Cuaca panas yang terjadi di Indonesia akhir-akhir ini, khususnya sejak Juli 2023, telah menjadi perhatian serius bagi masyarakat dan para ahli kesehatan. Fenomena iklim yang dikenal sebagai El Nino menyebabkan suhu udara meningkat drastis, dengan beberapa daerah mencatatkan suhu hingga mendekati 40 derajat Celsius. Hal ini tidak hanya mengganggu aktivitas sehari-hari tetapi juga berpotensi memicu berbagai penyakit yang bisa mengancam kesehatan manusia. Dalam situasi seperti ini, penting untuk memahami risiko-risiko kesehatan yang muncul akibat cuaca ekstrem dan langkah-langkah pencegahan yang bisa dilakukan.
Beberapa peneliti dan dokter kesehatan, termasuk Prof. Dicky Budiman dari Griffith University Australia, menyoroti bahwa cuaca panas ekstrem dapat memengaruhi berbagai organ tubuh manusia. Sistem kardiovaskular, kulit, ginjal, sistem pernapasan, serta sistem saraf pusat adalah bagian-bagian tubuh yang paling rentan terhadap paparan panas. Kondisi ini memperkuat kebutuhan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan perlindungan diri saat cuaca panas.
Selain itu, badan meteorologi dan klimatologi (BMKG) juga memberikan imbauan agar masyarakat menjaga kondisi tubuh dan menghindari aktivitas di luar ruangan pada siang hari. Dehidrasi, kelelahan, dan gangguan pengaturan suhu tubuh menjadi ancaman utama dalam situasi seperti ini. Oleh karena itu, penting untuk memahami penyakit-penyakit yang bisa muncul akibat cuaca panas dan bagaimana mencegahnya.
Penyakit Kulit yang Muncul Akibat Cuaca Panas
Kulit adalah organ tubuh terbesar yang bertugas melindungi tubuh dari berbagai ancaman lingkungan, termasuk paparan sinar matahari. Ketika terpapar suhu tinggi, kulit dapat mengalami kerusakan seperti kemerahan, sunburn, atau bahkan heat stroke. Menurut Prof. Dicky Budiman, paparan sinar matahari yang berlebihan selama cuaca panas ekstrem juga meningkatkan risiko kanker kulit jika tidak dilindungi secara cukup.
Untuk mencegah hal ini, masyarakat disarankan menggunakan pakaian longgar dan berlengan panjang, topi, payung, serta tabir surya. Selain itu, kebutuhan cairan tubuh harus dipenuhi agar tidak mengalami dehidrasi. Prof. Dicky menekankan bahwa perlindungan kulit harus dilakukan mulai dari kepala hingga ujung kaki, karena semua bagian tubuh dilapisi kulit.
Gangguan Sistem Kardiovaskular Saat Cuaca Panas
Sistem kardiovaskular, yang terdiri dari jantung dan pembuluh darah, juga rentan terhadap dampak cuaca panas. Saat suhu meningkat, darah dan pembuluh darah mengalami vasodilatasi atau melebar, sehingga jantung bekerja lebih keras untuk mensirkulasikan darah. Hal ini dapat menyebabkan peningkatan denyut jantung dan tekanan darah.
Prof. Dicky menyarankan penderita penyakit kardiovaskular dan lansia untuk lebih waspada selama cuaca panas. Keduanya merupakan kelompok yang paling rentan mengalami gangguan kesehatan akibat paparan panas. Untuk mencegah risiko ini, mereka disarankan menghindari aktivitas di luar ruangan pada jam-jam tertentu, seperti antara pukul 10.00 hingga 16.00.
Risiko Gangguan Ginjal Akibat Dehidrasi
Cuaca panas juga berdampak pada fungsi ginjal, yang bertugas mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh. Dehidrasi yang terjadi akibat cuaca panas dapat meningkatkan risiko gangguan ginjal, termasuk batu ginjal. Prof. Dicky menekankan bahwa hidrasi yang cukup sangat penting, bahkan ketika tidak merasa haus.
Masyarakat disarankan untuk minum air mineral secara teratur untuk menjaga keseimbangan cairan tubuh. Dengan demikian, risiko gangguan ginjal dapat diminimalkan, terutama selama musim kemarau yang berlangsung lebih lama akibat fenomena El Nino.
Gangguan Sistem Pernapasan Akibat Udara Panas
Sistem pernapasan juga rentan terhadap cuaca panas. Udara yang lembap dan panas dapat memicu keluhan saluran napas, terutama pada anak-anak. Prof. Dicky menjelaskan bahwa suhu panas dapat memperburuk infeksi saluran napas pada anak-anak, apalagi jika kualitas udara buruk.
Anak-anak adalah kelompok yang paling rentan mengalami gangguan pernapasan akibat cuaca panas. Untuk mencegah hal ini, orang tua disarankan membatasi aktivitas luar ruangan anak selama waktu puncak panas dan memastikan lingkungan tempat tinggal bersih serta sehat.
Dampak Cuaca Panas pada Sistem Saraf Pusat
Sistem saraf pusat, yang terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang, juga bisa terganggu oleh cuaca panas. Paparan sinar matahari yang berlebihan dapat menyebabkan gejala seperti kebingungan, pusing, dan bahkan hilang kesadaran. Heat stroke, yang merupakan kondisi terberat akibat panas, dapat menyebabkan kerusakan permanen pada sistem saraf.
Prof. Dicky menyarankan masyarakat untuk mengurangi aktivitas di luar ruangan, terutama pada jam-jam tertentu. Jika gejala seperti pusing atau kebingungan muncul, segera cari bantuan medis untuk menghindari komplikasi yang lebih parah.
Langkah Pencegahan dan Pengendalian Cuaca Panas
Untuk mengurangi risiko kesehatan akibat cuaca panas, masyarakat disarankan melakukan beberapa langkah pencegahan. Pertama, hindari aktivitas di luar ruangan pada jam-jam panas, yaitu antara pukul 10.00 hingga 16.00. Kedua, pastikan tubuh tetap terhidrasi dengan minum air secukupnya. Ketiga, gunakan perlengkapan pelindung seperti topi, payung, dan tabir surya.
Selain itu, masyarakat juga perlu memperhatikan kualitas udara dan lingkungan sekitar. Jika terjadi polusi udara atau udara yang lembap, sebaiknya hindari aktivitas fisik yang berat. Dengan demikian, risiko gangguan kesehatan akibat cuaca panas dapat diminimalkan.