Anak-anak di bawah usia 5 tahun sering kali mengalami kejadian tak terduga akibat sifat alami mereka yang ingin menjelajahi dunia melalui mulut. Salah satu kejadian yang paling mengkhawatirkan adalah ketika anak menelan benda asing, seperti anting. Peristiwa ini bisa terjadi dalam sekejap dan memerlukan tindakan cepat serta pengawasan ketat dari orang tua. Baru-baru ini, seorang ibu bernama Lulukavika mengalami situasi serupa dengan anaknya yang berusia 11 bulan. Kejadian tersebut menjadi peringatan penting bagi semua orang tua untuk lebih waspada dan memahami fase oral bayi yang wajib dilalui oleh setiap anak.
Fase oral bayi adalah tahapan perkembangan alami yang biasanya dimulai sejak bayi lahir hingga usia sekitar 18 bulan. Pada masa ini, anak cenderung mengisap, menggigit, atau memasukkan benda-benda kecil ke dalam mulut sebagai bagian dari proses belajar dan eksplorasi. Meskipun hal ini normal, orang tua harus tetap waspada karena risiko benda asing tertelan sangat tinggi. Benda-benda kecil seperti kancing, koin, anting, atau mainan kecil bisa menjadi ancaman nyata jika tidak diawasi dengan baik.
Dalam kasus yang dialami Lulukavika, anaknya secara tidak sengaja menelan anting. Kejadian ini menyebabkan kepanikan besar bagi sang ibu, namun berkat tindakan cepat dan penanganan medis yang tepat, anak tersebut akhirnya berhasil melewatkan benda tersebut melalui sistem pencernaan. Pengalaman ini menjadi pelajaran berharga bagi para orang tua, bahwa kehati-hatian dan kesadaran akan bahaya benda kecil sangat penting dalam mengawasi anak-anak.
Fase Oral Bayi: Tahapan Penting dalam Perkembangan Anak
Fase oral bayi adalah salah satu tahapan perkembangan psikologis dan fisik yang sangat penting. Menurut teori psikologi, fase ini merupakan bagian dari tahapan perkembangan yang disebut “oral stage” yang diperkenalkan oleh Sigmund Freud. Meskipun teori ini telah banyak dikritik, konsep dasarnya masih relevan dalam memahami perilaku anak. Pada fase ini, anak menggunakan mulut sebagai alat utama untuk menjelajahi lingkungan sekitarnya. Mereka mungkin mengisap jempol, menggigit benda, atau mencoba memasukkan apa pun yang ada di dekatnya ke dalam mulut.
Menurut laporan dari Kompas, fase oral bayi tidak boleh dihentikan, karena merupakan bagian alami dari perkembangan motorik dan sensorik anak. Namun, orang tua perlu memahami bahwa meski fase ini wajar, mereka juga harus memastikan lingkungan aman bagi anak. Benda-benda kecil, berbahaya, atau berpotensi tertelan harus selalu dijauhkan dari jangkauan anak. Orang tua juga perlu memperhatikan jenis mainan yang diberikan kepada anak, memilih yang sesuai dengan usia dan aman untuk digunakan.
Selain itu, pada tahap ini, anak juga sedang belajar tentang rasa, tekstur, dan suara. Proses ini membantu perkembangan otot-otot wajah dan mulut, yang akan berpengaruh pada kemampuan berbicara dan makan nantinya. Oleh karena itu, orang tua tidak boleh melarang anak sepenuhnya dari kebiasaan memasukkan benda ke mulut, tetapi harus memberikan benda yang aman dan sesuai dengan tahap perkembangan anak.
Bahaya Benda Asing Tertelan: Apa yang Harus Dilakukan?
Ketika anak menelan benda asing, langkah pertama yang harus dilakukan adalah segera memeriksa kondisi anak. Jika anak tidak menunjukkan gejala seperti muntah, sulit bernapas, atau kesulitan menelan, maka kemungkinan besar benda tersebut akan keluar melalui sistem pencernaan. Namun, jika anak menunjukkan gejala yang mencurigakan, segera bawa ke rumah sakit untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Menurut informasi dari situs MedlinePlus, benda-benda yang tertelan biasanya akan melewati saluran pencernaan dan dikeluarkan melalui feses dalam waktu 24–48 jam. Namun, jika benda tersebut terbuat dari logam, seperti anting, maka risiko kerusakan organ dalam lebih tinggi. Dalam kasus Lulukavika, dokter menyarankan untuk melakukan rontgen untuk memastikan posisi anting dan memantau perkembangannya. Jika benda tidak keluar dalam waktu 2×24 jam, tindakan medis seperti endoskopi mungkin diperlukan.
