19 Juli 2025, Di tengah krisis nilai dan cepatnya arus globalisasi, perempuan Indonesia memilih untuk pulang, kembali ke akar budaya, kembali pada jati diri, dan memilih bertindak. Dalam dua sesi penutup Konferensi Perempuan Indonesia Online 2025 (KPI 2025), peserta diajak meresapi makna perempuan sebagai penjaga nilai, penggerak perubahan, dan pondasi masa depan bangsa.

Tisu Murah

Sesi 9: Perempuan, Kearifan Lokal & Identitas Nasional

Bersama Rachmi Syofia (Mimi Campervan Girl).

Dengan gaya ceria, sesi ini dibuka oleh Fajrina Addien membawakan lagu dengan nada Cublak-Cublak Suweng dan Menthok-Menthok. Dilanjutkan dengan penampilan video dari Rachmi Syofia, akrab disapa Mimi Campervan Girl, seorang solo traveler, aktivis sosial, dan penjelajah kearifan lokal.

Dalam sesi yang menyentuh dan inspiratif ini, Mimi membagikan alasan kuat di balik keputusannya menjadi petualang tunggal. Terinspirasi dari adat merantau orang Minang dan terdorong oleh pandemi yang mengguncang hidupnya, Mimi menyadari bahwa hidup terlalu singkat untuk menunda mimpi. “Kalau tidak sekarang, kapan lagi?”, ujarnya.

Mimi menegaskan bahwa identitas nasional terbentuk dari keragaman lokal. Ia telah merasakannya sendiri dalam perjalanan ke berbagai pelosok Indonesia, terutama kawasan Timur. “Indonesia itu tak habis-habis untuk dijelajahi. Perempuan itu hebat, saat kepepet, muncul kemampuan ajaib yang luar biasa,” tambahnya.

Sesi ini menjadi semakin haru ketika salah satu peserta, Indah Laras, membacakan puisi penghargaan untuk Mimi yang membuat peserta lainnya meneteskan air mata.

Jasa Stiker Kaca

Menutup sesi, Mimi menyampaikan pesan:

Jasa Backlink

“Jadilah perempuan seutuhnya, tanpa meninggalkan kodratnya.”

Sebagai Perajut Makna, Fajrina Addien menyampaikan terima kasih atas inspirasi Mimi yang telah mengajak perempuan keluar dari zona nyaman dan kembali merakit kearifan lokal sebagai identitas perempuan Indonesia.

Sesi 10: Deklarasi Perempuan Berjati Diri

Dibuka oleh Mentari dan Ariel, ikon KPI 2025, sesi penutup menghadirkan dua tokoh sentral dalam gerakan Ibu Profesional Dodik Mariyanto, inisiator Ibu Profesional, dan Septi Peni Wulandani, founding mother.

Dalam sesi talkshow yang dipandu Ike Pratiwi selaku Perajut Makna, Pak Dodik menekankan pentingnya menjaga jatidiri bangsa.

 “Negara ini luas, beragam suku dan budaya. Pancasila dan UUD 45 lahir dari perenungan dalam. Maka jatidiri bangsa harus terus diuri-uri,” ujarnya.

Menurutnya, perbedaan adalah kekayaan, bukan penghalang. “Sama itu membosankan. Justru yang berbeda itu yang memberi makna,” tambahnya.

Septi Peni Wulandani menegaskan: “Perempuan adalah peletak pondasi jatidiri bangsa. Maka jika perempuan memiliki jatidiri, generasi ini akan dididik oleh orang yang tepat.”

Saat ditanya soal peran ayah, Pak Dodik berseloroh namun penuh makna: “Ayah yang nggak ngrepoti keluarga aja sudah bagus. Tapi seharusnya jadi penanggung jawab penuh atas tumbuh kembang anak.”

Sesi ini juga memutar video perjalanan KPI sejak Juli 2024, menyuguhkan momen haru, tawa, air mata, dan semangat dari seluruh panitia, perajut makna, dan peserta.

Sesi ditutup dengan pembacaan Deklarasi Perempuan Berjati Diri oleh Septi Peni Wulandani, yang menyatakan:

DEKLARASI PEREMPUAN BERJATI DIRI

1. Perempuan Indonesia adalah penjaga peradaban dan jatidiri bangsa.

2. Keluarga adalah pusat pembentukan karakter bangsa.

3. Nilai-nilai luhur bangsa harus diwariskan dan dibumikan.

4. Perempuan dan keluarga adalah penjaga kearifan lokal yang memperkuat identitas nasional.

5. Kami hadir untuk bertindak – dari lokal menuju global.

“Dengan semangat ‘Membangun Kembali Jati Diri Bangsa Melalui Peran Perempuan dan Keluarga,’ kami, perempuan Indonesia, siap melanjutkan estafet peran sejarah menjadi suluh yang menerangi keluarga, komunitas, dan bangsa. Untuk Indonesia yang lebih berkarakter, berdaulat, dan bermartabat.”

Ariel dan Mentari menutup sesi dengan pernyataan penuh makna: “Deklarasi telah dibacakan. Hari ini, kita berdiri tegak sebagai perempuan Indonesia yang kembali pada jati dirinya. Kita bukan hanya penonton sejarah kita penulisnya. Maka mari pulang membawa tekad: membangun keluarga yang berdaya, masyarakat yang berbudaya, dan peradaban yang bermartabat.”

Perempuan, Pilar Bangsa – Dari Rumah Menuju Global

Berdasarkan data UNESCO, lebih dari 70% pendidikan karakter anak terbentuk di rumah, dengan peran ibu sebagai sentralnya. Maka bukan berlebihan jika KPI 2025 menegaskan bahwa perempuan, dalam berbagai perannya sebagai individu, istri, ibu, dan penggerak komunitas, adalah penjaga jatidiri bangsa.

Konferensi Perempuan Indonesia Online 2025 menutup rangkaian dengan satu kesimpulan kuat: Kita butuh lebih banyak perempuan sadar jati diri, karena dari mereka lah masa depan bangsa dibangun.