Bayi berusia 7 bulan bernama Zoe mengalami kejadian yang mengejutkan dan memicu kekhawatiran di kalangan para orang tua. Tangan kanannya tiba-tiba menjadi lumpuh, sebuah gejala yang sangat mirip dengan penyakit polio. Kasus ini menunjukkan betapa pentingnya kewaspadaan terhadap kondisi medis langka yang bisa menyerang anak-anak. Penyakit yang dialami Zoe dikenal sebagai Acute Flaccid Myelitis (AFM), suatu kondisi neurologis yang masih belum sepenuhnya dipahami oleh dunia medis. Meski jarang terjadi, kasus seperti ini memperlihatkan bahwa penyakit-penyakit langka tetap bisa muncul dan menimpa siapa saja, terutama anak-anak.

Zoe awalnya mengalami demam biasa, namun setelah sembuh, ia mulai tidak menggunakan tangan kanannya lagi. Kondisi ini membuat sang ibu, Olga Butler, merasa khawatir. Setelah beberapa hari, tangan Zoe benar-benar tidak bisa digerakkan. Hal ini memicu pemeriksaan lebih lanjut dan akhirnya diagnosis AFM diberikan. Penyakit ini memiliki gejala serupa dengan polio, yaitu kelemahan otot dan kesulitan dalam menggerakkan anggota tubuh tertentu. Meski penyebab pastinya belum diketahui, para ahli menyebutkan bahwa virus seperti virus Zika atau non-polio enterovirus bisa menjadi faktor pemicunya.

Kasus AFM yang dialami Zoe bukanlah yang pertama kali terjadi. Di Amerika Serikat, khususnya di Washington, ada laporan tentang peningkatan kasus AFM pada tahun 2016 hingga 2018. Meskipun jumlahnya masih rendah, kondisi ini tetap menjadi perhatian khusus dari lembaga kesehatan seperti CDC (Centers for Disease Control and Prevention). Para dokter dan peneliti terus memantau perkembangan penyakit ini untuk mencari penyebab dan cara pengobatan yang efektif.

Apa Itu Acute Flaccid Myelitis (AFM)?

Acute Flaccid Myelitis (AFM) adalah kondisi langka yang memengaruhi sistem saraf pusat, khususnya sumsum tulang belakang. Gejalanya meliputi kelemahan otot yang mendadak, terutama pada lengan atau kaki, serta refleks yang melemah. Kondisi ini sering disebut sebagai “polio-like” karena gejalanya mirip dengan penyakit polio, meskipun penyebabnya berbeda. AFM biasanya terjadi setelah infeksi virus, seperti flu atau infeksi saluran pernapasan.

Menurut CDC, AFM sangat jarang terjadi, dengan kurang dari satu kasus per satu juta penduduk per tahunnya. Namun, karena penyebab pastinya belum diketahui, kasus ini tetap menjadi perhatian utama. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa virus non-polio enterovirus, seperti EV-D68, bisa menjadi salah satu penyebab AFM. Selain itu, virus Zika juga diperkirakan berkontribusi pada sejumlah kasus.

Meski penyakit ini tidak menular, risiko munculnya gejala serupa dengan penyakit lain seperti polio membuat para ahli tetap waspada. Mereka terus memantau penyebaran AFM agar bisa segera mengambil tindakan jika diperlukan.

Jasa Stiker Kaca

Gejala yang Harus Diwaspadai

Gejala AFM bisa bervariasi tergantung pada tingkat keparahan kondisi. Pada kasus ringan, anak mungkin hanya mengalami kelemahan otot tiba-tiba pada lengan atau kaki. Namun, dalam kasus yang lebih parah, gejala bisa mencakup kesulitan berbicara, wajah terkulai, atau bahkan kesulitan menelan dan sesak napas.

Jasa Backlink

Beberapa anak bisa pulih sepenuhnya dalam waktu singkat, sementara yang lain mungkin mengalami kelemahan permanen. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk segera membawa anak ke rumah sakit jika mereka melihat gejala-gejala tersebut. Diagnosis dini dapat meningkatkan peluang pemulihan dan mencegah komplikasi lebih lanjut.

CDC merekomendasikan bahwa jika anak mengalami demam disertai dengan gejala neurologis seperti kelemahan otot atau refleks yang lambat, segera lakukan pemeriksaan medis. Tes MRI dan tes darah sering digunakan untuk membantu diagnosis.

Peringatan dari Orang Tua yang Berpengalaman

Olga Butler, ibu Zoe, memberikan pesan penting kepada orang tua lainnya. Ia menyatakan bahwa meskipun penyakit AFM jarang terjadi, orang tua harus tetap waspada. Ia mengingatkan bahwa gejala seperti tangan atau kaki yang tidak digunakan secara normal bisa menjadi tanda-tanda penyakit ini.

“Jangan anggap sepele jika anakmu mengalami perubahan kebiasaan gerakan,” kata Olga. “Segera bawa ke dokter dan lakukan pemeriksaan lengkap.”

Ia juga menyampaikan bahwa informasi mengenai AFM masih terbatas, dan para dokter pun belum bisa menjelaskan secara detail penyebab dan pengobatannya. Namun, ia tetap berharap agar Zoe bisa pulih dan hidup normal seperti anak-anak lainnya.

Pengobatan dan Terapi yang Dilakukan

Zoe saat ini sedang menjalani terapi fisik dan bertemu dengan pakar neurologi. Terapi fisik bertujuan untuk memperkuat otot dan meningkatkan mobilitas. Dalam beberapa kasus, terapi ini bisa membantu anak pulih secara bertahap. Namun, dalam kasus yang lebih parah, anak mungkin membutuhkan perawatan jangka panjang.

Selain terapi fisik, dokter juga mungkin memberikan obat untuk mengurangi gejala dan mencegah komplikasi. Namun, karena penyebab AFM masih belum diketahui, pengobatan umumnya bersifat simptomatik, artinya fokusnya pada pengelolaan gejala, bukan penyebab langsung.

Kesimpulan

Kasus AFM pada bayi Zoe mengingatkan kita semua akan pentingnya kewaspadaan terhadap kondisi medis langka yang bisa menyerang anak-anak. Meski jarang terjadi, penyakit ini bisa memiliki dampak serius jika tidak segera ditangani. Orang tua perlu memperhatikan perubahan kecil pada anak, seperti kelemahan otot atau perubahan gerakan, dan segera berkonsultasi dengan dokter.

Dengan peningkatan kesadaran dan pemeriksaan dini, kita bisa lebih baik memahami penyakit seperti AFM dan mengambil langkah-langkah pencegahan yang tepat. Semoga Zoe dan anak-anak lain yang mengalami kondisi serupa bisa segera pulih dan menjalani kehidupan yang sehat dan bahagia.

Untuk informasi lebih lanjut mengenai AFM dan gejalanya, Anda bisa mengunjungi situs resmi CDC di https://www.cdc.gov.