Kisah seorang ibu yang mengalami pendarahan berat dan tangan membengkak setelah melepas alat kontrasepsi implan menjadi peringatan penting bagi para wanita. Pengalaman ini menunjukkan bahwa meskipun KB implan dianggap aman dan efektif, ada risiko yang tidak bisa sepenuhnya dihindari. Dalam kasus ini, ibu bernama Ajeng Febriani menceritakan bagaimana penggunaan KB implan selama dua tahun memicu masalah kesehatan yang serius. Setelah dilepas, ia mengalami pendarahan hebat hingga harus dilarikan ke IGD rumah sakit. Cerita ini mengingatkan kita untuk lebih waspada dalam memilih metode kontrasepsi dan selalu berkonsultasi dengan dokter.

KB implan adalah salah satu bentuk kontrasepsi hormonal yang dipasang di lengan dan bekerja dengan cara melepaskan hormon progestin. Alat ini bertahan hingga tiga tahun dan dapat digunakan segera setelah melahirkan atau aborsi. Meskipun memiliki banyak keuntungan seperti tidak perlu minum pil harian dan aman untuk ibu menyusui, KB implan juga memiliki beberapa efek samping yang perlu diperhatikan. Misalnya, haid yang tidak teratur, nyeri payudara, dan perubahan mood. Namun, dalam kasus Ajeng, masalah yang terjadi justru terjadi saat pelepasan alat tersebut.

Pengalaman ini menjadi bukti bahwa prosedur pelepasan KB implan juga bisa menimbulkan komplikasi. Menurut informasi dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2025), pelepasan KB implan harus dilakukan oleh tenaga medis yang terlatih agar risiko cedera pada pembuluh darah atau jaringan sekitar bisa diminimalisir. Dalam kasus Ajeng, perawat IGD mengatakan bahwa kemungkinan alat tersebut mengenai pembuluh darah saat dilepas, sehingga menyebabkan pendarahan yang tidak terkendali. Hal ini menggarisbawahi pentingnya memilih tempat pemasangan dan pelepasan KB yang tepat serta memperhatikan kondisi kesehatan secara keseluruhan.

Risiko dan Efek Samping KB Implan

Meskipun KB implan dianggap sebagai salah satu metode kontrasepsi yang efektif, tidak semua wanita merasakan manfaatnya secara sempurna. Menurut data dari World Health Organization (WHO) 2025, sekitar 20% wanita yang menggunakan KB implan tidak mengalami menstruasi sama sekali, sedangkan hampir 50% mengalami haid yang tidak teratur atau terlalu lama. Perubahan ini bisa memengaruhi kesehatan mental dan fisik, terutama jika tidak diketahui penyebabnya.

Selain itu, efek samping lain seperti sakit kepala, mual, dan nyeri payudara juga sering dilaporkan. Beberapa wanita bahkan mengalami peningkatan berat badan, meskipun hal ini jarang terjadi. Dalam beberapa kasus langka, infeksi di area implan juga bisa terjadi, meski biasanya bisa diatasi dengan antibiotik. Namun, dalam kasus Ajeng, efek samping yang dialaminya justru terjadi setelah pelepasan alat, bukan saat penggunaan.

Ini menunjukkan bahwa meskipun KB implan aman untuk digunakan, proses pemakaian dan pelepasannya harus dilakukan dengan hati-hati. Jika ada keluhan atau gejala yang tidak biasa, segera konsultasikan dengan dokter. Selain itu, ibu dengan riwayat operasi caesar atau kondisi kesehatan tertentu perlu lebih waspada dalam memilih metode kontrasepsi.

Jasa Stiker Kaca

Keuntungan dan Manfaat KB Implan

Meskipun ada risiko, KB implan tetap menjadi pilihan populer karena beberapa keuntungannya. Pertama, alat ini dapat digunakan selama tiga tahun tanpa perlu penggantian rutin. Kedua, KB implan tidak mengganggu aktivitas seksual dan bisa digunakan segera setelah melahirkan, aborsi, atau keguguran. Ketiga, alat ini aman untuk ibu menyusui karena tidak mengandung estrogen.

