Jika kita berbicara tentang siapa pemain Mobile Legends paling konsisten, berkembang pesat, dan mendominasi dalam beberapa tahun terakhir, nama Gilang “Sans” pasti masuk dalam daftar teratas. Bahkan, banyak yang menyebut bahwa levelnya saat ini bisa disetarakan dengan Lemon, ikon abadi Mobile Legends Indonesia. Bedanya, Sans tidak hanya menjadi simbol karier panjang, tapi juga lambang evolusi modern dalam scene kompetitif Mobile Legends.

Tisu Murah

Dikenal dengan mekanik luar biasa, mindset yang matang, serta kemampuannya beradaptasi di berbagai role, Sans menjelma menjadi salah satu midlaner paling komplet di Indonesia. Ia bukan hanya sekadar pemain bintang, melainkan juga salah satu pilar yang mengubah wajah Onic Esports menjadi tim paling ditakuti.

Bagaimana perjalanan seorang bocah warnet asal Makassar bisa bertransformasi menjadi legenda hidup MPL? Mari kita telusuri kisah panjang Sans dari awal karier hingga puncak kejayaannya.

Awal Mula: Bocah Warnet dari Makassar

Sans, yang memiliki nama asli Gilang, lahir pada 22 Juli 2002 di Makassar. Seperti banyak remaja lain di zamannya, ia menghabiskan banyak waktu di warnet, bermain berbagai game populer seperti Dota 2, League of Legends, Point Blank, hingga Dragon Nest.

Perkenalannya dengan Mobile Legends terjadi setelah ia diajak teman-temannya. Meski awalnya hanya coba-coba, Sans langsung jatuh cinta dengan game ini. Tak butuh waktu lama baginya untuk menekuni dan mendalami gameplay Mobile Legends. Ia bahkan berhasil mencapai Top Global Claude dan Karrie, sebuah pencapaian yang membuat namanya mulai diperbincangkan di komunitas.

Sama seperti kisah bintang esports lainnya, langkah awal Sans tidaklah mulus. Ia harus berjuang dari turnamen-turnamen kecil di daerah, menembus kerasnya persaingan di level amatir. Namun, bakat besar tidak bisa ditutupi. Perlahan tapi pasti, nama Sans mulai masuk radar tim profesional.

Jasa Stiker Kaca

Bergabung dengan Victim Esports: Batu Loncatan Besar

Tahun 2019 menjadi titik awal penting bagi Sans. Ia bergabung dengan Victim Rivals, tim kedua dari Victim Esports, untuk mengikuti kualifikasi Piala Presiden Esports 2019. Meski hanya finis di posisi kedua dan gagal ke main event, nama Sans sudah mulai mencuri perhatian.

Jasa Backlink

Tak lama, ia dipromosikan ke tim inti Victim Esports. Dari sinilah Sans mulai serius meniti karier profesional. Bersama Victim, ia menjuarai Independence Cup 2019, mengalahkan tim-tim besar yang berisi bintang papan atas seperti Lemon, Donkey, hingga Udil. Kemenangan ini menjadi bukti nyata bahwa Sans dan Victim bukan sekadar tim kecil.

Momentum berlanjut di Mobile Legends Intercity Championship (MIC) 2019, di mana Victim kembali keluar sebagai juara. Dua kemenangan beruntun ini membuat Victim menjadi sorotan, dan Sans dipandang sebagai prospek muda paling menjanjikan.

Namun, jalan ke MPL Season 5 masih tertutup karena Muntun belum menambah slot tim. Bahkan ketika RRQ sempat ingin membeli Sans, ia menolak demi setia bersama rekan-rekannya di Victim. Keputusan penuh loyalitas ini membuktikan bahwa sejak awal, Sans bukan hanya pemain berbakat, tapi juga pribadi yang menjunjung tinggi kebersamaan.

Juara MDL Season 1: Pintu ke MPL

Tahun 2020, Muntun meluncurkan MDL Indonesia Season 1. Victim Esports ikut serta, dan Sans tampil luar biasa sebagai core. Ia membawa timnya juara setelah mengalahkan Recca Esports di final dengan skor tipis 3-2.

