Sosis merupakan salah satu makanan olahan yang sangat populer di berbagai belahan dunia. Dari segi sejarah, sosis memiliki perjalanan panjang dan berkembang sesuai dengan kebutuhan manusia dalam mengolah daging. Awalnya, sosis digunakan sebagai cara untuk mengawetkan daging yang berasal dari hewan buruan. Dalam proses pengolahan daging, orang-orang zaman dahulu menghadapi berbagai tantangan seperti ukuran hewan yang besar, masa simpan daging yang pendek, serta bagian tubuh hewan yang tidak termanfaatkan sepenuhnya.
Untuk mengatasi masalah tersebut, mereka mulai menemukan metode seperti pengasapan dan pengeringan yang dapat memperpanjang umur simpan makanan. Selain itu, garam juga menjadi bahan penting dalam proses pengawetan daging. Banyak referensi tentang penggunaan bahan-bahan ini ditemukan dalam catatan sejarah seperti tulisan pada tanah liat yang ditemukan di Mesopotamia abad ke 16 SM. Pada masa itu, usus, perut, dan kulit hewan mulai dimanfaatkan, meskipun belum ada cara yang tepat untuk memanfaatkannya secara optimal.
Dalam perkembangan selanjutnya, sosis mulai dikenal lebih luas di berbagai wilayah seperti Turki dan Tiongkok. Perkembangan rasa dan jenis sosis sangat dipengaruhi oleh rempah-rempah yang tersedia di setiap daerah. Proses pembuatan sosis juga semakin maju dengan adanya inovasi teknologi dan bahan baku yang lebih baik.
Pengertian Sosis
Kata “sosis” berasal dari bahasa Latin “Salsus”, yang artinya diasinkan atau diawetkan. Sosis telah menjadi produk pangan penting selama dua puluh abad terakhir. Penyebutan pertama yang dapat dikenali dari makanan daging ini ditemukan dalam sebuah drama Yunani yang disebut “The Orya” atau “The Sausage” yang ditulis sekitar 500 SM. Awalnya, sosis ditemukan sebagai cara untuk mengawetkan darah, jeroan, dan potongan daging kecil yang dimasukkan ke dalam usus hewan.
Di Indonesia, sosis diatur dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-3820-1995, yang menyatakan bahwa sosis adalah produk makanan yang diperoleh dari campuran daging halus (mengandung daging tidak kurang dari 75%) dengan tepung atau pati, dengan atau tanpa penambahan bumbu dan bahan tambahan makanan lain yang diizinkan, kemudian dimasukkan ke dalam selubung sosis.
Sejarah Penemuan Sosis
Sosis pertama kali ditemukan di daerah bernama Mesopotamia, yang kini mencakup wilayah Irak, Kuwait, dan beberapa bagian Arab Saudi. Bangsa Sumeria, yang menjadi suku dominan di wilayah tersebut, berperan penting dalam penemuan sosis sekitar abad 3100 SM. Dalam sejarah, sosis juga dikenal lebih luas di wilayah lain seperti Turki sekitar tahun 1000 SM dan Tiongkok sekitar tahun 580 SM.
Perkembangan sosis terjadi karena pengenalan rempah-rempah baru yang memungkinkan variasi rasa yang lebih banyak, serta kemajuan teknologi seperti pengeringan dan pengawetan. Pada masa lalu, negara-negara dengan iklim panas memiliki keterbatasan dalam pemanfaatan dan pengolahan daging. Namun, dengan perkembangan teknologi dan pengetahuan, sosis menjadi semakin populer dan beragam jenisnya.
Proses Pembuatan Sosis Secara Umum
Proses pembuatan sosis melibatkan beberapa tahap penting, mulai dari persiapan bahan hingga pengemasan. Pertama, bahan-bahan seperti telur ayam, tepung tapioka, garam, bawang putih, penyedap rasa, saltpeter (nitrit/nitrat), dan emulsifier disiapkan. Kualitas produk sangat bergantung pada kualitas bahan yang digunakan.
Berikut langkah-langkah utama dalam pembuatan sosis:
– Penggilingan daging: Tujuannya adalah memperkecil ukuran daging agar mudah dicampur dengan bahan lain.
– Pencampuran daging dan bumbu-bumbu: Proses ini bertujuan mencampur bumbu dan daging cincang secara merata.
– Proses emulsifikasi: Es ditambahkan untuk mengurangi efek panas sehingga protein daging tidak rusak. Emulsi yang stabil sangat bergantung pada sifat fungsional protein daging.
– Pengisian adonan ke dalam selongsong: Adonan sosis dimasukkan ke dalam selongsong dan dikaitkan sesuai dengan ukuran yang diinginkan.
– Pemasakan (perebusan atau pengasapan): Proses ini bertujuan memasak, mengawetkan, meningkatkan citarasa, dan aroma.
– Pengeluaran dari selongsong: Tidak semua sosis dikeluarkan dari selongsong. Beberapa jenis menggunakan selongsong yang edible.
– Pengemasan: Sosis yang telah dikupas dimasukkan ke dalam kemasan plastik.
Jenis-jenis Sosis
Berdasarkan cara pembuatannya, sosis dibagi menjadi beberapa jenis:
– Sosis segar (fresh sausage): Biasanya belum dimasak dan disajikan dalam bentuk beku maupun tidak beku. Contoh: Sosis segar Inggris.
– Sosis masak (cooked sausage): Dimasak setelah proses pengisian adonan ke dalam selongsong. Contoh: Sozis.
– Sosis tipe emulsi (emulsion sausage): Daging dan lemak digiling halus membentuk emulsi. Contoh: Bologna, frankfurter, bruhwurst.
– Sosis fermentasi (fermented sausage): Melibatkan proses fermentasi asam laktat. Contoh: Salami, peperoni, genoa.
Berdasarkan jenis daging yang digunakan, sosis juga dapat dibedakan menjadi sosis sapi, sosis ayam, sosis babi, dan lainnya.
Perkembangan Teknologi Pembuatan Sosis
Dengan adanya teknologi pembekuan, sosis memiliki masa simpan yang lebih lama dan dapat dipasarkan lebih luas. Industri sosis juga melakukan inovasi untuk menurunkan biaya produksi, seperti mengganti bahan baku daging dengan yang lebih murah dan menambahkan flavor sebagai penggantinya. Selongsong sosis juga mengalami perkembangan, mulai dari bahan alami hingga bahan buatan seperti selulosa, kolagen, dan plastik.
Dengan semakin berkembangnya teknologi, variasi sosis di pasaran semakin beragam dan menyesuaikan kebutuhan konsumen. Sosis tidak hanya menjadi makanan olahan tetapi juga menjadi bagian dari budaya dan tradisi di berbagai negara.