Dalam era digital yang semakin berkembang, bisnis kecil dan menengah (UKM) di Indonesia menghadapi tantangan yang beragam. Meski jumlahnya mencapai 64,2 juta unit pada tahun 2021, banyak dari mereka mengalami kegagalan dalam menjalankan usaha. Menurut data Kementerian Koperasi dan UKM, sektor UKM menyumbang hingga 61 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dan memberikan lapangan kerja bagi 97 persen tenaga kerja. Namun, pertumbuhan ini tidak selalu sejalan dengan kelangsungan hidup perusahaan. Ternyata, lebih dari 80 persen UKM di Asia tutup dalam tiga tahun pertama operasinya. Hal ini menunjukkan bahwa ada beberapa faktor penting yang memengaruhi keberhasilan atau kegagalan sebuah usaha.
Salah satu penyebab utama kegagalan UKM adalah kurangnya penggunaan teknologi digital. Meskipun masyarakat Indonesia sudah sangat akrab dengan dunia digital, banyak pelaku UKM masih belum memahami pentingnya transformasi digital. Menurut laporan Katadata, hanya sekitar 29 persen dari total 64 juta UKM di Indonesia yang telah melakukan transformasi digital. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan negara tetangga seperti Singapura (65 persen) dan Vietnam (35 persen). Faktor-faktor seperti kurangnya pelatihan digital, keterbatasan dana, dan infrastruktur yang tidak memadai menjadi penghalang utama bagi UKM untuk beralih ke model bisnis digital.
Selain itu, persaingan dengan perusahaan besar juga menjadi ancaman serius bagi UKM. Perusahaan besar memiliki sumber daya finansial dan manusia yang lebih besar, sehingga sulit bagi UKM untuk bersaing. Menurut data Kemenkop UKM, hanya sekitar 17 persen UKM di Indonesia yang mampu membentuk bisnis formal dan terstruktur. Dengan adanya strategi bisnis yang baik, UKM dapat lebih mudah berkembang meskipun menghadapi kompetitor besar. Oleh karena itu, penting bagi pelaku UKM untuk memiliki rencana bisnis yang matang dan fleksibel.
Perubahan tren pasar juga menjadi faktor yang perlu diperhatikan. Banyak UKM gagal mengikuti perkembangan kebiasaan konsumen. Menurut survei McKinsey & Company, hanya 10 persen UKM di Indonesia yang menggunakan alat digital seperti Google Trends dan Google Analytic untuk memahami tren pasar. Sementara itu, 74 persen UKM tidak melakukan riset pasar sebelum meluncurkan produk baru. Ini menunjukkan bahwa banyak UKM masih bergantung pada persepsi pribadi daripada data dan analisis yang objektif.
Kemudian, fokus pasar yang terlalu sempit juga bisa menjadi masalah. Meskipun target pasar yang spesifik bisa mengurangi persaingan, hal ini juga membuat UKM sulit menjangkau pasar yang lebih luas. Untuk menghindari hal ini, pelaku UKM perlu melakukan analisis pasar secara mendalam dan memperluas target pasar sesuai dengan kebutuhan dan permintaan pasar.
Terakhir, ketidakpenuhan legalitas bisnis juga menjadi salah satu penyebab kegagalan UKM. Banyak UKM belum memiliki izin usaha yang sah, seperti NIB (Nomor Identifikasi Usaha), SIUP (Surat Izin Usaha Perdagangan), IUMK (Izin Usaha Mikro dan Kecil), dan NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak). Legalitas ini sangat penting untuk memastikan kepastian hukum dan membangun kepercayaan konsumen. Dengan memiliki legalitas yang lengkap, UKM dapat lebih mudah bermitra dengan pihak lain dan masuk ke pasar yang lebih besar.
Untuk membantu UKM menghadapi tantangan ini, Kontrak Hukum menyediakan layanan lengkap yang mencakup pembuatan dokumen legal, pendirian badan usaha, dan pelatihan digital. Layanan ini dirancang agar UKM dapat beroperasi dengan aman, efisien, dan sesuai regulasi. Dengan dukungan dari Kontrak Hukum, UKM dapat lebih siap menghadapi persaingan dan mengoptimalkan potensi bisnis mereka.
[EXTERNAL LINK: https://www.kemenkop.go.id/]
Mengapa UKM di Indonesia Sulit Bertahan?
