Hélène Ségara, seorang penyanyi asal Prancis yang lahir pada 26 Februari 1971, adalah salah satu nama yang tak terlupakan dalam dunia musik. Dikenal sebagai pemeran Esmeralda dalam musical “Notre Dame de Paris”, ia telah membuktikan bahwa ia mampu menghadapi berbagai tantangan hidup dengan ketangguhan dan kekuatan. Dengan penjualan lebih dari 10 juta rekaman, kiprahnya di dunia musik tidak diragukan lagi.

Sementara itu, di Indonesia, Segara juga memiliki makna khusus. Nama Segara menjadi brand yang menyajikan minuman kekinian dengan harga terjangkau. Namun, kisah perjalanan Hélène Ségara sebagai penyanyi sangat berbeda dari segara yang ada di Indonesia. Berikut adalah kisah lengkap tentang perjalanan karier dan kehidupan Hélène Ségara.

Awal Kehidupan dan Karier

Hélène Ségara lahir dengan nama Hélène Aurore Alice Rizzo di Six-Fours-les-Plages, Prancis. Ia memiliki latar belakang keluarga yang unik, dengan ayahnya berasal dari Italia dan ibunya dari Armenia. Kehidupannya tidak selalu mulus, karena kedua orang tuanya bercerai saat ia berusia delapan tahun, dan ayahnya meninggal saat ia berusia enam belas tahun. Peristiwa-peristiwa ini menjadi momen penting dalam masa kecilnya.

Pada usia 14 tahun, Hélène memutuskan untuk meninggalkan sekolah dan keluarganya demi mengejar impiannya menjadi penyanyi. Di usia muda, ia bekerja di bar piano di Riviera Prancis. Pada usia 18 tahun, ia melahirkan putra pertamanya, Raphael. Selama masa ini, ia mulai menulis lagu dan menciptakan ribuan lagu dalam tujuh bahasa. Meski single pertamanya, “Loin,” gagal meraih kesuksesan, ia tetap berjuang untuk menunjukkan bakatnya.

Jasa Stiker Kaca

Migrasi ke Paris dan Kesuksesan Awal

Pada tahun 1996, Hélène pindah ke Paris bersama putranya. Di sana, ia bertemu Christian Loigerot, seorang komposer, dan Orlando Gigliotti, saudara Dalida, yang memberinya dorongan besar dalam karier. Meskipun dia masih terikat kontrak dengan produser pertamanya, ia akhirnya berhasil meraih kesuksesan dengan single “Je vous aime adieu” dari album debutnya “Cœur de verre” pada tahun 1996. Lagu ini diikuti oleh duet “Vivo per lei” dengan Andrea Bocelli, yang membuat namanya semakin dikenal.

Jasa Backlink

Peran sebagai Esmeralda dalam musical “Notre Dame de Paris” menjadi titik balik dalam kariernya. Meski ia mengikuti audisi pada 1997, ia hanya dipilih pada 1999 setelah penyanyi Israel Noa mundur. Ini menjadi momen penting dalam hidupnya, dan ia mengatakan bahwa “ketika nasib mengetuk pintu untuk kedua kalinya, kita harus tidak melepaskannya.”

Tantangan Kesehatan dan Pemulihan

Kesuksesan Hélène tidak sepenuhnya tanpa hambatan. Pada suatu waktu, ia didiagnosis mengidap kista pada tali suaranya, yang mengancam kariernya. Saat tampil di Kanada, ia kehilangan suaranya, dan produsernya menjual kontraknya kepada Orlando. Operasi laser dilakukan untuk mengobati kondisinya, dan setelah pemulihan, ia melanjutkan kariernya dengan album kedua “Au Nom d’une femme” pada tahun 2000, yang mencapai puncak tangga musik Prancis.

Setelah itu, ia menggelar tur konser yang berlangsung selama dua tahun. Video konsernya di Olympia Paris dirilis, dan menurut survei IFOP, ia menjadi penyanyi favorit rakyat Prancis saat itu. Pada tahun 2003, ia merilis album ketiga “Humaine” yang mencakup lagu “On n’oublie rien, on vit avec” bersama Laura Pausini dan “L’Amour est un soleil” yang ditulis Romano Musumarra. Album ini terjual sekitar 700.000 salinan.

Kehidupan Pribadi dan Kegiatan Sosial

Pada Agustus 2003, Hélène menikahi Mathieu Lecat, putra jurnalis Didier Lecat, dan memiliki dua anak tambahan, Matteo dan Maïa. Pada tahun 2006, ia merilis album keempat “Quand l’éternité…” yang memiliki gaya rock yang berbeda dari sebelumnya. Lagu-lagu seperti “Méfie-toi de moi” dan “Rien n’est comme avant” mendapat respons positif, dan album ini mencapai status emas setelah terjual lebih dari 200.000 salinan.

Selain itu, Hélène aktif dalam kegiatan sosial. Ia menjadi duta amal untuk organisasi seperti Rêves, Les Restos du Cœur, dan Espace Adoption. Ia juga pernah tampil dalam acara amal untuk Laurette Fugain dan terlibat dalam program TV France 3. Pada November 2006, ia ikut dalam Konser Toleransi di Agadir, Maroko, bersama artis ternama seperti Andrea Bocelli dan Zucchero.

Kolaborasi dengan Il Divo dan Aktivitas Lain

Pada tahun 2014, Hélène tampil dalam lagu “Memory” dari musical Cats bersama quartet Il Divo. Lagu ini masuk dalam album mereka “A Musical Affair”. Selain itu, ia pernah berduet dengan Garou dalam album “Ensemble contre le sida” pada tahun 1998, yang merupakan versi dari “L’amour existe encore” yang ditulis Luc Plamondon dan Richard Cocciante untuk Celine Dion.

Kesehatan dan Kehidupan Pribadi

Hélène Ségara juga menghadapi tantangan kesehatan. Ia menderita penyakit autoimun yang mengancam penglihatannya. Setelah enam tahun perjuangan, termasuk 17 operasi, ia akhirnya bisa menjaga penglihatannya. Namun, efek samping dari pengobatan kortison membuatnya mengalami kenaikan berat badan. Ia kemudian memulai diet dan berhasil mengembalikan bentuk tubuhnya, sehingga ia kembali percaya diri.

Dalam wawancara, ia mengungkapkan bahwa ia sangat beriman dan percaya pada energi positif. Meski ia tidak melakukan komuni atau katekismus saat kecil, ia kini merasa lebih percaya pada Tuhan. Ia sering berdoa untuk teman-temannya dan percaya bahwa kekuatan positif bisa mengubah segalanya.

Kesimpulan

Hélène Ségara adalah contoh nyata bahwa ketangguhan dan tekad dapat mengubah hidup. Dari awal karier yang sulit hingga menjadi salah satu penyanyi terkenal di Prancis, ia telah membuktikan bahwa ia mampu menghadapi segala tantangan. Dengan karya-karyanya yang luar biasa dan dedikasinya terhadap kegiatan sosial, ia menjadi inspirasi bagi banyak orang. Kehidupan dan kariernya adalah bukti bahwa impian bisa tercapai jika kita tidak menyerah.