Namun, jika tidak dikelola dengan baik, migrasi dapat menyebabkan penurunan trafik, kesalahan indeks, hingga kerugian finansial. Oleh karena itu, penting bagi praktisi SEO untuk memahami langkah-langkah yang harus diambil sebelum, selama, dan setelah proses migrasi.

Pemindahan situs web bisa mencakup berbagai aspek, seperti perpindahan dari hosting lama ke hosting baru, perubahan domain, atau penyesuaian struktur URL. Setiap perubahan tersebut memiliki dampak pada mesin pencari dan pengguna. Misalnya, jika URL halaman berubah tanpa redirect yang tepat, pengguna dan mesin pencari mungkin akan mengalami kesulitan menemukan konten yang dibutuhkan. Hal ini bisa berdampak pada ranking dan visibilitas situs di hasil pencarian Google.

Selain itu, migrasi juga bisa memengaruhi faktor-faktor teknis seperti kecepatan loading website, responsivitas di perangkat mobile, serta pengelolaan link internal dan eksternal. Tanpa analisis mendalam, masalah seperti broken links, canonical tags yang salah, atau sitemap yang tidak terupdate bisa muncul. Oleh karena itu, langkah-langkah yang terstruktur sangat penting untuk memastikan bahwa situs tetap optimal dan tidak mengalami penurunan performa.


Persiapan Sebelum Migrasi Website

Sebelum memulai migrasi, persiapan adalah kunci keberhasilan. Pertama-tama, pastikan semua data website, termasuk database, file, dan konten, telah di-backup. Backup ini akan menjadi cadangan jika terjadi kesalahan selama proses migrasi. Selain itu, buat versi staging website untuk melakukan uji coba dan pengetesan tanpa mengganggu versi live site.

Kolaborasi antar tim juga penting. Gunakan alat seperti Slack atau Microsoft Teams untuk melacak tugas, deadline, dan progres. Pastikan semua pihak yang terlibat dalam migrasi, seperti developer, content writer, dan SEO specialist, saling berkoordinasi.

Selanjutnya, pastikan akses ke Google Search Console (GSC) dan Google Analytics (GA) sudah tersedia untuk website lama dan baru. Ini akan membantu Anda memantau perubahan performa setelah migrasi. Jangan lupa untuk membatasi akses ke staging website dengan menggunakan meta robots noindex agar tidak terindeks oleh mesin pencari.


Langkah-Langkah Migrasi Website

1. Persiapan Hosting, DNS, CDN, dan Email

Pastikan hosting baru siap digunakan dan semua file website telah dipindahkan. Setup DNS information dan sesuaikan data CDN agar website tetap cepat dan stabil. Ganti parameter email jika diperlukan. Layanan hosting seperti DewaWeb disarankan karena menawarkan uptime tinggi dan dukungan teknis 24/7.

2. Membuat Daftar Redirect

Jika ada perubahan URL, buat daftar redirect secara lengkap. Gunakan file .htaccess untuk menerapkan redirect 301 agar semua halaman tetap bisa diakses. Contoh:

<IfModule mod_rewrite.c>
RewriteEngine On
Redirect 301 /halaman-lama/ https://www.example.com/halaman-baru/
</IfModule>

3. Analisis Struktur Website

Periksa elemen-elemen SEO seperti crawlability, custom URL, alt text, canonical tags, robots.txt, sitemap, internal links, hreflang, structured data, URL structure, mobile setup, dan pagination. Pastikan struktur website tetap optimal setelah migrasi.

4. Lakukan Tes Benchmark

Lakukan tes benchmarking untuk membandingkan performa website sebelum dan setelah migrasi. Periksa page load speed, indexing rates, crawl errors, dan keyword rankings. Jika ada penurunan, lakukan audit lebih lanjut.

5. Analisis Money Pages

Money pages adalah halaman yang memberikan kontribusi signifikan terhadap bisnis. Analisis halaman-halaman ini untuk memastikan mereka tetap berfungsi dengan baik. Jika website memiliki ribuan halaman, pilih 5% halaman teratas untuk diperiksa secara komprehensif.

6. Melakukan Audit Website

Gunakan tools SEO seperti site crawler untuk melakukan audit website. Periksa internal dan external links yang rusak, redirect link, meta title dan description, waktu respon server, informasi noindex/index, sitemap, masalah canonical, site speed, dan orphan page. Bandingkan hasil audit sebelum dan sesudah migrasi.

7. Daftarkan Website di Webmaster Tool

Jika domain berubah, tambahkan domain baru ke Google Search Console dan Google Analytics. Gunakan fitur “Change of address” untuk memberitahu Google bahwa domain telah berubah. Pastikan Anda memverifikasi kepemilikan domain sebelum mengirimkan permintaan perubahan alamat.

8. Lakukan Usability Test

Uji fungsi-fitur utama website seperti navigasi, contact form, subscribe form, CTA button, live chat, downloadable content, checkout, wishlist, dan pembayaran. Pastikan semua fitur berjalan dengan baik di perangkat desktop dan mobile.

9. Pantau dan Lakukan Perbaikan

Setelah migrasi selesai, lakukan pemantauan berkala. Periksa dashboard Google Search Console dan Google Analytics untuk melihat apakah ada error atau warning. Jika ada penurunan trafik atau engagement, segera lakukan perbaikan.


Tips Tambahan untuk Migrasi Website

  • Gunakan Tools Teknis: Manfaatkan tools seperti Screaming Frog atau Ahrefs untuk mempermudah audit website.
  • Komunikasi dengan Tim: Pastikan semua pihak terlibat dalam migrasi saling berkoordinasi.
  • Rencana Rollback: Siapkan rencana rollback jika terjadi masalah selama migrasi.
  • Analisis Data: Gunakan data dari Google Analytics dan Search Console untuk mengevaluasi dampak migrasi.

Dengan persiapan yang matang dan langkah-langkah yang terstruktur, migrasi website bisa dilakukan dengan aman dan efektif. Proses ini tidak hanya membantu menjaga performa SEO, tetapi juga meningkatkan pengalaman pengguna dan kepercayaan bisnis.