Cerpen adalah salah satu bentuk karya sastra yang sangat populer di berbagai kalangan masyarakat. Di Indonesia, cerpen tidak hanya ditulis dalam bahasa Indonesia, tetapi juga dalam berbagai bahasa daerah, termasuk bahasa Jawa. Contoh cerpen bahasa Jawa sering kali mengangkat tema-tema yang mendalam dan memiliki pesan moral yang kuat. Salah satu contoh cerpen yang menarik dan bermakna adalah “Padhang Ing Akhir Peteng” atau “Terang di Akhir Kegelapan”. Cerpen ini mengisahkan perjalanan seorang bocah perempuan bernama Anisa yang berhasil melewati berbagai tantangan hidupnya dengan semangat dan tekad yang kuat.
Anisa tinggal di sebuah desa yang jauh dari keramaian kota. Ia dikenal sebagai bocah yang ceria dan penuh semangat. Meskipun hidupnya tidak mudah, Anisa selalu menjalani kehidupan dengan penuh rasa syukur. Ia tinggal bersama ibunya, Bu Siti, yang bekerja sebagai penenun kain tradisional. Ayahnya telah tiada sejak Anisa masih kecil, sehingga ia dan ibunya harus hidup mandiri. Setiap pagi, Anisa membantu ibunya di rumah sebelum berangkat sekolah. Setelah sekolah, ia kembali membantu ibu dalam menggulung benang dan menjahit kain. Meski sering merasa lelah, Anisa tidak pernah mengeluh karena ia tahu bahwa ibunya bekerja keras untuk menyekolahkannya.
Pada suatu hari, Anisa mendengar percakapan antara ibunya dan Bu Mina, tetangga mereka. Bu Mina menyarankan Bu Siti untuk mengirim Anisa ke kota agar bisa mendapatkan pendidikan yang lebih baik. Bu Siti menjawab dengan sabar bahwa kondisi mereka belum memungkinkan, tetapi ia akan berusaha semampunya untuk memberikan yang terbaik bagi Anisa. Mendengar obrolan tersebut, Anisa merasa senang dan yakin bahwa ibunya ingin masa depan yang lebih baik untuknya. Esok harinya, Anisa menyampaikan keinginannya kepada ibunya untuk belajar lebih banyak dan bersedia bekerja setelah sekolah untuk menambah biaya pendidikan.
Ibunya diam sejenak, lalu tersenyum dan berkata, “Anakku, semangatmu ini yang akan membawamu ke masa depan yang lebih cerah. Aku akan mendukung apa pun yang bisa aku lakukan untukmu.” Dengan semangat yang baru, Anisa terus bersekolah dengan rajin. Pada akhir semester, Anisa menerima kabar bahwa ia mendapat beasiswa untuk sekolah di salah satu sekolah unggulan di kota. Keberhasilan ini membuat semua warga desa senang, terutama ibunya. Bu Mina mengucapkan selamat dan mengatakan bahwa ini adalah berkah bagi Anisa dan Bu Siti.
Persiapan untuk pindah ke kota dilakukan dengan cepat. Anisa dan ibunya naik bus menuju kota. Saat tiba, Anisa terkesan dengan gedung-gedung besar dan keramaian warga yang lalu lalang. Berbeda dengan desanya yang tenang dan sepi. Esok harinya, Anisa dan ibu mengunjungi sekolah barunya. Kepala sekolah, Pak Wiranto, menyambut Anisa dengan ramah dan mengucapkan selamat datang. Anisa merasa semangat untuk memulai pengalaman baru.
Di sekolah, Anisa bertemu dengan Rina, seorang siswa lain yang juga mendapat beasiswa. Mereka segera menjadi teman akrab dan saling mendukung dalam belajar. Anisa berusaha belajar dengan serius karena persaingan di sekolah unggulan ini sangat ketat. Dengan dukungan dari ibunya, Anisa terus meraih prestasi yang baik. Suatu hari, Anisa diajak Rina untuk mengikuti lomba debat antar sekolah. Ini menjadi kesempatan baginya untuk menunjukkan kemampuannya.
Dalam lomba debat, Anisa dan Rina maju dengan percaya diri. Meskipun awalnya gugup, mereka dapat tenang karena latihan dan persiapan yang baik. Akhirnya, tim Anisa dan Rina menang sebagai juara lomba debat. Kemenangan ini membuat Anisa semakin percaya diri dan semangat untuk mencapai cita-citanya. Ibunya, yang menonton melalui pengumuman sekolah, merasa bangga dan berkata, “Anisa, aku bangga padamu. Kau telah membuktikan bahwa usaha dan tekad bisa membawamu ke tempat yang lebih tinggi.”
Ketika kembali ke desa untuk liburan, Anisa disambut hangat oleh warga desa. Semua orang bangga dengan prestasi Anisa dan mendukungnya untuk terus semangat. Pak Wiranto, yang menemukan potensi Anisa, menyarankan agar ia melanjutkan pendidikan di jenjang yang lebih tinggi di luar negeri. “Anisa, kau punya potensi besar. Aku yakin kau bisa lebih sukses jika mendapatkan pendidikan internasional,” ujar Pak Wiranto. Ibunya setuju dan berjanji akan berusaha agar Anisa bisa mengejar potensinya.
Anisa menyadari bahwa ini adalah kesempatan langka dan berharga, sehingga ia terus bekerja keras untuk mempersiapkan diri. Beberapa waktu kemudian, Anisa mendapatkan beasiswa untuk kuliah di luar negeri. Saat hari keberangkatan tiba, Anisa pamit kepada ibunya dan warga desa. “Aku akan kembali dengan ilmu dan pengalaman yang lebih banyak untuk membantu desa ini,” ujarnya dengan janji. Perjalanan Anisa dari desa ke pendidikan internasional merupakan bukti bahwa tekad dan usaha yang tulus bisa membawanya dari kegelapan menuju terang.
Pesan moral dari cerpen ini adalah bahwa tekad dan usaha yang tulus dapat membawa seseorang dari kegelapan menuju terang. Dukungan dari keluarga dan lingkungan sekitar sangat penting dalam mencapai cita-cita. Anisa tetap menjaga janjinya untuk membantu desanya saat kembali, dan ia terus mengeksploitasi ilmu yang telah dimilikinya untuk kebaikan masyarakat.
Jika kamu tertarik dengan cerpen bahasa Jawa seperti ini, kamu bisa mencari referensi tambahan dari situs-situs yang menyediakan karya-karya sastra daerah. Selain itu, kamu juga bisa menulis cerpen sendiri dengan tema-tema yang relevan dan bermakna. Cerpen bukan hanya hiburan, tetapi juga sarana untuk menyampaikan pesan moral dan nilai-nilai kehidupan. Dengan menulis cerpen, kamu bisa mengembangkan kreativitas dan kemampuan menulis serta berpikir kritis.
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang cara menerbitkan buku, kamu bisa mengunjungi situs resmi penerbit buku terpercaya. Mereka menyediakan informasi lengkap tentang proses penerbitan, biaya, dan tips-tips yang berguna bagi para penulis pemula. Jika kamu ingin menulis buku, jangan ragu untuk memulai. Dengan tekad dan usaha yang tulus, kamu juga bisa mencapai kesuksesan seperti Anisa dalam cerpen ini.
[LINK: https://www.penerbitbuku.com/biaya-menerbitkan-buku-terbaru-2025]