Yogyakarta, sebuah kota yang kaya akan tradisi dan semangat kebangsaan, kembali menjadi pusat perhatian dalam dunia organisasi mahasiswa. Pada tahun 2018, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Yogyakarta menggelar Konferensi Cabang (Konfercab) ke-LXI, sebuah momen penting yang menandai perubahan kepemimpinan dan visi baru bagi organisasi ini. Dalam konferensi tersebut, Afraval Saipedra terpilih sebagai formateur HMI Yogyakarta untuk periode 2018/2019. Pemilihan ini dilakukan melalui proses demokratis yang dinamis dan penuh antusiasme dari seluruh peserta. Selain itu, tema besar yang diangkat dalam Konfercab kali ini adalah “Revitalisasi Gerakan HMI dalam Menjawab Tantangan Revolusi Industri 4.0”, yang mencerminkan kesadaran HMI Yogyakarta untuk tetap relevan di tengah perubahan teknologi yang pesat.

Afraval Saipedra, yang terpilih secara aklamasi, membawa visi utama yaitu menuju Civilized Organisation. Visi ini menekankan pentingnya perkaderan yang lebih baik, integrasi seluruh unsur di lingkup HMI, serta peningkatan profesionalitas kader. Proses pemilihan formateur berlangsung dengan ketat, karena ada dua calon yang bersaing, yakni Afraval dan Indra Sanjaya. Meski kedua calon memiliki dukungan yang kuat, Indra memutuskan untuk mundur, sehingga membuat Afraval terpilih tanpa adanya persaingan langsung.

Selain itu, Konfercab ini juga menjadi wadah untuk dialog dan pertukaran gagasan antara peserta sidang dan para calon formateur. Sebanyak 50%+1 peserta penuh delegasi komisariat hadir dalam forum tersebut, menunjukkan tingginya partisipasi dan antusiasme dari seluruh anggota HMI Cabang Yogyakarta. Berbagai isu seperti pengembangan organisasi, peran HMI dalam masyarakat, serta tanggung jawab sosial diperdebatkan secara mendalam. Hal ini menunjukkan bahwa HMI Yogyakarta tidak hanya fokus pada internal organisasi, tetapi juga pada bagaimana mereka dapat memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat sekitarnya.

Peran HMI dalam Masa Revolusi Industri 4.0

Tema “Revitalisasi Gerakan HMI dalam Menjawab Tantangan Revolusi Industri 4.0” menjadi salah satu hal yang paling menarik dalam Konfercab ke-LXI. Elfi Suharni, Ketua Umum HMI Cabang Yogyakarta periode 2017/2018, menjelaskan bahwa tema ini dipilih karena sadarnya HMI Yogyakarta akan pentingnya adaptasi terhadap perubahan teknologi. Revolusi Industri 4.0, yang ditandai oleh perkembangan teknologi digital, otomasi, dan AI, telah mengubah cara manusia berinteraksi, bekerja, dan hidup.

Dalam konteks ini, HMI Yogyakarta berkomitmen untuk tidak ketinggalan dan tetap menjadi organisasi yang progresif. Visi Civilized Organisation yang diusung oleh Afraval Saipedra bertujuan untuk memastikan bahwa kader-kader HMI tidak hanya memahami teknologi, tetapi juga mampu menggunakannya secara bijak dan etis. Dengan demikian, HMI Yogyakarta bisa menjadi model organisasi yang mampu menjawab tantangan masa depan sambil tetap menjaga nilai-nilai luhur yang dimiliki.

Menurut analisis dari Center for Strategic and International Studies (CSIS), Revolusi Industri 4.0 telah memengaruhi hampir semua sektor ekonomi dan sosial di Indonesia. Di bidang pendidikan, misalnya, sistem pembelajaran yang sebelumnya bersifat tradisional kini mulai beralih ke model digital. Ini menuntut mahasiswa dan organisasi kemahasiswaan untuk lebih fleksibel dan adaptif. Dalam hal ini, HMI Yogyakarta yang aktif dalam berbagai program pendidikan dan pelatihan kader diharapkan mampu menjadi contoh dalam menghadapi transformasi ini.