UKM di Indonesia menghadapi berbagai tantangan yang mengancam kelangsungan hidupnya. Salah satu faktor utama adalah kurangnya pengetahuan tentang manajemen bisnis. Banyak pelaku UKM tidak memiliki strategi bisnis yang jelas, sehingga sulit untuk berkembang. Selain itu, masalah keuangan juga menjadi kendala. Banyak UKM kesulitan dalam mengelola arus kas dan memperoleh modal tambahan. Tanpa dana yang cukup, UKM sulit untuk mengekspansi bisnis atau menghadapi persaingan.
Masalah lain yang sering dihadapi oleh UKM adalah ketidakmampuan dalam memahami regulasi bisnis. Banyak pelaku UKM tidak tahu bagaimana cara mengurus izin usaha atau mematuhi aturan pajak. Hal ini dapat menyebabkan masalah hukum dan denda. Oleh karena itu, penting bagi UKM untuk memahami regulasi bisnis dan memperoleh legalitas yang lengkap.
Selain itu, persaingan dengan perusahaan besar juga menjadi ancaman serius. Perusahaan besar memiliki sumber daya yang lebih besar dan kemampuan untuk menawarkan harga yang lebih murah. Hal ini membuat UKM sulit untuk bertahan di pasar yang kompetitif. Untuk menghadapi ini, UKM perlu memiliki strategi yang kuat dan inovatif.
Langkah-Langkah untuk Meningkatkan Kelangsungan UKM
Untuk meningkatkan kelangsungan hidup UKM, beberapa langkah penting perlu dilakukan. Pertama, UKM perlu memperkuat pengetahuan tentang manajemen bisnis. Pelatihan dan pendidikan bisnis dapat membantu pelaku UKM dalam merencanakan dan mengelola usaha mereka dengan lebih baik. Selain itu, UKM perlu memperbaiki keuangan mereka dengan mengelola arus kas secara efisien dan mencari sumber pendanaan yang tepat.
Kedua, UKM harus memahami regulasi bisnis dan memperoleh legalitas yang lengkap. Dengan memiliki izin usaha yang sah, UKM dapat beroperasi dengan aman dan membangun kepercayaan konsumen. Selain itu, UKM perlu memperhatikan aspek pajak dan mematuhi aturan yang berlaku.
Ketiga, UKM perlu meningkatkan penggunaan teknologi digital. Dengan mengadopsi teknologi digital, UKM dapat meningkatkan efisiensi operasional dan memperluas pasar. Misalnya, UKM dapat menggunakan platform online untuk menjual produk mereka dan memperluas jangkauan pasar.
Keempat, UKM perlu memperluas target pasar dan mengikuti tren pasar. Dengan memahami kebutuhan konsumen dan mengikuti perubahan tren, UKM dapat lebih mudah menyesuaikan diri dan tetap kompetitif. Selain itu, UKM perlu melakukan riset pasar secara mendalam untuk memahami permintaan pasar dan mengembangkan produk yang sesuai.
Peran Pemerintah dalam Mendukung UKM
Pemerintah memiliki peran penting dalam mendukung pertumbuhan dan kelangsungan hidup UKM. Salah satu upaya yang dilakukan adalah memberikan pelatihan dan pendidikan bisnis kepada pelaku UKM. Selain itu, pemerintah juga memberikan insentif dan dukungan kebijakan untuk membantu UKM dalam menghadapi tantangan.
Pemerintah juga berkomitmen untuk mempercepat proses perizinan usaha dan mempermudah pengurusan legalitas. Dengan sistem OSS-RBA (Online Single Submission – Risk-Based Approach), pelaku UKM dapat mengajukan izin usaha secara lebih cepat dan efisien. Selain itu, pemerintah juga memberikan dukungan dalam bentuk program pelatihan digital dan pengembangan bisnis.
Selain itu, pemerintah juga berupaya untuk menciptakan lingkungan bisnis yang sehat dan kompetitif. Dengan regulasi yang jelas dan transparan, UKM dapat beroperasi dengan lebih baik dan mengurangi risiko hukum. Selain itu, pemerintah juga mendorong kolaborasi antara UKM dan perusahaan besar untuk saling mendukung dan berkembang bersama.
Kesimpulan
UKM di Indonesia memiliki potensi besar dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional. Namun, untuk tetap bertahan dan berkembang, UKM perlu menghadapi berbagai tantangan yang ada. Dengan memperkuat pengetahuan bisnis, memperbaiki keuangan, memahami regulasi, dan mengadopsi teknologi digital, UKM dapat meningkatkan kelangsungan hidupnya. Selain itu, dukungan dari pemerintah dan lembaga terkait sangat penting dalam mendukung pertumbuhan UKM. Dengan kombinasi dari upaya individu dan dukungan eksternal, UKM dapat tetap eksis dan berkembang di tengah persaingan yang ketat.