Sayangnya, janji Muntun bahwa juara MDL akan mendapat slot ke MPL Season 6 tidak terealisasi. Victim kecewa, dan Sans pun mulai memikirkan langkah baru. Beberapa tim MPL meliriknya, hingga akhirnya Onic Esports resmi mengumumkan Sans sebagai rekrutan baru pada Juli 2020.

Transfer ini sempat heboh karena disebut melibatkan biaya fantastis, bahkan lebih tinggi dari kepindahan Udil ke Alter Ego.

Awal di Onic Esports: Proses Adaptasi

Debut Sans bersama Onic dimulai di MPL Season 6. Roster saat itu diisi oleh Rasy, Antimage, Drian, dan CW, dengan Sans sebagai jungler utama. Meski baru, Onic finis di posisi tiga regular season, meski langkah mereka terhenti di playoff.

Season 7, Onic makin solid dengan tambahan pemain muda seperti Kiboy. Mereka tampil sebagai pemuncak klasemen, namun lagi-lagi harus puas di peringkat empat playoff. Kritik pun bermunculan: apakah Onic hanya jago di regular season?

Puncak Pembuktian: MPL Season 8

Segalanya berubah di MPL Season 8. Onic tampil luar biasa sejak regular season, dan Sans menjadi motor utama tim. Di grand final melawan RRQ, drama terjadi ketika RRQ melepas hero Nathan, yang kemudian dipakai Sans.

Keputusan itu menjadi bumerang. Sans dengan Nathan tampil menggila, mencetak momen-momen krusial, dan mengantarkan Onic menang dramatis 4-3. Gelar MPL Season 8 menjadi pencapaian besar pertama Sans di liga tertinggi.

Dominasi Era Kairi: Sans Bertransformasi

Tahun 2022, Onic merekrut Kairi, jungler asal Filipina, serta Coach Yeb. Hal ini membuat Sans kembali ke role lamanya, midlaner. Banyak yang meragukan transisi ini, tapi Sans membungkam semua kritik.

Sebagai midlaner, ia tampil lebih matang, serbaguna, dan konsisten. Hero pool-nya sangat luas, dari Yve, Pharsa, Valentina, hingga Lylia. Ia menjadi pusat rotasi dan sering menjadi penentu kemenangan Onic.

Hasilnya luar biasa. Onic meraih empat gelar MPL berturut-turut (Season 10, 11, 12, 13), menjadikan mereka tim paling dominan dalam sejarah liga.

Prestasi Internasional: Hampir Juara Dunia

Onic bersama Sans juga menorehkan sejarah di panggung internasional. Mereka juara MSC 2023, membuktikan dominasi Indonesia di Asia Tenggara.

Namun, di M5 World Championship, mereka gagal di semifinal melawan AP Bren setelah blunder kecil dari Kairi. Meski hanya finis di semifinal, performa Onic tetap membanggakan dan Sans semakin diakui secara global.

Sans di Season 16: Konsistensi Tanpa Tanding

Memasuki MPL Season 16, Sans kembali menjadi sorotan. Ia masih menjadi midlaner utama Onic, dengan stabilitas yang nyaris tak tertandingi. Bahkan, hingga kini ia tercatat sebagai salah satu pemain Mobile Legends dengan pendapatan tertinggi di Indonesia.

Lebih dari sekadar angka, Sans sudah menjadi simbol konsistensi. Jika Lemon adalah ikon legendaris yang sulit tergantikan, maka Sans adalah wajah generasi baru Mobile Legends Indonesia.

Perjalanan Sans adalah kisah inspiratif tentang kerja keras, kesetiaan, dan evolusi. Dari bocah warnet Makassar, ia menembus panggung dunia. Dari pemain core, jungler, hingga kembali ke midlane, ia selalu berhasil beradaptasi.

Kini, Sans sudah mengoleksi gelar MDL, MPL, dan MSC. Satu-satunya pencapaian yang belum ia raih hanyalah juara M-Series, turnamen dunia paling bergengsi.

Pertanyaannya: akankah Sans akhirnya mengangkat trofi M-Series di masa depan? Ataukah ia akan terus menjadi simbol konsistensi tanpa perlu gelar dunia untuk membuktikan kehebatannya?

Yang jelas, Sans bukan sekadar pemain. Ia adalah legenda hidup yang kisahnya akan selalu dikenang di scene Mobile Legends Indonesia.