Manajemen keuangan merupakan aspek penting dalam kehidupan sehari-hari, terutama bagi generasi Z yang semakin sadar akan pentingnya mengelola uang secara bijak. Namun, banyak dari mereka masih menghadapi berbagai kesalahan keuangan yang sering kali disebabkan oleh kurangnya pemahaman atau pengalaman. Kesalahan-kesalahan ini bisa berdampak signifikan pada stabilitas finansial jangka panjang jika tidak segera diperbaiki.

Tisu Murah

Gen Z, yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012, memiliki pola pikir dan gaya hidup yang berbeda dibandingkan generasi sebelumnya. Mereka cenderung lebih fleksibel dalam mengatur keuangan, tetapi juga rentan terhadap godaan belanja impulsif dan utang. Banyak dari mereka masih menganggap bahwa kekayaan hanya bisa dicapai melalui investasi besar atau penghasilan tinggi, padahal konsistensi dan disiplin dalam menabung serta berinvestasi bisa memberikan hasil yang luar biasa.

Dalam konteks ini, penting untuk menyadari bahwa kesalahan keuangan bukanlah hal yang tabu. Justru dari kesalahan itu, kita bisa belajar dan berkembang. Dengan memahami kebiasaan keuangan yang buruk dan mencari solusi yang tepat, Gen Z dapat membangun fondasi keuangan yang lebih kuat dan stabil. Berikut adalah beberapa kesalahan keuangan yang sering dialami Gen Z dan cara memperbaikinya.

Kesalahan Umum dalam Pengelolaan Keuangan Gen Z

1. Tidak Punya Tabungan Sama Sekali

Banyak Gen Z menganggap bahwa tabungan tidak perlu karena penghasilan mereka dianggap pas-pasan. Padahal, tanpa tabungan, mereka tidak memiliki cadangan apabila terjadi kejadian darurat seperti sakit atau kerusakan barang penting. Solusi sederhana adalah mulai menabung meskipun jumlahnya kecil, misalnya dengan alokasi 10% dari penghasilan bulanan. Metode auto-debit juga bisa membantu menjaga konsistensi dalam menabung.

2. Banyak Utang untuk Lifestyle

Kebiasaan menggunakan layanan “shop now, pay later” sering kali membuat Gen Z terjebak dalam utang yang tidak perlu. Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK), total utang pinjaman online (pinjol) nasabah berusia 19–34 tahun mencapai Rp25,9 triliun. Untuk menghindari ini, Gen Z perlu membatasi penggunaan layanan tersebut hanya untuk kebutuhan mendesak dan memastikan kemampuan untuk membayar lunas.

3. Tidak Punya Dana Darurat

Dana darurat sering kali diabaikan karena dianggap tidak mendesak. Padahal, keberadaannya sangat penting dalam situasi krisis. Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2024 menunjukkan bahwa indeks literasi keuangan penduduk Indonesia sebesar 65,43%. Oleh karena itu, Gen Z perlu membangun dana darurat secara bertahap, dengan target ideal yaitu 3-6 bulan pengeluaran untuk lajang dan 6-12 bulan untuk yang sudah berkeluarga.

Jasa Stiker Kaca

4. Gagal Bedain Kebutuhan dan Keinginan

Belanja impulsif akibat promo atau rasa takut ketinggalan (FOMO) sering kali membuat Gen Z menghabiskan uang untuk barang yang tidak esensial. Solusi yang efektif adalah menerapkan aturan 50/30/20 untuk budgeting, yaitu 50% untuk kebutuhan, 30% untuk keinginan, dan 20% untuk tabungan atau investasi.

Jasa Backlink

5. Nggak Mulai Investasi dari Sekarang

Investasi sering dianggap hanya untuk orang kaya, padahal bisa dimulai dari kecil. Semakin awal Gen Z memulai investasi, semakin besar hasilnya berkat bunga majemuk. Contohnya, dengan investasi Rp500 ribu/bulan di reksadana dengan return 8%/tahun, dalam 10 tahun total uang bisa mencapai Rp91 juta. Pilih platform yang terpercaya seperti Bibit, Ajaib, atau Bareksa.

Tips untuk Memperbaiki Kebiasaan Keuangan Gen Z

1. Mulai dengan Tabungan Kecil

Meski jumlahnya kecil, tabungan bisa menjadi pondasi keuangan yang kuat. Dengan konsistensi, jumlah tabungan akan bertambah secara bertahap. Gunakan metode auto-debit agar tidak mudah lupa.

2. Batasi Penggunaan Paylater

Layanan “shop now, pay later” bisa sangat menarik, tetapi juga berisiko tinggi. Gen Z perlu membatasi penggunaannya hanya untuk kebutuhan mendesak dan memastikan kemampuan untuk membayar lunas.

3. Bangun Dana Darurat Secara Bertahap

Dana darurat harus dipersiapkan secara bertahap. Target ideal adalah 3-6 bulan pengeluaran untuk lajang dan 6-12 bulan untuk yang sudah berkeluarga. Mulai dengan jumlah kecil dan konsisten.

4. Terapkan Aturan Budgeting

Aturan 50/30/20 bisa menjadi panduan untuk mengelola keuangan. Dengan membagi pengeluaran menjadi kebutuhan, keinginan, dan tabungan/investasi, Gen Z bisa menghindari belanja impulsif.

5. Mulai Investasi Sejak Dini

Investasi tidak harus dilakukan dengan modal besar. Gen Z bisa memulai dengan investasi kecil seperti reksadana atau emas. Pilih platform yang terpercaya dan pelajari risikonya terlebih dahulu.

Kesimpulan

Pengelolaan keuangan yang baik adalah kunci untuk masa depan yang stabil dan aman. Gen Z perlu menyadari bahwa kesalahan keuangan bukanlah hal yang tabu, tetapi justru kesempatan untuk belajar dan berkembang. Dengan konsistensi, disiplin, dan kesadaran akan pentingnya tabungan dan investasi, Gen Z dapat membangun fondasi keuangan yang kuat. Ingat, perjalanan keuangan adalah maraton, bukan sprint. Mulailah dari sekarang dan jadilah pribadi yang lebih bijak dalam mengelola keuangan.