Orang tua juga perlu memperhatikan gejala yang muncul setelah anak menelan benda asing. Gejala seperti demam, nyeri perut, muntah, atau BAB yang tidak normal dapat menjadi tanda adanya komplikasi. Jika terjadi, segera konsultasikan dengan dokter anak. Selain itu, penggunaan obat pencahar mungkin direkomendasikan untuk membantu proses pembuangan benda tersebut.
Tips Menghindari Benda Asing Tertelan oleh Anak
Mencegah anak menelan benda asing adalah tugas penting bagi setiap orang tua. Berikut beberapa tips yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko:
- Jaga Lingkungan Aman: Pastikan ruangan tempat anak bermain bebas dari benda-benda kecil yang bisa tertelan. Kunci barang seperti kancing, anting, koin, atau baterai di tempat yang tidak mudah dijangkau anak.
- Pilih Mainan yang Sesuai Usia: Pastikan mainan yang diberikan kepada anak sesuai dengan usia dan aman untuk digunakan. Hindari mainan dengan bagian kecil yang bisa lepas.
- Perhatikan Baju dan Aksesoris: Hindari memberikan baju dengan aksesoris yang mudah lepas, seperti kancing atau peniti. Gunakan hijab atau pakaian tanpa aksesori yang berisiko.
- Ajarkan Kesadaran: Saat anak sudah lebih besar, ajarkan dia untuk tidak memasukkan benda apapun ke mulut. Gunakan metode edukasi yang sesuai dengan usia.
- Lakukan Pemeriksaan Rutin: Jika anak pernah menelan benda asing, lakukan pemeriksaan rutin untuk memastikan tidak ada kerusakan internal.
Kesadaran Orang Tua: Kunci Utama dalam Pencegahan
Kasus yang dialami Lulukavika menunjukkan betapa pentingnya kesadaran orang tua dalam menghadapi fase oral bayi. Meskipun kejadian ini berakhir dengan baik, tidak semua kasus memiliki hasil yang sama. Oleh karena itu, orang tua perlu lebih waspada dan memahami risiko yang mungkin terjadi.
Lulukavika mengungkapkan bahwa setelah kejadian ini, ia lebih hati-hati dalam memilih benda-benda yang ada di sekitar anak. Ia juga membatasi penggunaan aksesoris pada baju dan hijab agar tidak menjadi ancaman bagi anak. Selain itu, ia berharap pengalaman ini bisa menjadi pelajaran bagi orang tua lain untuk lebih waspada dalam mengawasi anak.
Dalam sebuah wawancara dengan theAsianparent Indonesia, Lulukavika menegaskan bahwa kejadian ini memberikan banyak pelajaran bagi dirinya dan keluarga. Ia mengakui bahwa selama ini kurang aware akan bahaya benda kecil yang bisa tertelan. Setelah kejadian ini, ia lebih jeli dalam memilih benda-benda yang ada di sekitar anak.
Kesimpulan: Waspadalah, Tetapi Jangan Panik
Kejadian anak menelan benda asing, seperti anting, adalah situasi yang menegangkan bagi orang tua. Namun, dengan penanganan yang tepat dan kesadaran yang cukup, kejadian ini bisa diatasi dengan baik. Fase oral bayi adalah bagian alami dari perkembangan anak, tetapi orang tua perlu memahami risiko yang mungkin terjadi dan mengambil langkah-langkah pencegahan yang efektif.
Orang tua tidak perlu panik, tetapi harus tetap waspada dan siap menghadapi situasi darurat. Dengan memahami fase oral bayi, mengidentifikasi bahaya benda kecil, dan mengambil tindakan pencegahan, orang tua bisa memberikan perlindungan maksimal bagi anak. Semoga pengalaman Lulukavika bisa menjadi inspirasi bagi orang tua lain untuk lebih waspada dan peduli terhadap keamanan lingkungan anak.