Kampung Budaya Polowijen (KBP) menjadi salah satu destinasi wisata yang menarik perhatian masyarakat, khususnya di Kota Malang. Sebagai bagian dari 17 kampung tematik yang telah ditetapkan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Malang, KBP terus berupaya melestarikan dan merawat budaya lokal. Tidak hanya sebagai tempat pelestarian seni dan tradisi, KBP juga menjadi tempat yang ramah bagi para pelaku wisata dan pengunjung yang ingin melakukan studi banding atau riset. Di awal tahun 2019, sejumlah pegiat dan penari KBP melakukan kunjungan ke tiga kampung tematik lainnya, yaitu Kampung Tridi, Kampung Warna-Warni Jodipan, dan Kampung Biru Arema. Kunjungan ini dilakukan dalam rangka memperkuat hubungan antar kampung tematik serta saling bertukar ide dan pengalaman.

Kunjungan tersebut memiliki makna penting dalam konteks kerjasama antar komunitas. Para pegiat KBP tidak hanya sekadar berkunjung, tetapi juga menjalin silaturahmi dengan pengelola kampung tematik lainnya. Hal ini mencerminkan semangat “sambang kampung nyambung paseduluran”, sebuah konsep yang menggambarkan rasa kekeluargaan dan saling mendukung antar warga. Selain itu, kunjungan ini juga memberikan kesempatan bagi para pengunjung untuk melihat secara langsung bagaimana kampung-kampung tematik lain beroperasi dan mengelola pariwisata mereka.

Dalam kunjungan tersebut, rombongan KBP diterima dengan hangat oleh pengurus kelompok sadar wisata (pokdarwis) di setiap kampung. Mereka diberikan akses gratis ke lokasi wisata, yang menunjukkan bahwa kerja sama antar komunitas sangat kuat. Selain itu, para penari KBP juga diajak untuk menampilkan pertunjukan tari yang menarik, sehingga memberikan pengalaman yang berkesan bagi pengunjung. Ini menunjukkan bahwa KBP tidak hanya fokus pada pelestarian budaya, tetapi juga aktif dalam promosi dan pemasaran pariwisata.

Penggagas KBP Berharap Kunjungan Bisa Memperkuat Hubungan Antar Kampung Tematik

Penggagas KBP, Ki Demang, menyampaikan bahwa tujuan utama dari kunjungan ini adalah untuk membangun hubungan yang lebih erat antar kampung tematik. “Kami ingin studi banding ketiga kampung tematik dengan semangat sambang kampung nyambung paseduluran,” ujarnya. Dengan saling berkunjung, setiap kampung dapat belajar dari pengalaman dan inovasi yang ada di kampung lain. Misalnya, Kampung Tridi dikenal dengan seni mural yang menarik, sedangkan Kampung Warna-Warni Jodipan memiliki desain arsitektur yang unik dan menarik untuk foto. Sementara itu, Kampung Biru Arema fokus pada pengelolaan lingkungan dan edukasi tentang keberlanjutan.

Selain itu, kunjungan ini juga menjadi ajang untuk memperkenalkan KBP kepada publik yang lebih luas. Dengan adanya interaksi langsung antar komunitas, KBP dapat meningkatkan visibilitasnya sebagai kampung budaya yang unik dan menarik. Hal ini juga akan membantu meningkatkan jumlah wisatawan yang datang ke KBP, yang pada akhirnya akan berdampak positif pada perekonomian masyarakat sekitar.

Pengalaman Menarik Saat Berkunjung ke Kampung Tridi

Salah satu kampung yang dikunjungi oleh rombongan KBP adalah Kampung Tridi. Di sini, para pegiat KBP diberi kesempatan untuk melihat dan memahami cara pengelolaan kampung yang berbeda dari KBP. Kampung Tridi dikenal dengan seni mural yang khas dan menarik, yang membuatnya menjadi destinasi favorit bagi para pengunjung. Selain itu, rombongan KBP juga diajak untuk naik ke menara Eiffel yang merupakan lokasi syuting film layar lebar ‘Yo Wis Ben’. Hal ini menunjukkan bahwa Kampung Tridi tidak hanya fokus pada seni, tetapi juga memiliki potensi untuk menjadi pusat hiburan dan edukasi.

Jasa Stiker Kaca

Para penari anak-anak KBP tampak asyik ber-selfie di Kampung Tridi, yang menunjukkan bahwa kampung ini tidak hanya menarik bagi wisatawan dewasa, tetapi juga anak-anak. Hal ini menunjukkan bahwa Kampung Tridi berhasil menciptakan suasana yang ramah dan menarik bagi semua kalangan. Selain itu, pengelola kampung juga memastikan bahwa setiap pengunjung merasa nyaman dan aman selama berada di kampung tersebut.