Jasa Backlink

Keempat, KB implan tidak memerlukan kontrol rutin setiap tiga bulan seperti metode kontrasepsi lainnya. Kelima, alat ini memberikan perlindungan terhadap penyakit seperti kanker rahim dan infeksi pelvis. Terakhir, setelah alat dilepas, kesuburan akan kembali normal dalam waktu singkat.

Namun, meskipun memiliki banyak keuntungan, KB implan tidak cocok untuk semua wanita. Bagi yang memiliki riwayat penyakit tertentu seperti diabetes atau tekanan darah tinggi, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter sebelum memilih metode ini.

Alternatif Kontrasepsi Lain

Jika KB implan tidak cocok, ada beberapa alternatif kontrasepsi yang bisa dipertimbangkan. Salah satunya adalah KB spiral (IUD), yang juga efektif dan bisa digunakan selama beberapa tahun. Namun, seperti KB implan, IUD juga memiliki risiko dan efek samping. Contohnya, ada kasus di mana IUD bisa menyebabkan pendarahan berat atau infeksi.

Selain itu, metode kontrasepsi permanen seperti vasektomi juga bisa dipertimbangkan, terutama bagi pasangan yang sudah yakin tidak ingin memiliki anak lagi. Vasektomi adalah prosedur sederhana yang bisa dilakukan dalam waktu singkat dan memiliki tingkat keberhasilan sangat tinggi.

Untuk wanita yang ingin menjaga kehamilan tetapi tidak ingin mengambil risiko, metode kontrasepsi hormonal seperti pil KB atau cincin vagina bisa menjadi pilihan. Namun, pil KB memerlukan penggunaan harian, sedangkan cincin vagina perlu diganti setiap tiga minggu.

Pentingnya Konsultasi dengan Dokter

Kasus Ajeng Febriani menunjukkan betapa pentingnya konsultasi dengan dokter sebelum memilih metode kontrasepsi. Tidak semua metode cocok untuk semua orang, dan setiap wanita memiliki kondisi kesehatan yang berbeda. Oleh karena itu, sebelum memasang atau melepas KB implan, pastikan untuk mendiskusikan risiko dan manfaatnya dengan tenaga medis yang kompeten.

Menurut dr. Rina Wijaya, spesialis kandungan dari RS Mayapada Jakarta (2025), “Setiap metode kontrasepsi memiliki kelebihan dan kekurangan. Penting untuk memahami risiko dan efek sampingnya agar bisa memilih yang paling sesuai dengan kondisi tubuh.”

Selain itu, dokter juga bisa memberikan rekomendasi berdasarkan riwayat kesehatan, usia, dan kebutuhan pribadi. Misalnya, ibu dengan riwayat operasi caesar mungkin lebih baik memilih metode kontrasepsi yang tidak memengaruhi sistem reproduksi secara langsung.

Kesimpulan

Kasus seorang ibu yang mengalami pendarahan hebat setelah melepas KB implan menjadi peringatan penting bagi semua wanita. Meskipun KB implan dianggap aman dan efektif, proses pemasangan dan pelepasannya harus dilakukan dengan hati-hati. Selain itu, setiap metode kontrasepsi memiliki risiko dan efek samping yang perlu diperhatikan.

Sebelum memilih alat kontrasepsi, konsultasikan dengan dokter untuk memastikan bahwa metode yang dipilih sesuai dengan kondisi kesehatan dan kebutuhan pribadi. Jika ada keluhan atau gejala yang tidak biasa, segera konsultasi dengan tenaga medis. Dengan demikian, risiko komplikasi bisa diminimalisir dan kesehatan reproduksi tetap terjaga.