Jasa Stiker Kaca

Visi dan Misi Formateur HMI Yogyakarta

Sebagai formateur HMI Yogyakarta, Afraval Saipedra menyampaikan visi dan misinya secara terbuka kepada peserta sidang. Visi utamanya adalah membawa HMI Yogyakarta menuju Civilized Organisation, sebuah organisasi yang tidak hanya modern, tetapi juga beretika dan berwawasan global. Misi yang dia ajukan mencakup tiga aspek utama, yaitu memajukan perkaderan, mengintegrasikan seluruh unsur di lingkup HMI, serta meningkatkan profesionalitas kader.

Jasa Backlink

Perkaderan yang lebih baik melibatkan peningkatan kapasitas dan kualitas kader HMI melalui berbagai program pelatihan dan pengembangan. Integrasi seluruh unsur di lingkup HMI bertujuan untuk memperkuat solidaritas dan koordinasi antar komisariat, sehingga setiap anggota merasa terlibat dan memiliki peran yang jelas. Sementara itu, peningkatan profesionalitas kader mencerminkan komitmen HMI Yogyakarta untuk menghasilkan kader yang siap berkontribusi di berbagai bidang, baik dalam dunia akademik, bisnis, maupun pemerintahan.

Dalam sesi dialog, Afraval juga menyampaikan beberapa langkah konkret yang akan diambil dalam menjalankan visi dan misinya. Misalnya, ia berencana untuk memperluas kerja sama dengan lembaga-lembaga pendidikan, organisasi masyarakat, dan instansi pemerintah. Selain itu, ia juga akan mengadakan pelatihan-pelatihan berkala untuk memastikan bahwa kader HMI memiliki keterampilan yang dibutuhkan di era industri 4.0.

Kepemimpinan yang Dinamis dan Demokratis

Proses pemilihan formateur HMI Yogyakarta merupakan bukti bahwa organisasi ini memiliki sistem kepemimpinan yang dinamis dan demokratis. Dalam Konfercab ke-LXI, peserta sidang diberi kesempatan untuk menyampaikan pandangan dan aspirasi mereka melalui sesi dialog dan debat. Hal ini mencerminkan prinsip demokrasi yang dianut oleh HMI Yogyakarta, di mana setiap anggota memiliki hak untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan.

Sistem demokratis ini juga terlihat dalam pemilihan formateur. Meskipun ada dua calon yang maju, yaitu Afraval dan Indra Sanjaya, proses pemilihan berlangsung dengan damai dan tanpa gesekan. Bahkan, Indra Sanjaya memutuskan untuk mundur dari tahap berikutnya karena alasan tertentu, sehingga membuat Afraval terpilih secara aklamasi. Keputusan ini menunjukkan bahwa HMI Yogyakarta tidak hanya menjunjung prinsip demokrasi, tetapi juga kesopanan dan kebersamaan.

Kepemimpinan yang dinamis dan demokratis juga menjadi salah satu faktor yang membuat HMI Yogyakarta tetap menjadi organisasi yang diminati oleh mahasiswa. Menurut data dari Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Gadjah Mada (UGM), sebagian besar mahasiswa di Yogyakarta lebih memilih bergabung dengan organisasi yang memiliki struktur yang jelas dan proses pengambilan keputusan yang transparan. Dengan demikian, HMI Yogyakarta yang memiliki sistem kepemimpinan yang demokratis dan terstruktur sangat cocok untuk menjadi wadah bagi mahasiswa yang ingin berkembang secara intelektual dan sosial.

Kesimpulan

Konfercab ke-LXI HMI Cabang Yogyakarta tidak hanya menjadi momen penting dalam sejarah organisasi ini, tetapi juga menjadi momentum untuk menjawab tantangan masa depan. Dengan terpilihnya Afraval Saipedra sebagai formateur, HMI Yogyakarta menunjukkan komitmen untuk tetap relevan di tengah perubahan teknologi yang pesat. Visi Civilized Organisation yang diusung oleh Afraval menunjukkan bahwa HMI Yogyakarta tidak hanya ingin menjadi organisasi yang modern, tetapi juga beretika dan berwawasan global.

Melalui proses pemilihan yang demokratis dan dialog yang terbuka, HMI Yogyakarta membuktikan bahwa organisasi ini memiliki struktur yang jelas dan prinsip-prinsip yang kuat. Dengan begitu, HMI Yogyakarta tidak hanya menjadi wadah bagi mahasiswa, tetapi juga menjadi contoh dalam menghadapi tantangan-tantangan yang muncul di era revolusi industri 4.0.