Jasa Backlink

Sekretaris Pokdarwis Kampung Tridi, Nuryanto, menyampaikan bahwa kunjungan antar kampung tematik seperti ini sangat penting dalam memperkuat hubungan antar komunitas. “Saling menginspirasi dan menguatkan satu sama lain,” ujarnya. Dengan saling berbagi ide dan pengalaman, setiap kampung bisa belajar dari kelebihan dan kekurangan masing-masing, sehingga dapat meningkatkan kualitas pariwisata dan pengelolaan kampung.

Pertunjukan Tari di Kampung Warna-Warni Jodipan

Setelah berkunjung ke Kampung Tridi, rombongan KBP melanjutkan perjalanan ke Kampung Warna-Warni Jodipan (KWJ). Di sini, para penari KBP diberi kesempatan untuk menampilkan tarian topeng Malangan di pelataran KWJ. Aksi menari tersebut menarik perhatian ribuan pengunjung yang memadati kawasan tersebut. Mereka tampak antusias dan mendokumentasikan pertunjukan tersebut menggunakan ponsel mereka.

Menurut S. Pairin, salah satu pengelola KWJ, rumah miniatur yang dibuat dengan desain anyaman bambu dan dihiasi beberapa topeng Malang sengaja dibuat untuk mempermudah pengunjung berswafoto. Desain ini tidak hanya menarik secara estetika, tetapi juga memiliki fungsi edukasi, karena menggambarkan ciri khas KBP. Hal ini menunjukkan bahwa KWJ tidak hanya fokus pada pariwisata, tetapi juga berupaya untuk memperkenalkan budaya lokal kepada pengunjung.

Selain itu, pengelola KWJ juga menyampaikan bahwa kampung ini memiliki potensi besar untuk menjadi tempat edukasi dan pembelajaran tentang seni dan budaya. Dengan adanya pertunjukan tari dan seni mural, pengunjung bisa lebih memahami nilai-nilai budaya yang terkandung dalam setiap kampung. Hal ini tentu akan memperkaya pengalaman wisata dan meningkatkan minat masyarakat untuk kembali berkunjung.

Kunjungan ke Kampung Biru Arema dan Program Lingkungan

Kunjungan terakhir rombongan KBP adalah ke Kampung Biru Arema (KBA). Di sini, para penari KBP kembali menampilkan pertunjukan tari di pelataran KBA dengan latar patung singa sebagai ikon Malang. Tak hanya itu, lurah Kidul Dalem, Johan Fuaddy, turut serta menari bersama puluhan penari KBP, yang menunjukkan antusiasme dan dukungan terhadap aktivitas budaya.

Irmawan Yutanto, ketua Pokdarwis KBA, menjelaskan bahwa kampung ini lebih fokus pada tema lingkungan dengan memanfaatkan program kotaku, menginovasi air limbah rumah tangga melalui sistem biofilter. Selain itu, di beberapa sudut kampung mulai banyak tanaman organik dan kolam ikan organik yang akan menjadi andalan KBA. “Jadi, wisata KBA adalah wisata edukasi yang memberikan pembelajaran kepada pengunjung tentang pengelolaan lingkungan,” ujarnya.

Program lingkungan yang diterapkan oleh KBA menunjukkan bahwa kampung tematik tidak hanya fokus pada pariwisata, tetapi juga berkomitmen untuk menjaga keberlanjutan lingkungan. Dengan adanya inovasi seperti sistem biofilter dan penggunaan tanaman organik, KBA menjadi contoh yang baik bagi kampung-kampung lain dalam menjalankan pariwisata yang ramah lingkungan.

Kesimpulan: Semangat Kerja Sama Antar Kampung Tematik

Kunjungan rombongan KBP ke tiga kampung tematik di Kota Malang menunjukkan bahwa kerja sama antar komunitas sangat penting dalam memajukan pariwisata budaya. Dengan saling berkunjung dan berbagi pengalaman, setiap kampung bisa belajar dari kelebihan dan inovasi yang ada di kampung lain. Hal ini tidak hanya meningkatkan kualitas pariwisata, tetapi juga memperkuat hubungan antar komunitas.

Selain itu, kunjungan ini juga menjadi ajang untuk memperkenalkan KBP kepada publik yang lebih luas, sehingga meningkatkan visibilitas dan jumlah wisatawan yang datang. Dengan adanya interaksi langsung antar komunitas, KBP dapat meningkatkan kualitas layanan dan pengalaman wisata bagi pengunjung. Dengan demikian, kunjungan antar kampung tematik bukan hanya sekadar acara sosial, tetapi juga menjadi langkah strategis dalam membangun pariwisata yang berkelanjutan dan bermakna.